Belajar Kelompok
Ciko menghela napas panjang, menyesal karena telah berniat untuk mengajari teman-temannya yang membuat pusing saja. Kalau terus begini, Ciko yang awalnya ingin berbaik hati membagikan ilmu malah akan ketularan dengan kebodohan teman-temannya.
"Gue sekarang paham, ternyata sin² dan cos² ini sepasang kekasih." Ucap Yudan sambil mengangguk penuh pemahaman.
Doni mengerutkan keningnya, "Lah, kok gitu?"
"Iya lah, mereka kalau ditambah akan menghasilkan satu. Seperti gue sama Ai. Bersatu dan tak terpisahkan. Tapi gue gak suka sama tan." Jelas Yudan sambil mencolek-colek kata 'tan' yang ada di bukunya. "PHO." Sambungnya.
Ciko menghela napas panjang mendengar penuturan teman sebangkunya itu yang selalu memiliki pemahaman aneh. "Lu hapal aja dulu rumus trigonometri Yud, gak usah mikir yang aneh-aneh." Tegur Ciko.
Yang ditegur langsung mendengus, "Ini fakta tau Cik."
"Bacot lu Yud!" Umpat Jala yang membuat Yudan mendelik tidak suka.
Heri berjalan dari balik tembok dan datang berkumpul bersama para tamunya dengan menyeret Ogi dengan paksa. "Hehe, Ogi pengen gabung. Tapi dia malu katanya." Ucap Heri yang langsung duduk di sofa dengan Ogi di sampingnya yang menunduk dan penuh penolakan dalam hati. Pemuda yang baru saja pindah sekolah itu berharap dia tidak lupa mengunci pintu kamarnya sehingga makhluk seperti Heri tidak dapat menyeretnya dari zona nyaman.
Empat tamu saling berpandangan, merasakan kecanggungan dari Ogi. Pada dasarnya mereka dan Ogi memang pernah satu kelas saat SMP, tapi karena Ogi adalah orang yang pendiam, jarang bergaul, dan suatu alasan lainnya membuat mereka tidak akrab dan sebatas teman kelas.
Ciko berdehem singkat, membalikan lembaran bukunya dan mengambil pulpen tinta biru kemudian menunjuk soal limit. "Jadi kalau kalian dapat soal yang kayak gini, yang cuma tan dan sin. Kalian tinggal bagi saja."
Doni menganggukan kepala, "Kalau gue dapat cos, gimana?"
"Kan dia tadi bilang gunakan persamaan trigonometri, dodol lu bego!" Jawab Jala dengan temperamen kasarnya.
"Emang lu ngerti?" Tanya Yudan yang tak percaya.
"Kalau gue ngerti gak mungkin gue di sini. Goblok!"
"Hehe, orang goblok bilang goblok. Kan lucu." Sindir Heri dengan senyum manisnya.
"Bacot."
Ogi duduk manis di sofa dengan penuh kegelisahan. Dia tak henti-hentinya menyesali keteledorannya. Berharap para tamu cepat pulang dan dia bisa pergi kembali ke kamar. Kemudian ingatkan dia untuk selalu mengunci pintu kamar apa pun yang terjadi.
Ciko yang peka pada kegelisahan Ogi hanya bisa merasa kasihan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa dan juga ikut menyesal. Seharusnya dia tidak menyetujui ajakan teman-temannya untuk belajar kelompok dan membuat alasan untuk menolak.
Debat, analisis, dan pemahaman yang aneh mengisi kegiatan belajar kelompok mereka. Hingga akhirnya mereka menyerah pada ilmu dan menutup buku.
"Oke, gue sudah pintar. Saatnya makan." Ucap Yudan penuh depresi. Dia tidak terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar.
Doni mengangguk setuju, "Kita perlu mengisi kembali tenaga."
Sedangkan sang guru, hanya bisa bersabar. Mereka baru saja belajar setengah jam, itu pun di penuhi dengan debat tak berfaedah, dan mustahil untuk murid seperti mereka dapat menyerap ilmu dengan mudah. Yang ada ilmu yang mereka dapat hari ini hanya memantul ke otak kemudian hilang.
"Hehe, beruntung ada Ogi. Ogi pintar masak loh."
Dalam hati Ogi terus menyesali dirinya yang lupa mengunci pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen FictionWarning* *Cerita ringan yang beberapa chapter hanya berisi satu atau dua kalimat doang. *Terdapat kata-kata kasar/umpatan. *Tidak ada prolog/sinopsis, langsung baca aja. Cerita sepaket : Titik Bukan koma (TBK) > MangaToon/Noveltoon