Chapter 2.

2.8K 474 151
                                    

Hueningkai.

Hyung, untuk identitasnya sudah kukirimkan lewat surat ya.

Seperti yang ku katakan kemarin.


Yeonjun.

Astaga.

Kenapa tidak lewat E-mail saja?

Hueningkai.

Kan sudah kukatakan, aku menyukai hal-hal yang puitis. :)

Yeonjun.

Kuno.

Aku tak mau mengambilnya.

Hueningkai.

Ya terserahmu saja.

Tapi sumpah ya hyung, aku rasanya tak tega melihat bibi Yoona nanti kecewa atas apa yang dilihatnya. :(

Yeonjun.

Bangsat.

Hueningkai.

Iya-iya hyung iya.

Tau kok. Sayang kamu juga. :*

Yeonjun yang kes melemparkan ponselnga begitu saja ke atas meja. Selang beberapa detik, ia bangun dan berjalan dengan lunglai menuju ke pintu depan.

Tepat sesuai dugaan. Begitu pintu dibuka, Yeonjun menemukan sebuah amplop kecil dengan warna biru langit yang tergeletak tepat dibawah kakinya.

Ia mengambil kertas itu. Dan menutup kembali pintu apartemennya dengan kasar.

Yeonjun duduk di meja samping tempat tidur. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut.

Sialan memang hueningkai itu. Yeonjun menaruh curiga bahwa ia pelaku yang membocorkan kepada ibunya soal nilai E yang ia dapatkan kemarin.

Jika tidak, bagaimana mungkin ibunya akan menahannya untuk tetap tinggal di Korea sedangkan Huening sendiri berangkat ke German dan menghadiri pesta pernikahan kakak sepupunya disana.

Yeonjun yakin, semua ini ulah anak itu. Ia pasti sudah dijebak sejak awal. Hueningkai sengaja menjabak Yeonjun untuk tetap tinggal di Korea demi mempertahankan IPK-nya agar tidak turun. Ia sengaja menahan Yeonjun untuk menjaga anak itu.

Benar. Di Bighit university, setiap siswa yang memiliki satu pasien, maka mereka akan diberi nilai tambahan. Tidak diwajibkan sebenarnya. Tapi mereka akan diberi nilai tambahan sebagai apresiasi atas keaktifannya.

Padahal, menurut Yeonjun sendiri, Hueningkai sudah tidak perlu lagi mengambil satu anak cacat mental demi IPK-nya yang tinggi. Hueningkai itu hampir sama cerdasnya dengan dia. Hanya dengan mengumpulkan tugas tepat waktu, pujian dari dosen langsung ia dapat. Semua keluarga Choi Yeonjun itu cerdas. Hanya saja, Yeonjun berkepribadian buruk. Sangat buruk.

Tetapi, wajar bagi Hueningkai jika ia mengambil satu anak cacat mental. Ini karena, Hueningkai sendiri memang sedari dulu sangat tertarik dengan ilmu psikologi. Ia sangat tertarik dengan suatu hal yang berkaitan dengan misteri. Bahkan ia sangat menyukai buku-buku kuno yang memiliki nilai dan makna didalamnya. Ia sangat menyukai sastra dan sebagainya. Ia adalah penggemar sesuatu yang abstrak. Seperti sebuah perasaan manusia yang sulit terbaca.

Yeonjun membuka surat itu. Menghela nafas setelahnya. Menyesal karena telah menuruti keinginan Hueningkai yang kadang memang memeras habis kesabarannya.

Love Yourself : YEONBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang