Berita
Doni dan Yudan saling menatap dengan wajah tegang. Sedangkan Ciko berperan sebagai pengamat dan Jala sebagai komentator alami.
"Alah, cemen lu Yud. Gitu aja dah mau nangis." Komentar Jala saat mendapati mata Yudan telah diseliputi kaca bening.
"Gue gak nangis!" Sanggah Yudan dengan mata masih melotot menatap Doni dengan serius.
"Ngaku kalah aja Yud, mata gue dah perih." Ucap Doni yang kondisinya tidak lebih buruk dari Yudan.
"Gak!!!" Yudan semakin melebarkan matanya menahan perih. Tatapannya bahkan sudah buram karena dihalangi oleh air mata.
"Cie saling pandang-pandang."
Seketika Ciko, Jala, dan Doni memalingkan kepala mencari sumber suara yang tak asing lagi. Yudan menggunakan kesempatan itu untuk berkedip beberapa kali tanpa ketahuan.
"Ngapain lu kesini?" Tanya Doni heran.
Heri memasang ekspresi sedunya "Rindu."
"Bacot." Umpat Jala.
Heri hanya cengar cengir menanggapi sikap Jala yang selalu sinis dan kasar.
"Gila lu ya? Balik sana ke kelas lu!" Usir Jala.
Heri menulikan telinganya dan langsung mengambil bangku kosong dan meletakkannya di samping meja Ciko. "Gue mau bagi-bagi berita hangat. Jadi jangan usir dulu!"
Doni memajukan dirinya penasaran, "Berita apa?""Kalau gak penting, gue pastiin kaki lu gak bakal nginjak lantai lagi." Ancam Jala yang membuat Yudan bergidik ngeri.
Heri terkekeh, "Selow man, penting kok penting."
Lalu wajah senyum Heri berubah menjadi serius seketika. Jala yang ingin mengumpat langsung terdiam memperhatikan perubahan mimik wajah Heri yang tiba-tiba. Bukti kalau Heri sedang serius dan tidak bercanda.
Heri membuka mulutnya dan berbicara dengan volume kecil, "Gue dapat kabar kalau Wetro sudah tiada."
Mata Yudan sukses melotot, "Wetro!?"
Heri mengangguk pada Yudan. Dia menarik napas dan memperhatikan wajah tercengang teman-temannya satu per satu, walaupun Jala hanya mengangkat sebelah alisnya, setidaknya dia juga merasa terkejut.
Heri lalu menghela napas panjang, dia melanjutkan ucapannya. "Lalu Ogi pindah ke sini."
Yudan tiba-tiba berdiri, "Serius!?"
"Asu, kaget gue." Umpat Jala spontanitas.
Heri terkekeh karena akhirnya melihat wajah terkejut Jala walaupun bukan karena berita yang dia sampaikan. Senyumnya mendadak hilang kembali dan mengangguk pada Yudan. Tatapannya menjadi misterius membuat yang lain merasa lebih penasaran.
"Dan yang kalian mesti tahu." Heri mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Dia tinggal di rumah gue sekarang." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen FictionWarning* *Cerita ringan yang beberapa chapter hanya berisi satu atau dua kalimat doang. *Terdapat kata-kata kasar/umpatan. *Tidak ada prolog/sinopsis, langsung baca aja. Cerita sepaket : Titik Bukan koma (TBK) > MangaToon/Noveltoon