Pagi ini tak seperti biasa. Kasur tak lagi ditempati sendiri atau diisi oleh kekosongan di satu sisi. Selimut tak lagi tertata rapi, pun bentuk bantal dan guling berpencar ke banyak arah.
Kedua manusia yang kini tengah asik bergelung dibawah selimut dengan posisi saling memeluk menjadi kan pagi ini semakin terasa berbeda. Bahkan mereka berdua sama sekali tak terganggu dengan kicauan keras burung di luar sana dan pendar silau dari Sang mentari.
Hangat.
Semuanya. Perasaan mereka menghangat, pun juga sama dengan tubuh yang saling bersinggungan menjadikan mereka merasa saling memiliki.
Deru nafas hangat yang saling bersahutan menjadikan mata semakin enggan untuk terbuka. Jika saja ego bisa mengalah dari dulu, mungkin saja kini mereka bisa merasakan kebahagiaan berlipat-lipat dari pagi ini.
Raihan yang membuka mata pertama kali dan disambut dengan wajah ayu Alina. Begitu tenang dan kembali menggetarkan hati Raihan. Ia dengan perlahan bangkit dan menyibak selimut dengan hati-hati karena tak ingin menganggu tidur pulas Alina.
Beranjak keluar kamar dan segera masuk ke kamar mandi adalah hal yang Raihan lakukan selanjutnya. Ia memikirkan reaksi apa yang akan ia tunjukkan ke Alina nantinya? Apakah ia harus kembali bersikap dingin? Atau berubah menjadi pribadi yang romantis?
Sejujurnya, Raihan masih bingung dengan perasaannya pada Alina. Jika ini disebut dengan cinta, apa semuanya datang tak terlalu tiba-tiba?
Namun, rasa apa yang ia alami saat bersama Alina? Apakah hanya sekedar rasa nyaman dan ingin melindungi karena kini Alina sudah menjadi tanggung jawabnya?Raihan masih terlalu awam untuk rasa ini. Meski di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga, namun Raihan masih kaku untuk urusan hati. Pasalnya, dari jaman sekolah hingga lulus kuliah Raihan tak terlalu mengurusi soal cinta, yang ia pikirkan hanya belajar dan membanggakan orang tua.
Hal ini yang menyebabkan Raihan bingung untuk bersikap bagaimana kepada Alina untuk kedepannya. Raihan menyudahi kegiatan mandinya setelah tersadar bahwa ia telah menghabiskan banyak waktu karena memikirkan soal Alina.
Ia masuk ke dalam kamar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Raihan kira ketika ia membuka pintu, gundukan selimut dan wajah tenang Alina yang akan ia dapati. Namun sayangnya, saat ia baru saja menginjakkan kakinya kedalam kamar, ia harus disambut dengan lengkingan keras dari Alina.
Dengan memasang wajah shock dan selimut yang dinaikkan hingga bawah hidungnya, Alina menatap Raihan dengan raut pucatnya.
"Apa yang udah bapak lakukan ke saya ??!!"
Raihan menatap Alina sambil menaikkan satu alisnya. Dan memasang seringai ketika menyadari jika menggoda Alina di pagi hari akan menjadi hal yang menyenangkan.
"Melakukan kewajiban saya sebagai suami lah. Memangnya kenapa? Toh kamu juga suka"
Raut Alina berubah menjadi merah padam hingga menjalar ketelinganya. Sekelebat ingatannya tentang semalam membuat tubuh Alina meremang karena tak percaya bahwa ia telah melakukannya dengan Raihan.
"Ini namanya pemerkosaan!!"
"Eh mana bisa? Saya kan suami kamu, dan tugas kamu kan memang melayani saya baik jasmani maupun rohani"
Kembali Alina dibuat bungkam dengan pernyataan Raihan. Semua yang dikatakan Raihan memang benar, namun Alina 'kan masih belum siap.
"Udah gak usah dipikirin. Kamu mau mandi gak? Sini saya gendong, kayaknya kamu masih kecapekan"
"Gak usah! Gak perlu pak, saya bisa sendiri"
"Berhenti manggil saya bapak. Tadi malem kan udah saya ingetin! Kamu mau saya hukum lagi kayak tadi malem?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Ditangan Mama [ON GOING]
Teen Fiction[Slow Update] Raihan Syahreza. Lelaki berusia matang yang belum juga mendapat jodoh. Bukan karna tak laku, Ia hanya tak ingin. Hingga membuat Sang Mama harus turun tangan untuk mencari pendamping hidup yang pas bagi Raihan. Apa yang harus Raihan la...