"Hahh..."
Daniel menoleh kaget ke arah pintu ruangan dan melihat Jihoon berjalan lewat di depan pintu.
Meski langkahnya tampak santai, kedua lengan itu bersila di depan dada, pertanda ia sedang menahan kesal.
Daniel bahkan tidak berani bertanya dan kembali menghadapi laptopnya untuk melanjutkan pekerjaan yang kembali ia bekal ke rumah.
"Haahh..."
Helaan napas itu terdengar lagi, dan Daniel yang kaget lagi, kembali menghentikan gerakan jarinya di atas keyboard.
Kali ini, hanya dari sudut mata, Daniel bisa melihat Jihoon kembali terlihat berjalan di depan pintu ruangan. Langkahnya sedikit dihentakkan.
Sambil menggigit bibir bawah, pria Kang itu melanjutkan pekerjaannya lagi dengan suara dan kecepatan ketikan yang diminimalisir hingga separuhnya.
"Haahh..."
Daniel kembali terperanjat dan akhirnya menyerah, "Baiklah, baiklah. Ini terakhir kali aku membawa pekerjaan ke rumah, aku janji."
Hening.
Daniel menunggu, tapi tidak ada tanggapan apapun sampai satu menit lamanya.
"Baby?"
"Mau kopi tidak?!"
Suara itu berasal dari dapur dan Daniel tidak bisa menahan senyum. Jihoon menawarkan kebaikan, itu artinya ia tidak benar-benar marah. Ditambah, itu nada yang biasa Jihoon pakai kalau sedang salah tingkah.
"Mauuu." sahut Daniel manja.
Setelahnya, suara Jihoon tidak terdengar lagi.
Daniel yang sudah merasa aman, kembali menghadapi laptopnya hingga Jihoon datang tidak lebih dari 5 menit kemudian.
Pria manis itu membawa satu cangkir kopi dan sepiring kecil makanan ringan yang ia buat sendiri beberapa waktu lalu.
"Manja." tukasnya tajam, sambil menaruh kedua benda itu di spasi kosong meja Daniel.
"Marah." balas Daniel menggoda, dan langsung dihadiahi cubitan di lengannya yang berotot.
Jihoon berdiri di belakang kursi Daniel dan memperhatikan apa yang sedang dikerjakan pria itu.
"Kau benar-benar tidak percaya pada asistenmu untuk urusan ini, huh?"
"Bukan tidak percaya, tapi pekerjaan Woojin sudah cukup banyak."
Daniel menjawab masih dengan tangan yang bergerak di atas keyboard dan pandangan tak lepas dari layar.
"Lagipula, bukannya lebih baik aku membawa pekerjaan ke rumah, daripada tidak pulang karena lembur?"
Jihoon menarik napas dalam, "Kupikir lebih baik kau tidak pulang saja." katanya enteng.
"Oooh, begitu? Ya sudah, lain kali aku tidak pulang." Daniel membalas sok cool.
"Ya sudah."
Jihoon benar-benar terdengar baik-baik saja dengan itu dan Daniel malah jadi tidak bisa pura-pura lagi, "Kok, kau bisa santai begitu? Jahat sekali. Tidak suka."
Astaga.
Calon suami siapa ini?
"Semua hal itu, kan, ada tempatnya. Hyung pikir aku tahan diabaikan padahal aku melihatmu ada di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...