Saat ku buka pintu aku sedikit terkejut, karena tak biasanya Nabila pagi-pagi sekali di depan rumahku. Aku sedikit terhuyung karena tiba-tiba ia memelukku erat.
"Aini, aku ingin bercerita padamu, aku bahagia sekali hari ini. Jadi nanti aku akan mentraktirmu di kantin, oke." Aku tersenyum lebar mendengarnya, siapa sih yang tak senang bila mendengar kata traktiran.
Kami pun berjalan bersama menuju gang depan untuk menunggu angkot. Sebuah mobil ferrari hitam berhenti di depan kami, saat orang itu menurunkan kaca pintu mobilnya, aku terkejut bukan main. Dia adalah...
Ini tidak mungkin, ternyata dunia sesempit ini. Aku bahkan sudah pindah kota agar tak menemuinya. Bukannya aku benci tapi setelah mendengar Bunda mengusirku dan benci padaku, aku memutuskan untuk pergi sejauh mungkin agar mereka tak naik darah bila melihatku.
Rasa rindu bercampur takut seketika menyelimutiku, apalagi saat dia turun dari mobil dan menghampiriku. Ku lihat Nabila terpana melihatnya, ahh memang dia ini punya daya tarik yang sangat kuat.
"Marie.." ucapnya saat berdiri di hadapanku. Aku hanya diam saat dia mengucap namaku yang dulu.
"Benarkah kau Marie?" Suaranya, suara yang sangat aku rindukan. Suara ini yang selalu membangunkanku jika aku masih bandel bergelung dalam selimut. Lagi aku terdiam, aku sedang fokus mengatur nafasku agar air mata tak jatuh begitu saja.
"Maaf.. dia bukan Marie, dia Aini," Nabila yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya menjawab pertanyaan orang di hadapanku. Nabila melambaikan tangan saat melihat angkot, "Aini, kita hampir telat. Ayo!" Aku diam saja saat tanganku di tarik oleh Nabila. Orang itu pun sama hanya diam saja tak berkutik sampai angkot melaju dan menghilang dari pandangannya. Entah aku harus bersyukur atau bereaksi seperti apa saat tak sengaja bertemu dengannya.
8 tahun tak bertemu dengan orang terkasih pasti mendekam rindu yang tak bisa di hitung berapa kali. Aku rasa diriku bersyukur, karena rasa rinduku sedikit terobati kala melihatnya. Ku keluarkan kertas putih kosong lalu ku isi dengan rentetan kata sebagai mewakili perasaanku.
Satu kali bertemu, rontok satu akar rindu.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Di Ujung Mentari
General FictionAmazing cover by: Arsani0297 Dia mengatakan padaku dengan sangat tegas "Saya tidak akan pernah membuat satu lubang sekecil apapun untuk merusak hatimu." Aku hanya tersenyum. Aku si wanita yang berbeda dari wanita lain, maukah kamu tahu tentangku? La...