Video Call

371 45 8
                                    

Soobin menguap lebar, entah untuk yang keberapa kalinya. Ia bosan, sungguh bosan. Hari ini hari Kamis, dan karena tidak sedang dalam masa promosi, tidak ada agenda yang harus Soobin lakukan pagi ini. Seharusnya waktu senggang macam ini akan menyenangkan, seandainya saja ia tahu harus melakukan apa.

Beomgyu, Taehyun, dan Kai sedang bersekolah dan baru akan pulang berjam-jam lagi. Yeonjun pergi entah ke mana bersama temannya dari agensi lain. Tidak ada siapapun selain dirinya di apartemen yang menjadi dorm mereka.

Sedari tadi Soobin hanya menggonta-ganti channel TV, namun sama sekali tidak ada acara yang menarik. Ponselnya pun tidak terasa menghibur. Sama sekali tidak produktif, Soobin tahu, namun entah mengapa ia pun begitu enggan bangkit dari posisi nyamannya saat ini; berbaring di sofa dan menjadikan salah satu boneka Kai sebagai bantal.

Sekali lagi Soobin menguap. Ia menggosok-gosok matanya yang berair, kemudian melirik jam dinding. Seketika matanya berubah cerah.

Saat ini adalah waktu istirahat makan siang untuk murid sekolah. Mungkin ia bisa menelepon Kai dan mengobrol sebentar. Oh, sepertinya video call akan jadi ide yang lebih baik! Dengan riang Soobin pun menghubungi Kai.

Kai menjawab telepon pada dering ketujuh. Namun tidak ada gambar yang muncul di layar ponsel Soobin, hanya hitam gelap yang terlihat.

"Hueningie?" tanya Soobin dengan kening berkerut.

"Kak Soobin kenapa video call? Aku lagi di kantin nih, lagi banyak orang," desis Kai.

"Hehe, nggak apa-apa sih, kangen pingin ngobrol aja," jawab Soobin cengengesan.

"Kututup dulu aja ya, nanti aku telepon balik."

"Oke. Eh, tunggu! Jangan telepon, nggak mau telepon, maunya video call!" rengek Soobin. Siapapun yang mendengar percakapan mereka akan mengira Soobin-lah yang lebih muda di antara mereka berdua.

"Iya, iya, video call. Sampai nanti!" Kai segera memutuskan hubungan.

Soobin bersenandung pelan, kebosanannya hilang seketika. Ia mengirim banyak pesan untuk Kai, memintanya segera menelepon begitu kondisi memungkinkan.

Tidak lama berselang, Kai menghubungi Soobin. Video call. Dengan gembira Soobin menjawabnya.

"Ning! Aku kangen banget! Bosan nih, seharian nggak ada kerjaan."

Di seberang sana, tampak Kai duduk sembari mengunyah makan siangnya.

"Banyak lho Kak, yang bisa dikerjakan. Cuci baju, bersih-bersih..."

Soobin mendengus. "Ah, jangan kayak emak-emak begitu, ah."

Kai tergelak. "Iya, deh. Kak Soobin udah makan?"

"Belum nih, belum lapar. Mungkin nanti aku akan titip beli sesuatu ke Kak Yeonjun, mumpung dia masih di luar. Semoga pulangnya nggak terlalu lama."

Kai mengangkat alis, tampak terkejut. "Oh, Kak Yeonjun sedang pergi? Kukira ada di rumah. Sekarang Kak Soobin sama siapa dong?"

"Sendirian, Ning, makanya aku nyaris mati bosan, nih."

Kening Kai berkerut dalam. "Sungguh? Tapi kok kedengarannya berisik? Tadinya kukira ada Kak Yeonjun, makanya berisik begitu."

Mungkinkah tetangga? Soobin menajamkan telinga, mendengarkan baik-baik bunyi-bunyian di sekitarnya. Nihil.

Soobin membuka mulut, hendak mengatakan bahwa mungkin suara yang Kai dengar adalah suara berisik di sekolahnya. Namun belum sempat ia bicara, Kai sudah kembali mengatakan sesuatu.

"Ah, Kak Soobin mau ngerjain aku, ya? Itu tangan siapa di sebelah Kakak?"

Jantung Soobin seakan berhenti berdetak. Tangan? Tangan apa?

Soobin seketika duduk tegak dan menoleh liar ke kanan-kirinya. Apa? Nggak ada siapapun di sini, tangan apa pula yang Kai bicarakan?

"Ning, please, kamu bercanda, kan?" kata Soobin lirih.

Namun sepertinya Kai tidak mendengar bisikannya, karena lagi-lagi ia bicara. "Rambut panjang di belakang Kakak itu... Kak Soobin, kamu nggak bawa cewek masuk ke dorm kita, kan?" tanya Kai tajam.

Sekujur tubuh Soobin melemas. Tangan? Rambut panjang? Jangan-jangan...

Soobin akan sangat bersyukur jika Kai tertawa terbahak-bahak dan meledeknya karena begitu mudah ditakut-takuti, namun Kai yang sedang mengomel tentang aturan membawa tamu ke dorm mengisyaratkan bahwa ia sama sekali serius. Kai mendengar dan melihat sesuatu di belakangnya, sesuatu yang sama sekali tidak bisa Soobin dengar ataupun lihat.

Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Soobin. Ia tidak bisa tetap diam di sini, dengan sesuatu yang tak kasat mata berada di sekitarnya.

Tanpa pikir panjang, tanpa pertimbangan, Soobin melesat keluar dari apartemen dengan jaket dan sepatu yang dipasang sembarang. Tanpa dompet, tanpa memperhatikan penampilannya saat ini.

Setelah menutup pintu, Soobin bersandar di dinding luar apartemen mereka dan kembali menghadapi Kai.

"Ning, kamu nggak akan percaya apa yang baru saja kualami," kata Soobin terengah-engah.

Di luar dugaannya, Kai malah cemberut. "Kakak mau ke mana? Kencan?"

Soobin melongo. "Hah? Kencan? Kenapa kamu berpikir begitu?"

Kai menggembungkan pipinya. "Itu, tangan cewek yang tadi sekarang gelendotan di lengan Kakak. Memangnya Kakak nggak sadar?"



👣






DAY & NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang