Terror Dokar Pocong
chapter : 3Sabtu siang ,kami berempat setelah pulang sekolah dan berganti pakaian di rumah ,kami bertemu dengan Mas Gatot di warung kopi Pak No ,iya satu satunya warung kopi di desa kami yang terletak ujung jalan desa. "Pak No ,saya es teh!" teriak saya ke dalam warung "aku iya Pak No" sahut Adhiem, "sebentar tak ngebuatin mas gatot kopi dulu" kali itu warung sepi karena hanya ada kami berempat dan Mas gatot yang habis dari merawat kebun cabe rawit miliknya. "Yo sebentar to antri dong, masa datang belakangan minta duluan haha" canda mas gatot memulai sapaan kepada kami. "Haha iya mas ,di luar panas banget e soalnya ,lagi nggak kemana mana nih Mas?" tanya Djafar , "belum Far, baru nanti tengah malam mau ke kota biar sampai di kota pas pagi dan belanja keperluan tani ,kenapa? kalian mau ikut ta?" ujar Mas Gatot sambil menawari kami ,layaknya paduan suara tanpa aba aba kami serempak menjawab "Wah iya boleh Mas!" , "ya sudah kalian nanti bilang ke orang tua kalian dulu kalau mau ikut aku" saran Mas Gatot kepada kami berempat. "Oke Mas!" sahut saya ,karena kami sudah lama tidak berkunjung ke kota setelah perayaan hari ulang tahun kabupaten beberapa waktu silam.
Selepas Maghrib ,sedikit ramai karena ada cara tahlil di tetangga kami yang meninggal dunia karena "sepuh" beberapa bulan lalu. acara tahlil dilaksanakan setelah maghrib dan akan selesai sebelum isya' sekitar pukul 18 : 40 WIB. Saya masih di ruang tamu menyelsaikan pekerjaan rumah dari sekolah ,Setelah acara tahlil selesai Bapak - Bapak tempat kami terlihat membicarakan sesuatu yang sepertinya membahas rumor santer dari desa tetangga kami. Tapi saya lebih memilih masuk ke kamar dan menunggu Bapak sampai di rumah dan meminta ijin ikut Mas Gatot ke kota tengah malam nanti ,maklum perjalanan dari desa kami ke kota kabupaten terdekat adalah sekitar 6,5 jam melewati perkebunan karet ,tebu dan perkebunan kakao (coklat) di sisi kanan dan kiri selama 3,5 jam ,cukup lama bukan? iya. Karena sebagian jalan yang kami lalui bukanlah jalan aspal tapi jalan "makadam" (jalan tanah dengan batu yang ditata ala kadarnya tanpa aspal) tidak lama bapak kemudian masuk ke rumah ,"Pak ,aku boleh nanti malam ikut mas gatot ke kota buat beli bibit,kan besok libur sekolah?" tanya saya kepada bapak "sama siapa saja? kalian berempat?"tanya bapak ,"iya pak" jawabku ,"Yasudah gak apa2 yang penting hati hati di jalan ,Pamit ibukmu juga jangan lupa" ucap bapak mengiyakan. Disaat bersamaan Ibu sedang keluar kamar langsung menyahut permintaan saya ke bapak "yang penting gak sendirian berempat to? toh ada Mas Gatot ya sudah sana siap siap, nanti ibu titip barang sekalian buat bulikmu Sri nanti biar diambil sama Bulik Sri sendiri" (bulik : panggilan tante dalam berbahasa jawa) "iya bu" lanjutku. Jarum jam dinding di rumah saya sudah menunjukkan pukul 22 : 45 WIB dan kalian tau apa yang dititipkan Ibu kepada saya? pastinya enggak ya, ini saya kasih tau kok ,tidak lama setelah saya siap siap ternyata Ibu setengah karung beras dan Pisang beberapa sisir yang belum begitu matang karena masih berwarna hijau kekuningan .Oh iya sudah kebiasaan kami orang desa memberi buah tangan hasil dari kebun kami ala kadarnya. Dan tak lupa Ibu memberi saya sebungkus biskuit berikut Kopi panas di dalam kemasan botol air mineral plus Air mineral berbotol besar untuk bekal kami selama di perjalanan menuju ke kota. "Assalamualaikum!" teriak Djafar ,tetiba Djafar dan Edy Pahing muncul dari pintu dapur sambil membawa titipan dari orang tuanya masing masing dan menyapa saya yang masih di dapur dan berencana membuat secangkir teh sebelum menembus dingin dan pekatnya kabut malam itu.
10 menit kemudian Adhiem menyusul dengan Mas Gatot dan bertanya persiapan kami untuk memakai jaket karena hawa malam ini lebih dingin dari biasanya. Setelah saya pamit kepada Bapak & Ibu ,kami pun menuju mobil pickup Mas Gatot dan saya kebagian duduk di Bak belakang bersama Adhiem ,kami berempat sepakat untuk bergantian waktu perjalanan pulang untuk duduk di Kabin mobil. Pickup perlahan meninggalkan desa kami membelah malam sunyi perkebunan besar yang mengitari desa kami. 1,5 jam perjalanan kami terkesan biasa saja dapat dikatakan dan tidak ada sesuatu hal ganjil yang kami temui kecuali hewan liar yang menyebrang jalan setelah mobil kami berlalu ,iya saya duduk menghadap arah berlawanan dengan arah mobil yang dikemudikan Mas Gatot begitupun Adhiem juga tidak memberi sinyal khusus atau lainnya dan sambil membicarakan Dian ,gadis favorit sekolah kami, iya seperti pada umumnya remaja seusia kami membahas gadis cantik idola sekolah kami kemudian bercanda tentang kebodohan kami yang terjadi di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR DOKAR POCONG
Terrorsebuah teror dokar (andong) yang di kemudikan pocongan keliling desa kami dan sekitarnya ,konon setiap pintu yang di ketuk atau desa yang disinggahi akan mendapatkan malapetaka sampai berakibat kematian bagi penghuni desa. Teror ini pernah berlangsu...