Bagian 1

9 1 0
                                    

Akan diusahakan up setiap hari...
Gue buat melatih menulis...
10 April 2019

Rambut lurus yang diikat sederhana, dengan poni samping menutupi dahinya yang lebar, terlihat pada cermin gadis berseragam abu-abu. Dia meraih kacamata yang tergeletak di atas nakas lalu memasangkanya pada mata minusnya.

"Fely, buruan Nak! dah ditungguin Rani nih!" suara khas ibunya menyuruhnya segera keluar kamar, bersiap berangkat sekolah.

Setibanya di ruangan di mana ada ibunya dan satu sahabatnya berada. Wanita berpakaian daster motif bunga menyodorkan roti tawar dengan selai kacang. "Sarapan dulu,Nak!" Anak semata wayangnya terlihat tak begitu peduli. Dia menggelengkan kepala.

Dia mengecup punggung tangan ibunya dan menarik tangan sahabatnya yang masih menikmati roti tawar.
"Eh, tunggu dulu Fell!" pinta Rani. Di Ingin menikmati sarapanya, setidaknya itu tinggal dua gigitan lagi. "kau ini, aku khan lagi sarapan manja." ocehnya dengan gaya centil biasanya.

Gadis berkacamata minus segera melempar senyum, dia tak mau berbantah ria dengan Rani. Dia hanya akan terus membawa sahabatnya ke halaman rumahnya dan bergegas pergi.

"Hati-hati ya, Nak!" seruan ibu Fellysa mengantar kepergian putri dan satu sahabat putrinya yang bersiap dengan motor beat sport cewek.

"Kenapa buru-buru sih? Lagian lo juga belum sarapan Fell!"

Tidak ada gubrisan, sahabatnya terlihat serius dengan suasana jalan yang mulai ramai.

"Pasti ada sesuatu yang gak beres ya Fell?"

Nampaknya Felysa dalam kondisi tidak menyenangkan. Senyuman tadi pagi pun terlihat ganjil.

Setibanya di gerbang sekolah, Felysa membiarkan sahabatnya turun dari boncengan dan dia sendiri berlalu menuju parkiran.

Cowok dengan gayanya yang masih mempesona untuk sebagian mata pelajar, terlihat menunggu seseorang. Dia mendengarkan musik dari earphone yang terhubung dengan ponsel android miliknya.

Mata yang semula santai melihat alam bebas, kini mengubah fokus pada cewek berkucir kuda dengan poni samping, yang kini tengah memarkirkan motor. Bibir cowok itu pun membuat smirk yang menggoda.

Sadar sosok yang mengganggunya dua hari yang lalu, tengah menunggu. Felly menarik nafas panjang, mempersiapkan mentalnya yang melempem sejak tadi.

"Lamban banget, lo!" seru pengganggu hari baiknya di sekolah. Mata coklat itu menatap tajam pada Fellysa.

Sebuah pemandangan di mana si nerd beradu mata dengan si bad boy. Akhirnya si nerd menundukan pandanganya dan berjalan gontai ke arah si bad boy.

Cowok itu menodongkan sebuah buku tipis tapi isinya sangat berbobot. Kumpulan tugas fisika yang pastinya akan menguras otak untuk menyelesaikanya.

"Ingat, nanti siang lo ke kantin!" ucap cowok itu lalu beranjak dari tempatnya.

Baru tiga langkah, suara bergetar Felysa  mengudara." Gue,,,gue gak bisa!"

Cowok itu mengulum senyum, dia berbalik melihat tubuh Felysa. "Terserah, tapi lo tahu khan? Akibatnya."

Kata ancaman yang jelas tidak bisa di tolak. Sebagaimanapun usahanya pasti berakhir dengan kekalahan. Fellysa membenarkan kacamatanya, dia mengusap bulih hangat yang merembes pada pipinya.

###

Di taman, tempat biasa nongkrong dua sahabat menghabiskan waktu, menunggu bel masuk.

"Jujur aja, Fell. Lo kenapa? Gak biasanya lo kayak gini." Memperhatikan wajah nerd milik sahabatnya yang semakin memelas.

Fellysa memeluk sahabatnya dengan erat, rasanya ingin menangis tapi itu tak bisa. Dia hanya menunjukan bola mata yang berkaca.

"Cerita, dong cantik." Rani melihat lebih dekat wajah sahabatnya yang masih asam di pagi itu.

"Lo, tahu khan Andra? Cowok yang gua suka?" katanya ragu. Dia memilin ujung bajunya yang menjulur bebas di dekat tanganya.

Rani mengangguk. "Iya, kenapa?" gadis yang masih berfokus pada wajah Fellysa itu mengelus pundaknya.

"Lo bilang, kalau gue harus berani berekspresi pada apa yang lo suka?" dia menarik nafas. "Jadi gue,,,"

"Lo, nembak Andra!?" potongnya cepat, mulut cewek yang semula mengemut permen loli menganga. Takjub, kaget dan heran menyatu. Sahabatnya yang nerd bisa berbuat nekad.

Felysa menggeleng.

"Terus?" kali ini dia melepas loli dari mulutnya. Dia ingin menginterogasi sahabatnya lebih lama.
"Dia nembak, lo?"
"lo, bingung mau terima atau tolak gitu?"

"Bukan gitu, Ran." felysa setengah berbisik. "gue buat pengakuan,"

"Katanya gak nembak?" kebiasaan Rani yang memotong pembicaraan lawan bicaranya tak pernah berubah.

"Lo, jangan motong omongan gue." katanya datar. "Gue buat pengakuan lewat gambar, dan gue buat itu pas Andra latihan bola kemarin. Gak tahu gimana, ada Tyo. Dia ambil gambar itu." katanya bernada sendu. Dia menghela nafas. " Dia bilang kalau dia bakal nyebarin itu gambar ke semua anak, kalau gue gak nurutin perintahnya."

Mendengar curhatan sahabatnya yang nampak frustasi dalam kondisi tak tahu harus berbuat apa? Rani mengeluarkan permen loli miliknya.

Secara ajaib felysa menerimanya. Biasanya dia membenci permen itu. Ada ingatan dimana dia harus membenci permen.

"Kenapa rasanya masih manis,,,?" katanya lirih tapi masih terdengar di telinga Rani.

Melawan cowok bad boy itu sulit buat dua cewek yang gak pernah ikut dunia gaul. Mereka hanya paham, selama dia berbuat biasa saja dan menjauh dari lingkungan anak populer, mereka aman. Namun kali ini tidak, justru cowok bad boy itu yang menarik dunianya ke dalam lingkungan itu. Lalu cara untuk keluar darinya tidak mudah untuk ditemukan.

Bagaimana menjauh, saat pusaran itu manariknya semakin dalam. Bahkan untuk menghindarpun sudah tak mampu. Jadi, mengikuti arusnya, dan berharap, saat titik itu berhenti, semuanya baik baik saja.

Vote n  coment..
Kebayang gak sih adeganya..
Masih ngambang gitu ya..?





PANAH ASMARA DI SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang