New story again. Hope u like it minna ~~
No siders! No wars!
Don't like don't read!!!
Happy reading~~~~
Langit tampak suram, tetesan hujan terus mengalir membasahi kota seoul dari pagi hingga menjelang senja. Hawa dingin begitu terasa membuat siapapun enggan untuk keluar rumah.
Termasuk namja bermarga Jung yang kini tampak seperti orang linglung.
Jemari yunho mengusap selembar foto berisi namja cantik kekasihnya, apakah masih bisa di sebut kekasihnya setelah apa yang telah di lakukannya terhadap namja cantiknya selama bersamanya.
" jaejoongie... Bogoshippo... " bergumam kalimat yang sama semenjak beberapa jam lalu, yunho sadar sekarang jaejoongnya pergi jauh darinya karena kesalahan yang ia lakukan pada namja cantiknya.
Duduk di sebuah sofa panjang ruang tamu apartemen yang dulu ia berikan untuk jaejoong dengan menekuk kedua kakinya, memandang sejenak guyuran hujan yang kian deras yunho semakin teringat pada jaejoong yang sekarang entah ada dimana.
" mianhae.... " lirihnya dengan penuh penyesalan yang mendalam.
****
Busan....
Seorang namja cantik tengah sibuk merangkai bunga kertas beraneka warna di dalam kelas playgroup yang sudah kosong siang itu.
Selesai dengan pekerjaannya namja cantik bernama Kim jaejoong menghela nafasnya dengan panjang, senyum kepuasan tercetak di wajahnya. Bunga kertas yang cantik batinnya senang.
Tatapan jaejoong terpaku pada jari manisnya yang di hiasi sebuah cincin emas putih, ingatannya melayang kembali pada masa lalunya tiga tahun lalu dimana ia yang sudah bertunangan dengan Jung yunho seorang pewaris tahta kekayaan keluarga Jung memilih melarikan diri.
Bukan karena jaejoong tidak ingin bersanding dengan yunho yang sangat di cintainya tetapi kesalahan yang di lakukan namja Jung itu sangat fatal dan ia tidak bisa lagi memaafkannya.
" bagaimana kabarmu disana yunho-ah... " gumam jaejoong pada udara hampa.
Bukan jaejoong tak lagi merasakan cinta dan rindu pada yunho hanya saja hatinya masih terlalu sakit, meski jaejoong sudah berlapang dada menerima takdir cintanya tapi sungguh ia tak bisa untuk berdamai dengan keadaan sampai saat ini.
Membuang nafasnya dengan kasar jaejoong bangkit berdiri, setiap kali mengingat masa lalunya ia kembali menjadi lemah. melangkah pergi meninggalkan ruang kelas dengan menggenggam seikat bunga kertasnya.
Saat sudah sampai di luar area playgroup seorang namja dengan lesung pipi sudah berdiri menunggunya.
" siwon-ah, kau sudah lama menungguku? " jaejoong bertanya dengan nada ramah pada namja di depannya. Tak ada lagi raut kesedihan di wajahnya.
Choi siwon mengangguk sopan. " tuan besar meminta anda untuk menemuinya segera. " ujarnya dengan teramat sopan.
Jaejoong mengangguk paham, segera masuk ke dalam limousine hitam tanpa bertanya lagi pada choi siwon yang merupakan salah satu orang kepercayaan seseorang yang telah banyak berjasa dalam menyelamatkan hidupnya selepas lari dari yunho.
Limousine mewah itu berlalu meninggalkan area halaman playgroup yang sudah sangat sepi.
***
Jaejoong memasuki mansion dengan langkah santai, menyerahkan tas dan juga bunga kertasnya pada salah satu maid yang menyambut kedatangannya.
Menyusuri lorong panjang di sayap kiri mansion, jaejoong berdiri di depan sebuah pintu berukiran naga. Menghela nafasnya sebelum jemari lentiknya memutar gagang pintu tersebut.
Menutup kembali pintu tersebut setelah memasuki ruangan itu yang di penuhi rak rak buku, perpustakaan.
Mata bulat jaejoong mendapati seorang namja tampan tengah duduk santai dengan menyilangkan kakinya di sebuah kursi jati berukiran naga dengan hiasan emas murni, menunjukkan kedudukan namja tersebut yang sangat tinggi.
" jangan menatapku seperti itu.. " hardik jaejoong sebal tanpa rasa takut sedikitpun saat ia mendapatkan tatapan tajam dari namja di hadapannya.
Terdengar kekehan singkat dari bibir penuh namja tampan di depannya, jaejoong memutuskan untuk duduk di kursi seberang meja, membalas tatapan tajam namja itu dengan tatapan polosnya.
" tck. Jangan gunakan wajah polosmu saat aku sedang tidak baik-baik saja jae. " protes namja tampan itu dengan suara bassnya.
Jaejoong tergelak senang. " sesuatu mengusikmu seunghyunnie.. " tebaknya dengan baik. Jaejoong yakin salah satu anak buah namja yang di panggilnya seunghyunnie itu melakukan kesalahan besar.
" kau memang pintar. " dengus seunghyun dingin.
Jaejoong menyeringai. " lalu? "
Seunghyun memainkan senjata api yang sejak tadi berada di tangannya. Mencondongkan moncong senjatanya tepat di dahi jaejoong, sementara namja cantik itu tidak merasa gentar atau takut sedikitpun.
Tatapan tajam seunghyun melunak, berdecak malas sebelum mengarahkan senjatanya kearah lain.
Dorr~~
Pranggg~~~~
Guci mewah di sudut ruang perpustakaan itu pecah setelah menjadi sasaran kekesalan Choi seunghyun.
Jaejoong memicing tajam melihat guci yang di belinya dari pengrajin terkenal di belgia itu hancur berantakan.
" Choi bodoh! Idiot! Itu guci kesayanganku!! " sembur jaejoong dengan penuh kekesalan.
" ups mian jae, tanganku gatal.. " kilah Choi seunghyun tanpa merasa bersalah, memasang raut tanpa dosanya yang semakin membuat jaejoong bertambah berang.
" aku tidak mau tahu Choi kau harus mengganti guci itu dengan yang baru sore nanti. " titah jaejoong tegas tak terbantahkan.
Jaejoong bangkit berdiri dengan bersidekap, dagunya terangkat angkuh.
Sementara itu seunghyun terkekeh senang sudah berhasil membuat jaejoong marah.
" baiklah jae akan aku penuhi. "
" bagus, kau memang pintar Choi. "
" aku bukan anak balita jae.. " rengek seunghyun tidak terima jaejoong yang seolah menganggapnya anak balita, itu penghinaan untuknya.
Jaejoong mendelik galak, seunghyun mendadak lesu. Seunghyun tidak bisa menang setiap berdebat dengan jaejoong.
Jaejoong hendak berbalik pergi meninggalkan ruangan tersebut sampai tiba-tiba kalimat yang di sampaikan seunghyun membuat tubuhnya menegang.
" nanti malam aku akan ke seoul, kau mau ikut? "
Mengepalkan tangannya dengan kuat sampai buku-buku jarinya memutih berusaha menguatkan hatinya sendiri setiap kali mendengar nama kota itu di sebutkan.
" tidak dan tidak akan pernah. " sahut jaejoong singkat dan dingin.
Brakkk~~~
Pintu perpustakaan di banting kuat oleh jaejoong dari luar, meninggalkan seunghyun yang memandang kepergian jaejoong dengan tatapan yang sulit di artikan.
" jangan sampai kau terluka lagi jaejoong. " gumamnya pelan sebelum memejamkan matanya guna mengusir bayangan bayangan buruk yang melintas di pikirannya.
TBC or end????
Hahahahaha!!! Ff abal apa lagi ini wkwkwk
Layak lanjut apa ngga itu tergantung vomment kalian guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting The Sun
Fanfictionyaoi/yunjae/hurt/dldr. cintamu adalah hidupku... dalam kedalaman dari kehausanku dalam keramaian dan kesepian aku merindukanmu selalu....