TL | Chapter 3

20 4 3
                                    

Pagi ini, Bila bangun tidur dengan semangat yang menggebu gebu. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja. Sebagai kepala divisi pula. Sebelumnya Bila tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang kapala divisi. Tapi, lihatlah takdir menempatkannya sebagai seorang kepala divisi. Bila menerimanya dengan lapang dada.

Sekarang Bila sedang merias diri didepan cermin. Seketika rasa gugup dan takut menyerangnya. Bila gugup karena Bila mengira mencari kerja itu membutuhkan waktu yang lama. Dan akhirnya Bila belum mempersiapkan semua dengan sempurna sekarang. Takut. Ya, Bila takut. Kenapa? Karena bisa saja orang orang kantor membicarakannya. Orang baru langsung mendapatkan jabatan yang tinggi. Pasti akan banyak gosip yang membicarakannya.

Harusnya Bila perlu mempikirkan itu, Bila bekerja hanya untuk mencari uang bukan untuk mendapatkan gosip murahan seperti itu kan?

Saat Bila merasa takut, pasti Bila akan teringat dengan Devan. Dulu, saat ia merasa takut, Devan pasti selalu ada untuknya. Menenangkannya, memberinya semangat. Dan itu hanya masa lalu yang hanya bisa Bila kenang. Tak pernah bisa dirasakan lagi.

Bila menghela nafas berat dan beranjak dari kursi menuju ruang makan.

"Selamat pagi" sapa Bila pada ibunya yang sedang memasak dan ayahnya yang sedang duduk membaca koran.

"Pagi"

"Bu, hari ini ibu buka toko?"

"Tentu saja. Kenapa?"

"Tidak. Aku hanya bertanya"

Asri datang ke meja makan dan menyimpan nasi goreng di atas meja.

"Bila, ini bekal untuk makan siangmu, Ibu sudah siapkan" Asri memberikan kotak makan kepada Bila.

Bila menerimanya dengan tersenyum. "Terima kasih, Bu"

Mereka sarapan dengan tenang. Tanpa ada suara hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar.

Hingga saatnya Bila berangkat. Bila pamit pada kedua orang tuanya dan pergi keluar untuk memesan ojol.

Selama diperjalanan, Bila terus berpikir akankah semua orang kantor akan mencemoohnya? Atau bahkan menerimanya?

Bila jadi teringat akan Ila, sahabatnya. Ngomong ngomong masalah Ila, dia dengan Daniel ternyata sudah bertunangan dua tahun lalu. Dan rencananya tahun ini dia akan menikah. Katanya, sengaja nikahnya waktu ada Bila agar Bila cepat cepat cari jodoh dan menyusul nantinya.

Mengingat percakapannya dengan Ila tempo hari membuatnya terkekeh kecil sambil geleng geleng kepala.

Setelah sampai di depan kantor, Bila turun dan membayar ongkos. Berjalan menuju meja resepsionis. Karena dia belum diberi tahu ruangannya oleh pak Eji kemarin.

"Selamat pagi, mbak" sapa Bila kepada resepsionis yang sedang fokus kepada komputer, agar melihatnya.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu, bu?" resepsionis itu melihatnya dan tersenyum ramah.

"Hmm,,boleh saya tahu dimana ruangan kepala divisi marketing disini?"

"Anda siapa ya? Kepala divisi marketing disini baru keluar satu minggu lalu. Jika anda ingin menemuinya, saya bisa memberikan alamat rumahnya untuk anda"

"Tidak perlu. Sebenarnya, saya adalah kepala divisi marketing yang baru"

"Oh benarkah? Ah, maafkan saya. Saya tidak tahu masalah itu. Pak Eji belum memberi tahu kami tentang karyawan baru. Saya minta maaf sekali lagi"

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang