bag 2

6 3 0
                                    

Awan mendung seolah mengartikan jam istiarahat Felysa akan kelam. Gadis berkacamata itu tak bisa menikmati waktunya untuk bersantai di kantin bercanda dengan sobat centilnya, mengisi perutnya yang keroncongan sejak pagi dan lebih apesnya dia tak bisa menikmati novel kesayanganya di perpus sekolah seperti biasa.

Desah nafas kesal dan raut memelasnya tak kunjung hilang. Dia melangkah gontai sepanjang lorong sekolah menuju kantin. "kenapa nasib gua jadi gini??" dengusnya sarkastik.

Diliriknya kantin yang sudah ramai dengan belasan anak yang sibuk dengan masing-masing makanan mereka. Mata Felysa melihat sekitar dan berharap kalau sosok Tyo lebih mudah di temukan. Namun hasilnya nihil.

Putus asa karna tak kunjung menemukan sosok cowok rese yang mengganggu harinya. Dia menarik ponsel dari saku baju miliknya. Layar biru menampilkan wajah dua bocah sekitar enam tahunan menjadi background pilihan Felysa terlihat manis.

Mata berkaca itu mendadak terbeliak. Pesan dari Tyo sekitar lima menit yang lalu baru dibacanya.

"Dasar cowok rese...nyebelin. Ogah!" Felysa menggelengkan kepalanya dengan pandangan jengah.
Tapi itu hanya umpatan semata, karena pada akhirnya dia mengikuti perintah dalam pesan ponselnya.

Dia merogoh dompet dari saku bajunya dan menyimpan ponsel ke dalamnya bergantian.

"Mbak, es campur sama batagor tanpa sambel ya," pinta Felysa. " Dua porsi ya mbak, eh satu aja mbak." Begitu dilihat isi dompet miliknya yang minim. Gadis itu tersenyum masam, merutuki kecerobohanya yang tak meminta uang saku dan kini yang tersisa uang saku sekolahnya kemarin, dua puluh ribu. Perut kosongnya harus bertahan sampai tiba di rumah.

"Makasih mbak," ucapnya dan menerima pesanannya. Uang dua puluh ribu itu disodorkan dan tersisa lima ribu di tanganya sekarang.

Bergegas Felysa menyusuri jalan yang mengarahkan tubuh kecilnya pada lapangan sepak bola. Seperti isi pesan dari Tyo yang dengan seenak jidatnya mengalihkan tempat pertemuan, hingga Felysabharus membawa pesanan yang menghabiskan sebagian uang sakunya.

Tiba di lapangan yang luas dengan beberapa anak cowok yang berlatih sepak bola, Felysa melewati beberapa bangku taman yang berada di sisi lapangan.

Satu cowok bertubuh kurus yang dikenalinya sebagai sohib Tyo, melambai padanya.

Felysa senang dia tidak perlu menemui cowo rese, berengsek, pengganggu hidupnya. Dia ingin segera menyodorkan kantong putih di tanganya pada Angga, tapi di luar dugaan. Si cowok yang semula akan jadi penghubung antara dirinya dan Tyo justru bertindak lain.

"Tyo!!" cowok bertubuh kurus, dengan kaos olahraga yang masih menempel di badanya, berteriak memanggil satu nama keramat. "Ada yang nyari, tuh!!" lanjutnya, dia menunjuk pada cewek berponi samping dengan rambut kucir kuda.

"e,e...,gini"

"Lo, Felly khan?" ucap cowok yang terkenal dengan sobat bad boy itu.

Felly mengangguk dan berusaha melihat sekitar tanpa mau melihat wajah cowok yang nampak cute dengan senyum ramahnya.

"Duduk aja dulu, Fell. Tyo gak bakalan lama kok." cowok itu mengarahkan Felysa pada bangku panjang yang menghadap lapangan sepak bola. Luas menampilkan hamparan rumput hijau yang sebagian juga terlihat kering karena sering menjadi pijakan siswa berlatih bola.

"Gue...boleh nitip ini?" katanya ragu.

"Bentar lagi juga dateng kok!" lagi-lagi  Angga tersenyum dan meyakinkannya.

Benar saja cowok yang memerintahnya dengan seenak jidatnya itu muncul.

"Thanks." Tyo melemparkan bola sepak yang baru saja dia gunakan untuk berlatih pada Angga. Mata coklatnya segera memburu wajah Felysa. Dia tersenyum kecil melihatnya sekilas lalu beralih kembali pada satu sahabatnya yang mematung di sampingnya. "Bukannya, Lo mau gabung bareng Indra?" katanya sebagai tanda, cepatlah menyingkir!

"Iyalah, gue ngerti. Silakan bersenang senang, bro" ucap Angga. Di Menepuk pundak tyo dan sekilas memperhatikan gadis berkacamata.

Wajah penuh keringat yang menampilkan sisi cowoknya terlukis di hadapan felysa. Kemudian entah kerasukan arwah dari mana, tiba-tiba saja Tyo menyibakan poni felysa hingga wajah oval miliknya terlihat sempurna.

"Lo, lo ngapain?" Felysa terkejut. Dia segera menyingkirkan tangan tyo dari dahinya.

Seolah tak peduli cowok itu justru tersenyum. Dia terlihat suka mempermainkan Felysa. Seketika wajah udang rebus gadis berkacamata semakin jelas terlihat.

"Lo, jangan GR. Gue cuma mau lihat, lebaran dahi lo apa lapangan bola sekolah?" Tyo tersenyum, manis. Hampir saja Felysa akan bilang 'sweet' kalau saja cowok itu tidak berkata, "poni lo, ngeganggu gue"

Felysa melongo mendengarnya. Sakit jiwa?! Poninya baik-baik saja bahkan itu dandanan favorit miliknya. Rasanya ingin menggaruk rambut cowok kecakepan yang kini sudah duduk di sampingnya itu.

Tidak mau berlama-lama, gadis berkacamata itu bangkit, menyerahkan es campur mutiara dan batagor tanpa sambal pada Tyo. Tanpa kata kata lanjutan dia melangkahkan kakinya, pergi. Tapi suara khas memerintah Tyo, menahan gerakanya.

"Duduk!"
Itu bukan permintaan tapi perintah, dan dia harus menuruti. Kekesalanya terlukis dari gerak bibirnya yang maju dan Tyo menyukai ekspresi cewek nerd itu. Seperti anak kecil kehilangan mainanya.

"A-Apa ada lagi?" katanya terbata.

Tyo menoleh padanya, "Nggak." Dia melanjutkan acara menyeruput es campur miliknya.

"Terus?"

"Temani gue," jawabnya enteng.

"Gue juga mau istirahat kali!" kali ini Felysa sangat kesal. Meski kemudian dia menunduk tak berani melihat sosok Tyo.

Cowok yang dianggap rese dan menyebalkan, menyodorkan batagor yang masih terbungkus pada Felly. "Makanlah!"

"Nggak, gue gak laper!" balasnya masih tertunduk.

"Ya, sudah."

Namun tak lama berselang suara riuh perutnya terdengar.

"Yakin, gak laper?" Dia menyerahkan batagor yang kini sudah dibukanya.

"Nggak," katanya tak mau mengalah.

"Udah, lo makan!" Tidak ingin dibantah lagi Tyo sudah bersiap menyodorkan batagor tanpa sambal.

Meski suara perutnya berbunyi kembali, Felysa masih tak mau menerimanya.

" Ok, gue suapin lo!"
Kata kata Tyo langsung menyadarkanya, Felysa sudah tak bisa menolak.

Akhirnya gadis itu melahap habis batagor yang dibelinya. Sementara Tyo terus saja menggodanya, sesekali dia melirik jelas wajah polos itu.

Jumat 12 April,

Vote n comentya  💝




PANAH ASMARA DI SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang