Nama : Fatih Nur Fauzan
Judul : Janji
Kadang dunia itu lucu. Memisahkan yang bersatu dan menyatukan yang terpisah. Begitu juga jodoh, tidak pernah ada yang tahu kecuali sudah bertemu di depan penghulu.
''Keputusan Bapak udah bulat, Fitri. Kamu harus nikah sama pemuda yang udah Bapa pilih.'' Ia bungkam. Menutup telinganya dan masuk ke kamar.
''Bapak egois!'' teriak gadis itu sambil membenamkan wajahnya ke bantal dan terisak.
''Emangnya kamu punya calon? Kalau kamu punya, sini kenalin sama Bapak! Wong kamu juga jones, tiap ditanya selalu jawab 'jodoh nggak akan kemana'. Kemana apanya?'' Pernyataan menohok membuat Fitri meringis pahit. Tercenung menatap langit malam, ia kembali memikirkan rencana perjodohannya.
''Kalo dipikir sih, bener juga.'' Ia menggumam lirih saat menelusuri kembali tentang pria-pria yang pernah hadir di hidupnya. ''Pacar nggak punya, mantan juga nggak ada. PDKT?'' Bibirnya membentuk sudut lengkung saat teringat sebuah nama.
****
Pertemuan pertama di stasiun Bandung menjadi memoar indah. Ia teringat kala pertama jumpa, segelas kopi dingin membasahi kemeja pemuda yang dikenalnya lima tahun lalu.
''Maaf!'' Ia terbelalak saat segelas kopi tumpah akibat kecerobohannya. Sejurus dengan gadis itu, sang korban pun tak kalah terkejut. Mencubit kemeja yang basah dan meratapi nasib buku di pangkuan.
''Skripsi gue! My God! Jalan tuh pake mata!'' hardiknya sambil melotot ke arah gadis ceroboh itu.
''Ma-maaf,'' lirih tanpa berkelit karena itu memang salahnya. Gadis itu mengangkat kepala dan menatap takut sosok jangkung di hadapannya.
''Bersihin baju gue!''
''A-apa?'' tanyanya memastikan.
''BERSIHIN BAJU GUE!'' ulangnya dengan penuh penekanan.
''Tapi Kak-''
''Gue bawa baju ganti, tunggu di sini! Jangan kabur!''
Buruk! Itulah kesan pertama yang membekas. Namun siapa sangka, bahwa pertemuan itu terus berlanjut karena mereka kuliah di universitas yang sama. Menjalin kedekatan sebagai teman dan berakhir dengan hubungan tanpa status.
''Aku ngga mau kita pacaran, Fit. Lebih baik begini,'' tolaknya lembut.
''Kenapa, Kak?'' Baru saja Fitri menyatakan cinta, malah penolakan yang didapat. Ia menunduk menahan malu.
''Kakak minggu depan pindah, Fit.''
''Kemana?'' Belum hilang kesal, kini gelisah mulai menjalari hati. Suasana ramai di pelataran gedung fakultas, tak membuat gadis itu teralihkan dari penjelasan pemuda di hadapannya.
''Gitu ya?'' Terdengar lirih sesaat, namun berganti senyum yang menutup kekecewaan.
''Aku akan menemui kamu lagi, di tempat pertama kita jumpa. Sambil nunggu, pastikan hati kamu tetap buatku, ya!'' Tiada yang lebih menyakitkan daripada menunggu tanpa kepastian. Fitri menyadari hal itu dan merelakan kepergian Lio dengan perasan gamang. Akankah hati pemuda itu tetap sama untuknya?
Fitri menyambar ponselnya dan mencari nomor yang sudah lama disimpan. Ia bukannya tidak menghubungi, namun kesibukannya yang membuat komunikasi begitu sulit.
''Halo.'' Gadis itu terdiam.
''Halo ... siapa di sana?'' Ia memejamkan mata, mengumpulkan keberanian untuk menjawab.
YOU ARE READING
Janji
Short StoryKata orang 'kamu tidak akan pernah tahu jodohmu, sebelum akad di depan penghulu.''