2🌻Maaf

689 31 3
                                    

"Nggak."

Iqbaal mengerucutkan bibirnya, dia lalu mendekati (Namakamu) lagi dan memegang tangan gadis tersebut. "Please, pacar. Sekali ini aja kok, nggak bakal lagi-lagi."

(Namakamu) menatap Iqbaal, "Sadar nggak sih sama yang lo omongin?" (Namakamu) bangkit dari duduknya, "Lo cuman mikirin kesenangan lo sendiri aja! Lo nggak mikirin orang-orang, atau gue."

Iqbaal menghela, "Tapi, gue udah mikirin dampaknya kok," Iqbaal bersedekap dada, "Gue pasti menang."

"Lo mau nyerang semua anggota geng SMA Jaya sampai akar-akarnya itu sama aja nyari mati," (Namakamu) merasa sangat kesal, karena menurutnya Iqbaal itu terlalu goblok sampai akar-akarnya. "Mereka banyak!"

"Teman gue juga banyak."

"Lo ..." (Namakamu) kehabisan kata-kata untuk menasehati Iqbaal, "Lo nggak kenal aja siapa ketua geng mereka."

"Kenapa, sih?" Iqbaal menatap (Namakamu), "Lo serasa paling kenal banget sama ketua geng mereka."

"Memang!" (Namakamu) menyambung dalam hati, kan mantan gue.

"Pokoknya gue bakal nyerang SMA Jaya," Iqbaal mengambil tasnya, "Suka atau nggak suka, like or unlike. Nggak peduli!" Iqbaal menjulurkan lidahnya pada (Namakamu).

"Lo minta gue tinju, ya!"

"Coba aja," Iqbaal tersenyum, lalu dia merangkul pinggang (Namakamu) dan memberi ciuman di pipi kanan (Namakamu). "I love you, babe."

(Namakamu) mengusap pipinya yang di cium oleh Iqbaal, lalu dia menggeram pelan. "Babe babe your head!"

Iqbaal tertawa, dia lantas menaiki motor yang sudah terparkir didepan gang belakang sekolah.

(Namakamu) tidak peduli. Mau Iqbaal mati, mau Iqbaal cacat. Biarin! Yang penting dia udah coba nasehati. Kalau Iqbaal mati, atau cacat. Dia bisa nyari pacar baru, kan?

Seharusnya gitu.

Tapi, (Namakamu) ngerasa nggak tenang. Dia menghela sambil memejamkan matanya, "OK, kalau 30 menit dia nggak ngabarin gue. Terpaksa gue susul, terpaksa."

                                      ▪▪▪

"Kenapa kusut banget muka lo, Bal?" Kevin menatap Iqbaal.

"Nyai marah," Iqbaal bersandar pada tembok, wajahnya tertutup oleh hoodie hitamnya. "Dia bilang gue gila karena udah nyoba nyerang SMA Jaya."

"Hm?" Kevin menyerit, "Kenapa dia bisa bilang lo gila?"

"Dia bilang gue nggak kenal sama ketua geng SMA Jaya," Iqbaal menoleh, menatap Kevin. "Emangnya gue pernah kalah tawuran?"

"Nggak." Kevin menjawab.

"Gue ini hebat, kan?" Iqbaal tersenyum menatap langit, "Tapi, tatapannya tadi itu bukan tatapan percaya kalau gue bisa menang. Dia cemas, Vin."

"Lo bucin," Kevin membuka kaleng minuman bersoda miliknya, "Kalau lo nggak bisa nerima kecemasan dia, tinggal putusin."

"Nggak," Iqbaal menatap Kevin, "Gue bakal mutusin dia hanya dengan 2 alasan. Kalau dia yang mutusin, atau kalau dia lesbi."

Kevin menyerit, "Jawaban lo kayak kenal, deh."

RECOMMENDED READS
"(Namakamu)!"

"Apa sih lo?" (Namakamu) menyentak tangan Bastian yang menyentuh lengannya, "Bisa nggak usah sentuh-sentuh?" Tanya (Namakamu).

"Lo nggak bisa keluar sekolah lagi!"

"Why?" (Namakamu) menatap Bastian, "Suka-suka gue, dong. Mau gue keluar kelas atau kemana aja, hak-hak gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Couple❌IDR{17+}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang