"Jadi lo bawa gitar untuk apa? Ngamen?"
Saat gue nanya begitu, Agatha langsung berhenti ngescroll layar smartphonenya dan langsung menatap gue, "Lo lihat gue?"
"Kemarin sore gue lihat lo. Gue kira lo udah pulang. Main gitar di sekolah untuk apa? "
Dia senyum, "Kepo"
"Berarti beneran lo ngamen kan?"
"Nanti lo juga pasti tahu kok. Gue nggak mau kasih tahu sekarang"
"Mainnya sok rahasiaan" Gue manyunin bibir gue ke depan.
Dia ketawa dan lanjut main smartphone nya lagi. Ngeselin banget cuma diketawain aja.
Gue dan Agatha lagi duduk di bangku taman, tempat yang sama di mana gue sama Agatha duduk bareng pertama kali setelah kejadian supermarket waktu itu. Hari udah malam, tapi kita berdua masih betah nongkrong di sini. Gue udah minta izin sama Bang Ray dan dia bolehin asalkan jangan sampai larut malam.
"Kok lo tahu gue di sini?"
"Gue nggak datang ke sini untuk lo. Gue iseng aja jalan-jalan ke sini, eh ternyata lo lagi duduk di sini"
"Terus kenapa lo ikutan duduk di sini?"
Gue menunjuk es krim gue, "Mau makan ini. Nggak usah kepedean deh lo"
"Kan bisa makan di rumah"
"Mending lo diam"
Gue makan es krim sedangkan Agatha main game di smartphonenya. Tadi gue nawarin es krim tapi dia nggak mau. Baru kali ini gue ketemu cewe yang nggak suka makan ice cream tapi sukanya rokok. Sejauh ini, semenjak dia janji mau coba untuk berhenti merokok, gue nggak pernah lihat lagi dia merokok.
"Gue juga kira lo udah pulang duluan. Lo ngapain masih di sekolah jam segitu?"
"Gue ikut ekskul basket"
Agatha diam sebentar. Ekspresi Agatha seketika jadi tegang tapi nggak lama wajahnya kembali lagi kayak biasanya.
"Jadi lo udah milih?"
"Iya. Sebenarnya gue malas, tapi kapten basketnya yang langsung nyamperin gue dan maksa gue untuk gabung"
"Marcel?"
Gue menganggukkan kepala gue. Lagi-lagi diam. Sejak gue bilang ekskul basket, ekspresi wajahnya berubah. Kenapa ya? Kayaknya ada yang nggak beres antara Agatha dan anggota ekskul basket.
"Kapan-kapan gue mau main sama Andre, boleh nggak?" Nggak mau suasana canggung lama-lama, gue coba mdngalihkan pembicaraan.
"Boleh aja, Sabtu atau Minggu dia libur. Datang aja"
"Yakin boleh? Nanti gue datang, lo marah kayak waktu itu"
"Pokoknya terserah lo mau datang atau nggak"
"Dia suka apa? Biar gue bawain pas ke sana"
"Hmm....yang manis-manis dia suka. Coklat aja"
Senang banget mau ketemu Andre! Dia tuh gemesin banget, pipinya kayak bakpao, apalagi kulitnya putih sama kayak kakaknya. Pingin banget punya adik kayak Andre.
"Lo nggak nanya gue sukanya apa?"
"Lo kan udah gede. Ketemu setiap hari juga di sekolah"
"Jadi, nggak apa-apa gue ketemu lo setiap hari di sekolah?"
"Tapi emang gitu kenyataannya kan?"
"Kalau ngobrol setiap hari kayak gini juga boleh?"
Seketika gue nggak bisa jawab. Gue merasa telinga gue dan lama-lama seluruh wajah gue jadi hangat gitu.
"Lo belum tanya gue sukanya apa. Jangan Andre aja"
"Kok maksa sih? Yaudah iya iya. Lo sukanya apa?"
"Gue suka lo, Ki"
Padahal gue udah pernah diginiin juga sama dia dan nyatanya dia cuma mainin gue, sekarang berani-beraninya dia bilang kayak gini lagi. Ini juga jantung kenapa jadi deg-degan cepat banget? Ingat Ki, dia cuma mainin lo aja! Jangan gampang baper!
"Gitu aja terus, Ga. Lo bilang suka gue, habis itu marah-marah nggak jelas, habis itu ngomong kayak gini lagi. Nanti habis ini lo mau marah-marah lagi ke gue?"
Agatha diam, gue juga ikutan diam.
Rasain nih cewe, omongan gue pasti ngena banget. Gimana nggak marah coba, masalah waktu itu aja gue masih nggak tahu kenapa dia marah tiba-tiba.
Tangan Agatha malah mencubit pelan pipi gue dua-duanya.
"Ngapain cubit-cubit?!"
"Lo beda dari yang lain" Dia masih betah cubit-cubit pipi gue.
"Ya iyalah gue beda dari yang lain, lahir beda emak juga." Ucap gue asal.
Dia akhirnya melepas tangannya dari pipi gue, "Menurut lo, Marcel gimana?" Wajahnya udah serius lagi.
"Hmm..baik sih. Nggak macam-macam orangnya. Lumayan cakep juga"
"Lo suka?"
"Nggak lah. Gue aja juga terpaksa kenal sama dia gara-gara basket. Kalau bukan itu, sampai sekarang gue sama dia nggak akan kenal"
Dia cuma menganggukkan kepalanya.
"Kenapa? Lo suka sama dia?" Tanya gue balik. Siapa yang penasaran? Gue cuma nanya aja kok.
"Gue nggak suka sama cowo brengsek kayak dia" Walaupun ekspresinya datar, tapi tetap aja gue dengarnya nggak enak.
"Brengsek?"
Dia nggak menjawab pertanyaan gue dan mengambil sesuatu dari saku celananya sambil membelakangi gue. Dia balik lagi menghadap gue sambil mengulurkan kedua tangannya yang udah terkepal erat. Kayaknya ada sesuatu di dalamnya.
"Pilih kanan atau kiri. Kalau lo beruntung, lo dapat sesuatu"
Kanan atau kiri? Salah satunya kosong dan salah satunya ada hadiahnya. Gue tunjuk kanan. Saat gue tunjuk kanan, Agatha tersenyum. Kayaknya gue salah milih deh. Ya gue nggak peduli juga sih. Lagipula juga gue nggak berharap apa-apa dari dia.
Dia buka genggaman tangan kanannya dan di dalamnya ada selembar kertas. Awalnya gue agak jengkel karna gue kira ada sesuatu yang lebih menarik.
Tapi tunggu sebentar....
Saat gue lihat lebih saksama, ternyata bukan kertas biasa.
"Tiket nonton?"
"Besok lo nonton ya sama gue"
"Nonton apa?"
"Film horror. Gue suka banget nonton film horror. Kebetulan ada yang bagus di bioskop."
"Besok gue sibuk"
"Yaudah kalau nggak mau nonton gratis"
Eh iya juga ya, gratis. Agatha traktir nonton! Saat dia mau masukin dua tiket nonton itu ke dalam saku celananya, langsung gue tarik tangannya. Agatha langsung tahu maksud gue, dia langsung senyam-senyum. Nggak peduli harga diri gue jatuh, yang penting dapat tiket nonton gratis. Ya sebenarnya.... satu studio juga bisa gue pesan cuma untuk nonton sendiri, tapi dapat traktiran nonton dari orang lain tuh rasanya beda aja gitu.
"Jam berapa?"
"Jam 11 siang. Kita ketemuan di sini aja. Gimana?"
"Okay"
"By the way, Ki...mau sampai kapan lo megang tangan gue?"
Astaga! Gue lihat ke bawah dan gue lihat tangan gue masih megang pergelangan tangan dia. Langsung cepat-cepat gue lepasin.
Malu banget please!!
Gue langsung menatap ke arah lain saat merasa telinga gue sampai seluruh wajah gue panas. Pasti wajah gue merah gara-gara ini! Kayaknya Agatha sadar, dia ketawa kencang banget.
Mending cepat-cepat habisin nih es krim terus kabur dari sini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Melt (GxG)
RomanceEkki, remaja perempuan berumur 17 tahun dengan kehidupan hitam putihnya. Semuanya terasa biasa saja untuknya. Tidak ada warna. Kosong. Hambar. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Agatha, teman sekelasnya. Pertemuan mereka mulai merubah pikirannya te...