PART 1

47 9 1
                                    

Jakarta, 8 Maret 2019

    Pagi ini Jakarta diguyur hujan lebat. Banyak orang yang lebih memilih berdiam dirumah daripada beraktifitas diluar. Tapi itu semua tidak berlaku untuk Angga. Walau diluar sana hujan lebat, Angga tetap pergi ke kantor bekerja seperti biasa. Ia selalu berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terkena macet. Sesampainya di kantor, Angga menyapa semua teman-temannya.


"Pagi, Di." Sapa Angga sambil menaruh tasnya diatas meja kerjanya.

"Pagi, Ga. Seperti biasa dateng pagi-pagi buta, eh btw lo udah sarapan belum?" tanya Rendi, teman sekaligus sahabat Angga sejak mereka duduk dibangku sekolah.

"Gue nggak suka sarapan, takut mules." Jawab Angga sekenanya. Rendi hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Oh iya hari ini kita ada jadwal pengawasan pegawai ya?" tanya Angga.

"Iya gitu deh, gue suka males kalau ada pengawasan begini. Bisa-bisa kita pulang kerja sampai malem," keluh Rendi, Angga hanya terfokus pada layar komputer didepannya. Angga langsung mengerjakan tugas kantornya begitu ia sampai diruangan. Ia begitu dikenal sebagai pegawai yang kompeten di kantornya, bahkan begitu banyak yang mengidolakan Angga karena selain dia tampan, dia juga terkenal dengan sifat baiknya ke semua orang tanpa pandang bulu.

Angga dengan telaten mengetik laporan yang harus ia berikan pada atasannya siang nanti. Padahal baru jam 8 pagi, tapi Angga sudah menyelesaikan setengah laporannya. Angga begini karena ada yang harus ia lakukan lebih penting dari laporannya.

"Hei, Ga. Pulang ngantor nanti lo mau ikut ke rumah Denis, gak?" tanya Rendi. Berbeda dengan sahabatnya, Rendi adalah orang yang sangat santai dan kerjanya berantakan. Padahal ia harus mengirim laporan untuk diberikan ke atasannya pukul 10 pagi, tapi sekarang saja layar komputer Rendi masih begitu bersih, dan diatas mejanya kertas laporan menumpuk berserakan.

"Ogah ah, lo pada mau ke rumah Denis pasti mau main cewek ya kan?" Rendi hanya bisa tertawa begitu tebakan Angga sangat tepat. "Ya kita mah cowok lajang mau ngapain lagi kalau bukan main cewek." Sehabis itu Rendi terus mengoceh dengan segala omongannya yang sudah melebar kemana-mana.

Angga hanya mendengarkan sambil menunggu laporan yang sedang di print selesai. Angga mengambil selembar foto yang selalu ia simpan dalam tas kerjanya. Foto itu sudah terlihat lusuh karena foto itu sudah sangat lama, namun kenangan indah di foto itu akan selalu teringat selamanya.

Ya, itu adalah foto dirinya bersama gadis yang dicintainya. Hana, nama yang indah seindah dirinya. Setiap hari, atau bahkan setiap detik Angga selalu melihat foto itu sambil merenung mencurahkan betapa besar rindu yang ia rasakan kepada Hana. Mungkin semua temannya berpikiran bahwa ia cowok yang gagal move on atau apalah itu. Tapi Hana-lah yang sangat berperan penting dalam hidupnya, dulu. Jika dulu Hana tidak hadir dalam hidupnya, jika Hana tidak menyemangatinya dan selalu berada disisinya, mungkin Angga tidak tau arti hidup di dunia sampai saat ini.

Setelah cukup lama menatap wajah cantik Hana di foto itu, Angga mengeluarkan beberapa koran lama dari dalam lacinya. Di koran tersebut banyak berita tentang hilangnya seorang gadis secara misterius dan ditemukan kerangka seorang gadis yang hilang selama 2 tahun. Dari beberapa koran tersebut, semua berita yang dibahas disana semuanya tidak terdapat bukti yang kuat. Bahkan penjelasan dari pihak polisi juga tidak memuaskan, mereka hanya mengatakan bahwa Hana-nya hilang saat ia pergi menuju supermarket dan setelah itu 2 tahun kemudian Hana ditemukan tidak bernyawa di gang kecil dekat tenpat pembuangan sampah.

Angga membuka laman pencarian dan mengetik artikel tentang Hana. Angga membuka satu artikel yang menyebutkan jika Hana terlibat kasus penjualan anak dibawah umur.

Angga sangat geram jika melihat artikel-artikel yang menyebutkan Hana-nya bukan wanita baik-baik. Memangnya orang-orang yang membuat artikel itu tau apa? Mereka pasti hanya mendengar gosip itu dari orang yang hanya asal bicara, atau orang yang ingin mencari sensasi.

Where Are You, Hana?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang