Boston, Massachusetts
November, 2006Lari!
Batinnya terus meneriakkan kata-kata yang sama. Lari lebih cepat! Berlarilah seakan-akan itu satu-satunya harapanmu untuk tetap hidup! Terus berlari.. jangan menyerah dengan hidupmu. Jangan biarkan pria itu membunuhmu. Ayo Amber! Lebih cepat!
Amber mengikuti gerakan batinnya, terus berharap kalau ia akan menemukan pintu keluar. Tapi rasanya ia sudah mengelilingi tempat yang sama berkali-kali. Tidak ada jalan keluar. Tempat itu seperti neraka yang tidak bisa dihindari. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Lututnya berdenyut-denyut tak keruan sedangkan telapak kakinya berdarah akibat menginjak kerikil, ranting pohon dan duri tanpa alas kaki. Kemudian, ia sadar kalau ia hanya mengitari jalur yang sama dan tidak ada harapan untuk keluar.
Amber bisa merasakan saat harapannya bergerak menjauh pergi hingga menghilang dan untuk pertama kalinya ia merasa putus asa. Bersandar pada dahan pohon, Amber menatap ke sekitar dan tidak menemukan apapun selain kegelapan yang pekat. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdenyut-denyut dan seketika semua yang dilihatnya menjadi buram.
Sudah hari keberapa itu? Kenapa ia tidak bisa menghitungnya? Sudah berapa lama pria itu mengurungnya? berapa kali ia dibebaskan di tempat antah berantah? Berapa kali ia mencoba melarikan diri? Berapa kali usahanya gagal?
Pertanyaan itu seakan tidak menemukan jawabannya. Amber membutuhkan obatnya sekarang. Ia tidak pernah bisa bertahan dua hari tanpa meminum obatnya. Tapi sekarang - sudah berapa lama sejak pria itu menculiknya? Sudah berapa lama ia tidak minum obat? Di mana Jason, kekasihnya? Apa Jason mencarinya? Ya Tuhan..
Amber menangis dengan keras, dan itu bukan yang pertama sejak pria itu meletakkannya di neraka ini. Setiap hari, setiap detik, Amber terus berharap kalau Jason akan menemukannya - membebaskannya. Hari ini Amber kehilangan harapannya. Ia tahu bahwa semua itu akan sia-sia. Pria gila yang dihadapinya tidak akan membiarkannya bebas.
Dengan nafas yang memburu, Amber duduk bersandar di dahan pohon yang tumbang. Ia menekuk lututnya yang terasa nyeri. Kedua tangannya menekan luka itu dan ia meringis saat rasa sakit yang dialaminya semakin tak tertahankan.
Kemarin, atau mungkin dua hari yang lalu, Amber tidak ingat, ia telah mencoba usaha yang sia-sia dengan berteriak meminta pertolongan hingga tenggorokannya terasa sakit. Layaknya sebuah tempat yang terisolasi, Amber tidak bisa menemukan rumah penduduk lain. Yang ada hanya jurang dan rusa liar yang berkeliaran. Ketika hari mulai cerah, pria itu akan membebaskannya di neraka ini, dan Amber sudah mengambil semua kesempatan itu untuk mencari jalan keluar. Sampai sekarang, hasilnya nihil.
Malam kemarin, pria itu menikahinya. Amber menangis setiap kali mengingat kejadian itu. Ia masih bisa merasakan luka membekas pada pergelangan tangannya ketika pria itu mengikatnya pada sebuah kursi dan mendandaninya. Kemudian, pria itu memakaikan sebuah gaun satin panjang berwarna putih dengan lengan pendek dan sebuah renda di seputar lehernya. Baru ketika pria itu membawanya ke sebuah bebatuan yang dirancang khusus seperti sebuh mimbar dan mulai mengucapkan janji pernikahan, Amber sadar kalau semua itu dipersiapkan untuk sebuah upacara pernikahan.
Amber menangis dan bergetar hebat saat pria itu mengucapkan doa-nya dengan khidmat. Kemudian, pria itu memaksanya untuk mengucapkan janji pernikahan yang sama sebelum memasangkan cincin pada jari manisnya dan menciumnya dengan lembut. Amber tahu kalau ia menghindar, ia hanya akan memancing amarah pria itu. Dan itu adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya: membangunkan harimau yang sedang tertidur.
Jadi, Amber hanya mengikuti permainannya. Kemudian, yang ia tahu, pria itu membebaskannya kembali di neraka ini. Ia tidak dibiarkan beristirahat. Bahkan saat ini, dalam kondisi yang sama dengan terakhir ia berada di upacara pernikahan itu, Amber merasa kelaparan dan ia mulai kelelahan setelah berlari selama berjam-jam.
Amber tahu, seperti yang sudah-sudah bahwa pria itu akan menjemputnya sebelum tengah malam, kemudian pria itu akan memandikannya, dan memintanya untuk menghabiskan makanan. Amber tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu. Tapi pria itu terus memanggilnya Holly, memintanya untuk menyanyikan sebuah lagu, dan ketika ia melupakan liriknya, pria itu akan berteriak seperti setan. Amber sudah tidak tahan. Ia ingin bebas, ingin melihat Jason bahkan jika itu untuk yang terakhir kalinya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDE
Mystery / ThrillerBoston, Massachusetts, digemparkan oleh penemuan dua korban pembunuhan yang diletakkan dalam peti mayat dengan kondisi yang siap untuk dikuburkan. Setiap korban memiliki ciri identik yang sama: muda, atraktif, berambut pirang dan memiliki warna mata...