Prolog

1.2K 92 23
                                    

Dallas, Texas, Amerika Serikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dallas, Texas, Amerika Serikat.

          Cantik  dan Sexy. Dua kata itu cukup mendeskripsikan fisik indah seorang gadis dengan gaun tidur berbahan satin sebatas paha yang kini tengah berdiri di depan pintu, tepat dihadapan Edgar saat ini. Memiliki kaki jenjang putih mulus yang terekspose sempurna dengan lekuk tubuh nyaris menyerupai gitar spanyol. Bibir tipis merah cherrynya yang berkedut tak nyaman terlihat kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Rambut coklat gelapnya tebal dan berkilau bak bulu carpelai berpotongan strap. Namun, matannyalah yang paling menarik perhatian Edgar. Warnanya begitu biru, sebiru laut karibia, warna yang tak akan pernah bisa dilupakan begitu ia melihatnya.

"Anda Miss Serena Patricia Miguella?" kata Edgar memastikan. "Balerina."

"Ya, saya seorang balerina," ulang gadis itu, lalu mengamati sekilas pria dihadapannya. Sesaat ia terpesona. Pria asing itu sangat tampan. Penampilannya tampak necis dan makmur, mengenakan setelan formal, jas biru gelap dan celana bahan berwarna senada, serta sepatu hitam yang disemir berkilat tanpa cela. Kemeja seputih salju membungkus tubuh besarnya yang atletis, dan dasi sutra biru gelapnya di tata dengan simpul sederhana yang sempurna.

"Anda siapa? Dan...untuk keperluan apa anda mencari saya selarut ini?" tanya Serena kemudian. Sikap waspada kembali mendominasi dirinya meski tampang pria dihadapannya tak terlihat seperti seorang kriminal.

Senyum samar terbentuk disalah satu sudut bibir Edgar, dengan tatapan yang sekali lagi bergerak kebawah seperti sedang menginspeksi dengan cermat, kembali naik kewajahnya, lalu menganggukan kepala, sekali ; suatu anggukan hormat yang dinaikan derajatnya oleh para pria Texas sebagai satu bentuk seni.

"Edgarldo Aldgarich. Saya seorang Jaksa yang bertugas di Los Angeles, dan kemari untuk menemui anda."

Serena mengerenyit bingung dengan berbagai macam pertanyaan memenuhi kepalanya tentang tujuan Jaksa itu mencarinya.

"Bisa beri waktu anda sebentar, Miss Miguella? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan."

"Saya rasa terlalu larut untuk kita terlibat pembicaraan penting, Sir." Serena mengusir dengan halus, mengabaikan rasa penasarannya untuk sesaat. Bagaimanapun seseorang yang sedang ia tunggu sebentar lagi akan tiba. "Saya akan menghargai jika Anda bersedia pergi sekarang juga. Kita bisa membuat janji berte---"

"Empat belas hari," ujar Edgar menyela perkataan Serena.

Gadis itu mengerenyit bingung menatap wajah tampan dihadapannya itu.

"Saya sudah berusaha menemui anda selama dua pekan terakhir, tapi sepertinya anda sangat sibuk di siang hari." Edgar melirik jam dipergelangan tangannya, lalu tersenyum samar. "Saya kira.....jam delapan lewat lima menit belum terbilang larut, bukan?" Ia tersenyum dengan sikap defensif, tatapannya tertuju lekat pada wajah Serena yang merona. "Kecuali..." ia menatap sekali lagi gaun tidur minim yang melekat di tubuh Serena, dan terhenti di dadanya yang sekal. "...jika anda sedang menunggu teman kencan."

Me And Mr. ProsecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang