Siang itu, Gyanda lagi leyeh-leyeh di kamarnya. Kuliahnya lagi libur selama sebulan sehabis UAS. Jadi Gyanda memutuskan untuk pulang dan menghabiskan waktu di rumah, dan pulang ke kosan h-1 jadwal kuliah dimulai kembali.
"Kak, makan sini," kata ibunya dari luar kamar.
"Iya, Bu. Bentar!" jawabnya.
Selang beberapa detik kemudian, hapenya bErdering. Gyanda melirik layar ponselnya.
Aruna Lidya
Segera Gyanda mengangkat teleponnya.
"Gyanda!"" Sapa Lidya di telepon.
"Iya, Lidya! Apa kabar?" jawab Gyanda.
"Gue baik. Lo gimana, Gy?"
"Gue baik, alhamdulillah."
"Bagus, deh. Eh Gy, lo tau kan, dua minggu lagi ada reuni SMA?"
"Iya, tau. Gue liat di postingan instagramnya Elina sama Alea kemaren."
"Ikut yuk, Gy!" ajak Lidya.
"Ikut ke acara reuni?"
"Iya! Lu juga udah lama kan gak ketemu mereka?"
"Aduh, tapi kayaknya gue gak bisa ikut deh, Lid."
Jujur, Gyanda tuh males banget ikut acara reuni kayak gini. Bukan apa-apa, tapi Gyanda tuh ngerasa kalo dia bukan orang famous kayak Diandra, Alea, atau Rangga yang pasti bakal diinget sama temen-temen di sana. Makanya, Gyanda lebih suka meet up biasa aja sama temen-temennya.
"Kenapa? Ada acara ya, Gy?"
"Iya, ada acara, Lid, tanggal segitu. Sorry ya."
"Ya gak papa kali, Gy! Kan bisa ikut lain kali," kata Lidya.
Huft...Untung Lidya orangnya. pengertian.
"Ya udah kalo gitu. Catch me later, ya. Bye, Gya!"
"Bye, Lid!"
Klik! Sambungan telepon terputus.
"Kakak, makan ayo!" seru ibunya Gyanda dari luar.
"Eh, iya, Bu." buru-buru Gyanda menaruh ponselnya lalu keluar menghampiri ibunya.
*
Malam itu, Gyanda bisa dibilang sedang galau berat. Dia bingung, apakah harus ikut reuni atau engga. Ikut reuni, bisa saja Gyanda bertemu dengan teman-teman lamanya. Flashback masa SMA and anything we usually do ketika lagi reuni. Lebih jauhnya lagi, bisa saja Gyanda bertemu dengan dia. Mereka bertemu, mengobrol sebentar, lalu menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.
Tapi kalo dia gak dateng gimana?
Atau dia dateng, tapi udah bawa gandengannya sendiri, gimana?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berputar di kepala Gyanda.
Pusing. Akhirnya Gyanda memutuskan untuk menelepon seseorang.
"Halo."
"Halo, Gy. Ada apa?" kata temannya itu di ujung telepon. Suaranya serak seperti orang yang baru bangun tidur.
"Ki, lo kebangun?" tanya Gyanda.
"Iye."
Gyanda terkekeh. "Sorry, ya."
"Hmm. Buruan Gy, gue ngantuk banget sumpah."
"Oke, oke. Lo ikut reuni SMA?"
"Engga tau, tuh. Kemaren juga Lala nanya ke gue mau ikut atau enggak."
"Terus?"
"Ya gue jawab aja, gak tau."
"Terus, terus?"
Kinar berdecak. "Terus, terus. Berasa tukang parkir tau gak?"
Gyanda tertawa.
"Kenapa?"
"Tadi Lidya telepon, dia ngajak gue ikut reunian."
"Oh. Ikut aja sih, Gy. Siapa tau ketemu Ram—"
"Apaan sih, Ki." potong Gyanda dengan nada ketus.
Terdengar suara Kinar tertawa di sebrang sana. "Biasa aja dong, kalo gak ada apa-apa."
Gyanda diam tidak menjawab perkataan Kinar barusan.
"Gy, mungkin dengan lu dateng terus ketemu sama dia, siapa tau masalah kalian selesai." Ujar Kinar.
"...."
"Gue tau apa yang dia udah lakuin tuh brengsek banget emang. Tapi mungkin dia punya alasan tersendiri kenapa dia ngelakuin itu."
"...."
"Gy, gak selamanya kan, lu bakal nyimpen rasa benci lu ke dia?"
"...."
"Sorry, sorry, gue jadi nasehatin lu. Ya udah, kalo emang lu gak mau dateng, bilang aja ke Lidya."
"Gue udah bilang ke Lidya, kok, kalau gue gak bisa dateng."
"Oh ... ya udah. Beres dong masalahnya?"
"Eng, iya, sih. tapi ...," Gyanda berlirih.
"Tapi lu galau, pengen ikut juga?" tembak Kinar langsung.
"Enggak, kok!" kata Gyanda, sambil ngegas.
Kinar tertawa. "Denial aja terooss!"
Gyanda berdecak. Kinar ini apan sih?!
"Gy, gue ngantuk, nih. Telepon gue besok lagi aja."
"Ya udah. Bye, Ki."
"Bye!"
Klik! sambungan telepon terputus.
Setelah menaruh ponselnya di meja, Gyanda mengambil bantal di sebelahnya. Lalu menutup mukanya dengan bantal itu.
Diam-diam Gyanda menangis.
***
gak tau kenapa, tiba-tiba ada ide bikin cerita ini.

YOU ARE READING
Ante Meridiem
RomanceTentang Gyanda, dan kebiasaannya yang baru bisa tidur pada tengah malam.