Part 37

8.7K 300 88
                                    

Sesuai janji, Gracia datang ke desa dekat pegunungan untuk bertemu Neilson. Tentu saja tanpa sepengetahuan Ayahnya maupun Olin, dan bahkan siapa pun itu. Dia hanya berkata ingin pergi kesini untuk menemui kakek Elis yang sudah memberikannya ikan kemarin, yah walaupun ia hanya datang ke pasar lalu memberikan muffin dan langsung pergi ke perbatasan desa untuk bertemu Neilson dan membantu pria itu.

Sebelum melangkah masuk ke desa, Gracia menghela nafas dalam-dalam dan menetralkan emosinya. Entah apa yang ia lakukan sudah benar atau tidak, yang terpenting saat ini ia harus menggali sebanyak-banyaknya informasi dari Neilson. Yah, berhubung pria itu belum mau membunuhnya.

Gracia melangkahkan kakinya, dan berjalan pelan menyusuri jalan untuk sampai ke desa yang dimaksud.  Memang dia beberapa kali pernah main ke desa ini dengan Elis dan juga Olin sewaktu kecil dulu, kalau tidak salah ia memiliki kenalan anak laki-laki dibawah tiga tahun dari umurnya, dia adalah teman masa kecilnya Gracia juga. Namun ia tidak tau apa bocah itu masih tinggal disana atau sudah pindah.

Berjalan sambil memperhatikan keadaan desa, memang benar sepertinya Neilson itu mau memperbaiki perekonomian desa. Tapi apa perlu sampai haris calon rajanya langsung yang turun tangan? Bukan kah dia bisa menyuruh bawahannya yang mengurus desa itu.

"Nona!" Panggil Neilson.

Gracia menoleh ke arah Neilson yang sedang menyapanya, dan berjalan menghampirinya.

"Aku tak menyangka kau sampai mau turun tangan untuk mengurusi sebuah desa kecil ditempat terpencil." Sarkas Gracia.

Neilson tersenyum, "yah anggap saja agar aku bisa mengenal rakyat ku."

"Oohh, pria yang baik." Ucap Gracia, "lalu apa yang bisa ku bantu?"

"Apa saja, terserah kau. Atau bahkan kalau kau hanya mau duduk saja pun tak masalah."

"Kalau hanya duduk saja, itu artinya aku tidak membantu."

"Mungkin kau bisa mengajari anak-anak tentang sesuatu, biar urusan yang lain dilakukan bawahan ku saja." Jelas Neilson.

Gracia mengangguk mengerti, "baiklah itu mudah. Tapi bukan kah besok kau harus menghadiri acara penaubatan mu?"

Neilson menatap Gracia sesaat lalu menjawab pertanyaannya, "ya dan nanti malam barulah aku kembali ke istana."

Aneh bukan, dia seperti tidak antusias padahal besok seluruh dunia akan memperhatikannya.

"Kau mau datang keacara penaubatan ku?" Tawar Neilson.

Gracia tercengang, apa pria itu gila! Dia hanya gadis desa biasa yang sama sekali tidak punya gelar bangsawan. Kecuali kalau untuk pesta rakyat mungkin dengan senang hati ia akan datang, tapi kalau untuk acara penaubatan yang benar saja!
Yang ada nantinya dia hanya akan menjadi gunjing-gunjingan para bangsawan lainnya.

"Mana mungkin! Aku hanya gadis desa biasa, acara yang seperti itu tidak pantas dihadiri oleh orang seperti ku."

Neilson terkekeh mendengar ucapan Gracia, gadis itu juga bisa merendah rupanya. "Ya, baiklah aku tidak akan memaksa mu."

"Tuan muda, pesan dari pengawal Max." Ucap seorang prajurit dengan pakaian serta atribut khas prajurit walau tanpa baju zirahnya.

Neilson mengambil gulungan kertas yang diberikan oleh perajurit itu dan membukanya, matanya seperti meneliti dari setiap kata yang tertulis di lebar kertas itu. Tatapan yang berbeda dari biasanya.
Begitu selesai membaca, Neilson memberikan gulungan kertas itu lagi pada prajurit tadi.

"Aku akan mengurusi beberapa urusan sebentar, kau akan di bantu oleh orang ini. Aku harap ini tidak merepotkan mu." Kata Neilson seraya menunjuk seorang pria yang tiba-tiba datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Devil Prince and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang