Kriiiiiiiiing~
Aku membuka mataku dan mematikan alarm di meja belajar samping tempat tidurku. Aku langsung mendudukkan diri di tempat tidur dengan mata yang sepenuhnya masih tertutup.
Tok tok tok~
Aku menolehkan kepalaku mendengar ketukan di pintu kamarku. Tidak keras, tapi cukup membuatku tersentak.
"Olivia, cepat bersiap-siap! Ayah dan ibu akan menunggumu dibawah untuk sarapan." Teriak ibuku dibalik pintu.
Tanpa menjawab perkataan ibu, aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai, aku langsung memakai seragam sekolah baruku sambil berdiri di depan cermin.
Tidak membutuhkan waktu lama untukku dalam hal berdandan didepan cermin. Aku kurang tertarik dalam hal berdandan seperti wanita diluar kebanyakan.
Aku hanya akan menggunakan lipbalm, eyeshadow, dan sedikit mengoleskan sesuatu berwarna pink di pipiku agar wajahku terlihat segar.Aku langsung turun kebawah untuk sarapan bersama kedua orang tuaku di sana. "Olivia, ayah akan mengantarmu ke sekolah hari ini begitupun saat kau pulang sekolah."
"Aku sudah dewasa ayah, biarkan aku pergi sendiri." Ucapku tenang sambil mengoleskan selai cokelat di roti tawar milikku.
"Tidak, tidak dan tidak! Ini adalah hari pertama mu di sekolah baru dan ayah tidak ingin kau tersesat nantinya."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri ayah. Aku sudah besar sekarang, tolong jangan terlalu mengkhawatirkan diriku." Aku melirik Ayah disampingku yang menghembuskan nafasnya pelan.
"Tidak, hari ini tetap ayah yang akan mengantar dan menjemputmu sekolah. Tidak ada penolakan!" Tegas ayah membuatku memutar bola mataku malas.
Aku tidak peduli dengan perkataan ayah dan lebih memilih untuk menyelesaikan sarapanku. Setelah selesai, aku dan ayah langsung keluar menuju mobil hitam pribadi ayah yang terparkir di halaman depan rumah.
"Hati-hati di jalan." Teriak ibu di depan teras rumah pada aku dan ayah yang sudah di dalam mobil.
Mobil ayah pun mulai bergerak keluar dari pagar dan berbaur dengan hiruk pikuk jalan raya. Selama di perjalanan aku sama sekali tidak membuka mulut untuk berbicara pada ayah di sampingku yang menyetir.
"Pulang akan ayah jemput di sekolah." Ucap ayah di sampingku yang mulai mengeluarkan suara.
Tidak asing lagi bagi ayahku jika melihat aku yang tidak banyak bicara dan terkesan dingin. Semenjak kejadian itu, pribadiku benar-benar berubah sembilan puluh derajat. Yang awalnya ceria dan cerewet menjadi pribadi yang tertutup dan tidak banyak bicara.
Sampai saat ini, tidak ada yang tahu jika aku sedikit berbeda dari manusia yang lain. Yah, aku adalah seorang indigo di mana aku dapat melihat 'mereka' yang sudah mati.
Aku mulai mengetahui diriku seorang indigo saat aku berumur 7 tahun. anak-anak seusiaku mungkin dipenuhi dengan rasa ingin tahu saat itu, mencari sendiri tentang masalah ini di internet hingga aku mulai paham dengan apa yang terjadi pada diriku saat itu. Setelah aku tahu apa itu indigo, aku mulai terbiasa dengan kehadiran 'mereka' saat itu.
Tidak semua dari 'mereka' adalah roh jahat, sebagian dari mereka juga ada yang baik. Aku mulai terbiasa saat berkomunikasi dengan mereka saat itu walaupun sedikit.
Aku juga dapat merasakan kesakitan jika melihat 'mereka' yang memiliki energi negatif yang kuat. Jika itu terjadi, maka aku akan mengalami mimisan bahkan pingsan saat itu juga.
Tidak terasa mobil ayah pun berhenti tepat didepan gerbang hitam besar yang membuat bangunan tersebut terkesan mewah.
"Tunggu di sini jika ayah belum menjemputmu, jangan kemana-mana." Aku langsung keluar dari mobil tanpa membalas perkataan ayah tadi dan langsung masuk kedalam bangunan besar tersebut yang akan menjadi tempat baru ku untuk menimba ilmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Girl
Horror"Separuh jiwamu masih terkurung didalam dunia 'mereka', kau harus mengambil separuh jiwamu kembali secepatnya jika kau masih ingin melihat dunia lebih lama lagi." Indigo Girl~