INI SATU

7 1 0
                                    

~INI FITA~~

" Fit, bekalnya."

Fita melepas sepatu dan kembali ke ruang makan.

"Sudah. Berangkat dulu, Ma."

"Botol minum, Fit." Memutar arah, kembali masuk ke dalam rumah.

"Ini seriusan berangkat, Ma."

"Fita." Panggil Siska–Mama Fita-namun tetap fokus pada rutinitas pagi bersama tanaman hiasnya.

"Udah semua kok, Ma." jelas Fita.

"Hari ini rabu, pakai seragam putih-putih bukan pakai batik, Fita." Siska mengingatkan dengan sabar.

". . ."

"Cepat ganti baju! Sekarang sudah jam-" Belum tuntas Siska mengucap, terdengar bunyi gedebuk diiringi teriakan nyaring dari dalam rumah. Menjelaskan peristiwa apa yang telah terjadi di dalam sana.

Begitulah rutinitas Fita Karisma Ramadhanti setiap pagi. Anak ke dua dari tiga saudara yang terlalu lama antri di bagian lupa ketika Tuhan akan membagi daya ingat untuknya. Membuat kedua orang tua dan saudaranya heran, apakah lupa sudah menjadi hobby atau mungkin bakat alami seorang Fita.

~INI ISMA~

"Sudah sarapan, Nduk?"

"Sudah."

"Bekal dan botol minum?"

"Sudah, Bu. Dompet sama hp juga sudah. Berangkat, Bu." pamit Isma setelah mengecek segala keperluannya.

"Nduk Anti." panggil Mistiyah -Ibu Isma- lagi.

"Iya, Bu?"

"Bawa dompet tapi nggak bawa sangu?" tanya Marni sambil mengangkat selembar uang dua puluh ribuan.

Cengengesan, Isma kembali menghampiri sang ibu dan mencium kedua pipinya.

"Berangkat, Buuuuu."

Isma Dwiantari Aprianti anak bungsu dari pasangan suami istri sederhana. Dengan wajah, kecerdasan dan kemampuan yang sederhana pula. Singkatnya, Isma memiliki kehidupan yang biasa saja. Sebiasa rutinitas pagi sebelum ia berangkat sekolah seperti hari ini.


Mungkin ada satu kelebihan Isma yang bisa ia banggakan. Menjadi bucin-budak cinta- setia para oppa koreanya. Oke fix, bakat alami ini yang akan ia kembangkan agar mengembang sempurna seperti adonan kue kukus spesial buatan ibunya.

~INI DELIA~

"Non bangun. Sekarang sudah jam enam lewat."

Tidak ada sahutan. Sudah 20 menit Bik Sri telah melakukan hal yang sama. Memberanikan diri untuk membuka pintu, Bik Sri panik bukan main melihat Nona Mudanya tergeletak di lantai kamar dengan pose yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Non, ya gusti Non! Jangan bikin bibik takut gini, Non. Bangun, Non." Bik Sri mengguncang tubuh Nona Mudanya.

Merasakan guncangan cukup keras yang mengganggu tidurnya, Delia membuka sebelah kelopak matanya. "Hnngg. . ."

"Duh Gusti. Bik Sri kira non kenapa-napa. Ngapain tidur di lantai kalo punya kasur gede kayak gini, Non?" tanya bik Sri sambil menepuk keras ranjang Delia.

Delia hanya tersenyum kecil sambil merenggangkan otot-ototnya. "Ada apa bik?"

"Duh, bibik sampai lupa. Sekarang sudah jam-" Melihat jam besar yang ada di kamar.

"Jam enam lewat tiga puluh, Non." lanjut Bik Sri menyampaikkan niat awal kedatangannya.

"WHAT THEFFF" Delia segera bangkit dan berlari  ke kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The MoronsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang