Tik... Tik... Tik...Rintik hujan mulai membasahi jalanan ibu kota. Di dalam sebuah cafe ,seorang gadis tengah menyesap cokelat panas. Sambil sesekali mengetik sesuatu di laptop nya.
Layaknya manusia,langit seolah memiliki perasaan.
Dulu dia bahagia,saat matahari masih memancarkan sinarnya.
Berbagi terang dengan seluruh alam semesta.
Sekarang,awan hitam t'lah merenggut kebahagiaannya.
Sinar tanda kebahagiaan t'lah sirna. Tergantikan kegelapan dan tetesan air mata sang paripurna.-Aryana Daisy-
Aryana menutup laptopnya sembari menghela napas pelan. Ditatapnya hujan melalui dinding cafe yang terbuat dari kaca.
Hujan,sudah menjadi temannya hampir satu setengah tahun ini. Jika orang menganggap hujan adalah suatu kesialan. Maka tidak bagi Aryana,baginya hujan adalah penenang.
Suara lonceng bersamaan dengan terbukanya pintu cafe mengalihkan perhatian Aryana.
Sesosok lelaki menggunakan hoodie hitam dengan tudung menutupi kepala yang membuat wajahnya tak nampak jelas.
Aryana memberi tatapan intimidasi,ia merasa pernah mengenali lelaki itu.
"Ah,mungkin perasaan gue aja." batin Aryana.Ponsel Aryana bergetar menandakan seseorang menelponnya. Aryana melihat siapa yang menelponnya,nama "Mama" terpampang jelas di layar ponselnya.
Dengan malas Aryana mengangkat telponnya.
"Hm"
"Aryana kamu kemana aja,Mama khawatir" ucap Kila,Mama Aryana diseberang sana. Terdapat nada khawatir disana.
"Cafe"
"Yaudah,jangan pulang kemaleman ya"
"Ya"
Sambungan telepon terputus. Bersamaan dengan suara kursi yang ditarik didepan Aryana.
"Gue boleh duduk disini kan?" tanya seorang lelaki yang ternyata si hoodie hitam.
Dikepalanya sudah tak terpasang tudung,membuat Aryana bisa melihat jelas wajah dari lelaki tersebut.
Dan.. Ya Aryana memang mengenali lelaki itu.
"Lo ngapain kesini!?" tanya Aryana berapi - api.
"Woo.. Woo.. Santai.. Gue cuma mau memperbaiki apa yang udah gue rusak di masalalu" ucap lelaki itu.
"Semua omongan sampah lo nggak akan memperbaiki semuanya!!" Cukup,Aryana tidak mau masalah satu setengah tahun lalu semakin panjang lagi.
"Tapi Aryana gua--"
"Apa dengan lo mohon - mohon kaya gini bakal buat semua menjadi seperti semula!? Nggak!"
Aryana dengan cepat membereskan barang - barangnya,lalu pergi meninggalkan cafe beserta cowok yang berargumen dengannya.
🍥🍥🍥🍥
Aryana mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Tak peduli jalan licin akibat hujan ia terus menancap gas,mengacuhkan umpatan - umpatan yang dilontarkan dari pengguna jalan lain karena tindakannya.
Mobil Aryana berhenti di depan pagar setinggi 5 meter. Aryana menekan klakson berkali - kali hingga akhirnya pagar dibukakan oleh satpam rumahnya.
Aryana keluar dari mobilnya lalu ditutupnya pintu mobil dengan keras. Ditatapnya Bi Inem yang sedang berdiri membelakanginya sambil memainkan jari tangannya.
"Kenapa,Bi?"
Suara Aryana mengagetkan Bi Inem,akhirnya gadis itu pulang juga. Dari pagi sampai malam Aryana tidak pulang,itu membuat Mama Aryana sangat khawatir.
Apalagi dalam kondisi cuaca yang sedang tidak mendukung seperti ini. Orang tua mana yang tidak khawatir anak gadisnya pergi keluyuran seharian dan sendirian.
"Non ditunggu Nyonya di ruang tamu. Nyonya sangat khawatir sama Non." ucap Bi Inem.
Aryana tidak mendengarkan perkataan Bi Inem,ia langsung masuk tanpa mengucapkan salam atau apapun. Sungguh,anak yang sangat sopan.
Mendengar pintu yang dibuka,Kila segera bangkit dari tempat duduknya. Ia melihat Aryana masuk dibuntuti Bi Inem.
Kila menghampiri putrinya,harap-harap ia bisa mendekati putrinya barang hanya sekali.
"Aryana,Mama khawatir sama kamu. Kamu kemana aja? Ada yang sakit atau luka nggak?" Kila mengelus puncak kepala Aryana. Namun,belum sampai 3 detik. Aryana menghempaskan tangan Kila dari kepalanya.
"Anda tidak usah mencari perhatian saya. Sampai kapan pun,saya tidak akan pernah menerima anda menjadi Mama saya" ucapan Aryana sangat menyakiti hati Kila.
Air mata mulai membasahi wajah wanita paruh baya itu. Kapan Aryana akan menerimanya sebagai Mamanya? Orang yang disayanginya? Tempat seorang anak mencurahkan keluh kesahnya?
Aryana yang melihat Mamanya-ahh!! Kila menangis hanya membuang muka. "Air mata buaya,seperti biasa" batin Aryana,geram.
Aryana bergegas menaiki tangga menuju kamarnya,dari pada harus melihat drama yang lagi-lagi dimainkan oleh wanita itu.
Aryana membanting pintu kamar sekencang-kencangnya. Ia melempar tasnya ke sembarang arah. Tak peduli laptop dan ponsel yang berada di dalamnya akan pecah.
Dibaringkannya tubuhnya di kasur,ia memejamkan matanya sejenak. Mengurangi pening dikepalanya akibat beberapa kejadian di sore ini.
Niatnya untuk meliburkan diri dari masalah-masalah yang terus menimpanya,hancur sudah.
Pertemuannya dengan lelaki brengsek di cafe tadi,membuat memori masalalunya kembali. Konflik-konflik dari satu setengah tahun lalu masih terbayang di benak Aryana.
Tanpa sadar, Aryana menjatuhkan air matanya. Membiarkan benda bening itu membasahi pipinya. Ia memeluk guling sambil menangis sesenggukan.
Kebiasaan inilah yang akhir-akhir ini dilakukannya dikamar. Menangis mengingat masalalu.
Lantas masalalu apakah yang menimpa Aryana,sampai kenangan dari masalalu itu masih membekas dipikirannya? Apakah seburuk itu?
-
-
-Heloo!! Destia comeback dengan cerita yang amburadul lagi nih! Insyaallah ngga kaya cerita yang kemaren-kemaren(buat trus hapus hehe).
Jangan lupa vote and coment ya!
See you...
Salam cinta Destia❤
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUARY [REVISI]
Teen FictionMungkin ini bukan kisah romansa tentang dua insan yang saling mencinta. Hanya kisah biasa,dari masalalu yang belum terkubur masa. Masih tersimpan rapat dihati seorang manusia yang dibuat kecewa karnanya. "Saya berada pada posisi dimana hanya ada dua...