15

797 67 4
                                    

Seminggu setelah kejadian Jennie meng-add line Hanbin namun berakhir diblokir Nara, Jennie tiba-tibe bertanya kepada Hanbin.

"Hai, kemarin aku nge-add kamu loh. Kok kontaknya ilang ya?"

Posisinya kini sedang dikelas, dosen baru saja keluar dari kelas mereka yang pengap karena kebanyakan dosa ini.

"Eu-itu kemarin line gue eror, mungkin gara-gara itu." Jawabnya sekenanya.

"Oh, yaudah nanti aku add lagi."

"Gausah gausah. Kalau ada yang penting telpon aja gausah line. Ini nomor gue. Duluan ya."

Ya, sepertinya lebih aman seperti itu ketimbang harus ada adegan saling cemburu lagi.

***

Setelah mengisi perutnya yang keroncongan, Hanbin beranjak dari kantin menuju parkiran untuk menjemput Nara.

Tapi, pemandangan yang dilihatnya kini rasanya seperti mencekik lehernya.

Tampak Jennie dan Nara saling berjabat tangan di dekat parkiran fakultas Hanbin.

"Gawat." Hanbin memutuskan untuk berbalik ke tempat semula, namun gagal.

"Hanbin!" Teriak Nara

"Mampus gue."

Dengan lunglai menuju tempat kedua makhluk perawan itu. Hanbin mulai merinding, tidak tau drama seperti apa yang akan terjadi diantara mereka nantinya.

"Katanya dia nyari kamu, Bin." Ucap Jennie lebih awal.

'Wtf! Aku kamu? GANJEN KAN! APA GUE BILANG!' -Nara

'Jennie bego! Mati gue!' -Hanbin

"Ee-iya gue ada janji sama dia."

'Mampus lo gak dibales aku kamu nya.' -Nara

"Temen kamu?" Tanya Jennie

'Kepo banget si? Gue calon ibu dari anak-anaknya mau apa lo?' -Nara

"Dia?" Hanbin menunjuk Nara.

"Iya."

"Tunangan gue. Sorry ya lama ya nunggu akunya?" Ucap Hanbin sambil membenarkan rambut Nara yang berterbangan dari sabang sampai merauke.

'MAMPUS LO!' -Nara

Nara dapat melihat raut kekecewaan dari Jennie. Jennie kemudian tersenyum lalu berpamitan dari keduanya.

"Udah deh, rambut aku kalau kamu yang benerin jadinya tambah rusak." Ucap Nara kemudian masuk ke dalam mobil.

Mereka kini berada di dalam mobil. Entah mau kemana, tujuan mereka masih abu-abu. Belum ada kepastian.

"Kok bisa kamu ketemu dia?"

"Dia yang nyamperin."

"Terus?"

"Nanyain "nunggu Hanbin ya?" Sotoy banget gk si?"

"Ya kan dia nanya."

"Masa langsung to the point ke kamu."

"Kan kamu nunggu di sebelah mobil aku."

"Jangan-jangan..."

"Udah deh kamu gak usah berpikiran aneh-aneh."

"Gimana gak aneh, dianya ngomong pake 'aku kamu' deket banget emang. Jangan-jangan kalau gak ada aku kamu ngomongnya 'aku kamuan' juga?"

"Ra enggak, sumpah dah."

"Ganjen banget si jadi cewek. Aku aja 'aku kamuan' sama kamu pas baru pacaran. Dia baru kenal bisa-bisanya gitu."

"Ra, udah-udah. Kan faktanya aku gak bales ngomong gitu dia."

"Sok cantik banget si jadi cewek. Herman. Mampus tu orang tau gue tunangannya."

"Ra!" Bentak Hanbin

"Kenapa?" Dengan nada yang tidak kalah tinggi

"Gak usah kekanak-kanakan deh. Hal yang kaya gitu gak penting buat dicemburuin. Aku gak suka kalau kamu benci sama orang sampai kayak gitu."

"Oh, jadi kamu belain dia?"

"Bukan-bukan git-"

"Udah deh ngaku aja. Ternyata semua cowok itu sama aja." Kemudian Nara keluar dari mobil yang masih terparkir di parkiran itu.

"Ra! Nara!" Panggil Hanbin, namun tidak dihiraukan oleh Nara.

"ASTAGAAAA !!!"

***

Sudah berpuluh-puluh kali Hanbin menelpon kekasihnya dan sudah berpuluh-puluh kali juga telponnya diabaikan.

Lebih baik di reject karena sang penerima masih peduli dengan telponnya yang berisik ketimbang diabaikan yang artinya itu tidak penting untuk diperhatikan.

+131117979xxxx calling's

Dengan cepat Hanbin mengambil ponselnya berharap Nara menelponnya. Tapi bukan.

"Siapa lagi sih?"

"Halo!" Jawabnya dengan ketus

'Ha-halo, ini Hanbin kan?'

"Iya, lo siapa sih? Nambah ribet masalah gue aja!"

'Maaf, ganggu lo. Gue Jennie.'

"Je-Jennie? Sorry sorry gue gatau. Sumpah gue gak tau."

'Gakpapa santai aja. Sorry ya ganggu lo. Yaudah kalau gitu. Bye, Bin.'

"Oke, bye."

***

Tbc

Baru tadi pagi bilang mau next habis uts 🤣🤣
Mood emang gak bisa di prediksi wkwk
Sorry pendek ya. Btw gw lagi demen pelakor nih


Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang