Dendam_Pernikahan
Part. 13💔💔💔
Cuaca hari ini cukup terik, berkali-kali Daffa menyeka keringat di pelipis. Kaus hitamnya sudah basah kuyup, tak tahan ia melepas dan memilih bertelanjang dada. Padahal, kipas angin berputar kencang di tengah ruangan. Sama sekali tidak membantu, karena ia sibuk membersihkan dan menata ruangan sedari pagi.
“Istirahat dulu, Bos.” Azril menyodorkan sebotol air mineral dingin.
Daffa menerima, membuka dan segera meneguknya. Ia menghela napas panjang, meletakkan botol air yang tinggal setengah ke meja. Mengelap keringat dengan kaus yang tergeletak di kursi kayu. Kemudian duduk di sana.
Ruangan dengan ukuran 4x15 meter tersebut sudah mulai rapi, tinggal menyusun alat dan memasang spanduk di depan. Sederhana, hanya tinggal didesain semenarik mungkin agar mengundang banyak pengunjung.
Daffa meneguk kembali air, lalu mengambil ponsel di meja dan membuka. Ia mengernyit saat tak menemukan satu pun pesan dari Aira. Biasanya, wanita itu tak pernah lupa mengirimkan pesan. Mengingatkan jangan lupa sholat, jangan lupa makan, hati-hati, atau bahkan bercerita kegiatannya di sana.
Daffa melihat jam di layar ponsel menunjukkan pukul dua siang. Seharusnya sudah banyak pesan yang menumpuk dari Aira ketika ia tidak membalas apalagi sampai berjam-jam. Namun, kali ini sama sekali tidak ada pesan atau panggilan.
“Bos, gue cari makan di luar dulu, ya. Seberang ada warung Padang. Lo mau pesen apa, gue beliin sekalian.”
Daffa mendongak, kalau bukan karena lapar, mungkin ia akan menolak untuk makan. Seleranya hilang sejak semalam. Namun, karena tenaganya masih sangat diperlukan, ia tetap harus makan dan melanjutkan pekerjaan.
“Nasi rendang aja.”
“Oke.” Azril berdiri dan segera keluar dari ruko.
Daffa mencoba menghubungi nomor Aira. Namun, tidak diangkat. Berkali-kali bahkan ia sampai mengumpat karena kesal, tetap tidak ada jawaban. Ia mengusap wajah serta rambutnya secara kasar. Mendesah panjang dan berdecak. Sekarang, pikirannya benar-benar tidak tenang.
Daffa membuka galeri dan merutuki diri sendiri karena tanpa sadar masih menyimpan foto Nada. Ingatannya lari ke masa lalu saat ia masih bahagia bersama Nada. Daffa ingat betul saat foto itu, ia tengah menikmati malam berdua dan untuk pertama kali ia melamar wanita. Ada doa juga harapan-harapan masa depan yang ia bangun bersama.
Daffa menyeringai menatap foto tersebut. Bersama bara api yang masih menyala di hati, ia menghapus foto itu. Menghapus semua kenangan bersama Nada dari ponselnya. Menghilangkan apa pun yang berhubungan dengan masa lalu.
“Bos! Nih, makan dulu. Biar ada tenaga buat lanjut kerja.” Azril masuk membawa dua bungkus nasi Padang, meletakkan di meja. Ia kemudian menuju ruang belakang, mengambil dua piring dan sendok.
“Woi!” Azril menepuk bahu Daffa saat lelaki itu hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. “Buruan makan dulu, taruh HP-nya dulu. Tumben banget sibuk sama HP.” Ia duduk dan mulai membuka bungkus nasi.
Daffa menarik napas panjang dan menekan pangkal hidungnya. Berdecak dan dengan malas mengambil nasi di plastik, meletakkan di piring dan membukanya. Makan tanpa ada selera sama sekali.
Azril makan dengan lahapnya sambil memerhatikan kegelisahan di wajah Daffa. Ia meneguk air dalam botol, lalu kembali menyuapkan nasi ke mulut. Sedangkan Daffa, baru makan beberapa suap saja. Matanya berkali-kali melirik ponsel dan mendesah pelan, bahkan membanting ponsel karena kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan (Selesai)
Художественная прозаDaffa Rayhaan Shakeil, lelaki 30 tahun yang baru saja menikahi seorang gadis 24 tahun bernama Humaira Chandani. Kisah rumah tangga baru yang penuh lika-liku karena sang suami masih terjerat rasa oleh mantan kekasih yang meninggalkannya untuk menikah...