Previously...
"Siapa yang telah melukai mahasiswa kesayanganku ini?"
Mingyu masih tidak menanggapi.
"Apakah akhir-akhir ini aku terlalu keras padamu? Kalau iya, aku minta maaf." Pria itu menyeka kedua pipi Mingyu yang basah. Mendekatkan wajah, berbisik pelan di telinganya. "Sudahlah sayang. Aku tidak ingin melihatmu sakit seperti ini. Tersenyumlah." Dan mendaratkan sebuah kecupan lembut di pelipis Mingyu.
.
.
.
"Saem, apa yang kau lakukan?!"
Mingyu yang terkejut seketika menjauhkan wajah dari Mr. Wu atau yang lebih akrab disapa Kris di luar itu tatkala merasakan sesuatu yang lembab dan empuk mendarat lembut di pelipisnya.
"Dan tadi kau memanggilku apa?" Ia melanjutkan kalimat selagi mengusapi pelipisnya dengan rasa tak percaya.
"Mahasiswa kesayanganku?" Ujar Kris polos. Wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda rasa bersalah karena habis mencuri sebuah ciuman meskipun bukan di bagian bibir. Seakan kejadian mengejutkan barusan tidak pernah ada.
Mingyu menggeleng cepat. "Bukan, bukan yang itu! Setelahnya!"
"Sayang?"
Mingyu membulatkan sepasang mata basahnya.
Tapi di luar itu, sekarang ia telah lupa alasan tangisannya.
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa kau memanggilku demikian?" Pertanyaan Mingyu terdengar menuntut.
"Karena aku menyukaimu."
"Suka dalam artian...?"
"Seorang pria yang menyukai wanita."
Bergidik ngeri, Mingyu menjauhkan serta merta tubuhnya. Membuat spasi di antara ia dan seorang dosen yang sangat menyayanginya itu.
Ia tidak menyangka jika perasaan Kris padanya melebihi perasaan kekaguman seorang dosen pada mahasiswanya. Ini semua terdengar menggelikan dan... terlalu mendadak! Mingyu sangat tidak siap.
"Tidak perlu merasa takut, nak. Aku tidak memaksamu untuk menjawab implikasi pernyataan perasaanku yang sesungguhnya padamu itu. Apalagi memaksamu untuk menerimaku. Itu semua terserah padamu."
Mingyu sempat dibuat terdiam sejenak. Sedetik. Dua detik. Tiga detik.
"Kau benar-benar tidak ingin tahu jawabanku?"
"Well, bukannya aku tidak ingin tahu. Tapi aku sudah tahu. Hanya saja aku tidak ingin menjadi sok tahu."
Mengangkat sebelah alis, Mingyu memasang tampang skeptis. "Benarkah?"
"Ya. Aku mengatakan semua itu dengan tiba-tiba, dan dengan sirkumstansi dan ruang lingkup kita saat ini, tidak mungkin kau akan menerimaku begitu saja. Terutama kau tampak baru saja patah hati. Kau tidak akan menerimaku begitu saja jika bukan karena kau ingin menjadikanku sebagai pelampiasan segala emosi kesedihanmu."
Patah hati.
Empat silabel dalam satu frasa yang membuat Mingyu teringat kembali pada hal itu. Sesuatu. Seseorang yang telah membuatnya sakit hati. Seseorang yang ia tangisi.
Jadi karena tidak bisa menahannya, ia menangis kembali.
Dan Kris hanya bisa menyeka jejak air mata itu sekali lagi. Tanpa ada kecupan lagi. Tentu, ini lingkungan perguruan tinggi. Ia masih tahu diri.
Mungkin terkecuali satu kecupan curi-curi yang tadi.
"Hei, sudahlah." Kris memperhatikan wajah bersedih Mingyu yang alih-alih terlihat jelek malah terlihat imut-baginya yang jatuh cinta pada Mingyu, tidak tahu kalau menurut pendapat orang lain? "Bagaimana kalau sekarang kau ikut ke rumahku? Kau bisa menceritakan semuanya padaku. Siapa tahu aku bisa membantu?"
Mingyu sempat menatap mata dosennya itu. Selama beberapa detik selagi menimbang dalam benak. Dan karena tidak ada signifikansi diisukan, maka pada akhirnya ia mengangguk lemah tanda setuju. Setelahnya ia menunduk, membiarkan tatapan sendu matanya dengan sepatunya bertumbuk. Ia merasa malu. Atau mungkin lebih tepatnya malu-malu? Tahlah, hanya dia sendiri yang merasakan dan tahu.
Tapi toh, Kris sendiri yang mengajaknya. Jadi ia akan segera menghilangkan berbagai pikiran negatif yang di dalam kepalanya berkecamuk.
Dan tanpa ia ketahui, Kris menyeringai. Lebih relevan disebut senyum licik.
Mingyu tidak tahu apa yang Kris rencanakan.
.
.
.
.
Bayangin Mingyu nangis malah tetiba keinget foto ini wkwkwk
Next: Jun
KAMU SEDANG MEMBACA
B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]
FanfictionKim Mingyu. Manly. Cool. Tangguh. Perkasa. Gagah. Kuat. Tampan. Dominan. Tidak akan ada seorangpun yang mengira peran apa yang ia lakoni di dalam sebuah permainan panas. ©2019, ichinisan1-3