Hari ini sudah hari ke 11 mereka semua berada di tempat ini. Mereka sudah nampak sangat akrab satu sama lain. Mereka sudah saling bertukar canda serta senyuman sambil menanti 2 orang lain di tempat ini sadar dari tidur panjangnya.
Nanda bangkit dari duduknya. Ia mulai mengetik sesuatu di ponselnya dan kini muncul wajah seseorang di layar ponselnya. "Hi"
"Hi Nan" Fadly dengan topi yang berada di kepalanya itu tampak terlihat menarik di mata Nanda walaupun dengan wajah yang masih sedikit kusut akibat di penjara beberapa waktu.
"Gimana?"
"Aku udah resmi bebas. Ayah udah nebus semuanya. Tapi syaratnya dalam 2 tahun ini.."
"Kenapa?"
"Aku harus ngelanjutin kuliah aku"
Nanda tersenyum. "Bagus donk"
"Selain itu" Fadly menghela napasnya berusaha menenangkan dirinya. "Kenapa?" Tanya Nanda dengan perasaan yang tak enak.
"Kita putus" Ucap Fadly sambil menutup matanya. "Loh Fad?"
"Sorry. Aku harus tangg-"
"Gaperlu" Yuri muncul dari belakang tentu saja itu membuat Fadly terkejut bukan main. "Lintang ga hamil. Gw juga engga. Gaada yang perlu lu tanggung jawabin selain Nanda. Gw juga ogah"
"Tu-tunggu.. Kok? Nan.."
Yuri tersenyum. Ia merangkul Nanda. "Dia temen gw. Baru ketemu setelah insiden itu tepat beberapa hari setelah gw balik ke Indonesia. Gw juga heran kenapa nih bocah" Yuri menguyel uyel pipi Nanda. "Gw heran kenapa nih bocah bisa demen sama lu bahkan ketika kemaren tau kalo gw sama lintang yang jadi korban lu"
Fadly menatap Nanda tak percaya sementara Nanda hanya tersenyum sambil membenarkan kacamatanya yang sedikit turun itu. "Aku masih sayang sama kamu"
"A-Aku.. harus bilang sama orang tua aku..."
"Aku tunggu bang" Layar pun hitam dan menampilkan homescreen milik Nanda. Gambar ia dan Fadly saat berlibur beberapa bulan lalu hingga Fadly pergi tak tahu kabar selama 2 minggu.
"Makasih ka Yuri"
"Santai Nan" Yuri tersenyum membuat pipinya mengembang. Ia duduk di kursi dan mulai bersandar. "Gw masih nyaman jadi jomblo"
******
Lala berjalan ringan melalui lorong lorong rumah sakit. Ia baru saja menyelesaikan beberapa urusan kampusnya dan setelah selesai ia segera bergegas kesini. Ia tak enak harus meninggalkan Amel sendiri disini. Ia juga tidak bisa menelpon sang adik Azizi untuk datang menjaga mengingat ia dan Azizi sedang bertengkar kemarin.
Baru saja Lala melihat pintu kamar Amel. Pintu itu sudah terbuka menampilkan Azizi yang keluar membawa tasnya yang cukup berat. "Jiji"
Azizi hanya tersenyum. Ia meletakkan tasnya di kursi kemudian membukanya. Lala hanya diam memperhatikan Azizi yang mengeluarkan sebuah boneka dan diberikan kepadanya. "Buat aku?"
"Kakak kasih ini ke ka Amel. Bilang aja hadiah dari Kakak biar ka Amel cepet sembuh" Lala tersenyum senang kemudian memeluk erat Azizi. "Makasih" Azizi hanya tersenyum sambil mengangguk. "Maafi-" Azizi menggeleng. Ia meraih tasnya. "Lupain aja Ka. Aku pulang dulu"
"Salam buat Mamah Papah" Azizi mengangguk kemudian berjalan pergi meninggalkan Lala. Lala berdecak kemudian melihat boneka yang diberi oleh Azizi. "Jiji ngebantuin aku biar bisa sama Amel apa gimana sih"
Lala pun mengabaikan pikirannya dan mulai memutar knop pintu. Ia melihat Amel yang tengah membaca buku Amelia karya Tere Liye itu. "Hi"
"Eh adik lu Zee baru banget dari sini. Lu ketemu dia ga tadi di luar?" Lala mengangguk sambil berjalan. "Iya aku ketemu kok"
"Eh!! Itu bawa apa tuhhh!" Amel meletakan sebuah kertas kecil di halaman yang barusan ia baca dan menutup bukunya. "Boneka ya??? Buat gw kannnn!"
"Iya nih buat kamu"
"Waahh lucu. Namanya siapa! Jwb" Amel terlihat girang sambil memeluk erat boneka babi yang diberikan oleh Lala.
"Ah gatau deh, coba kamu namain sendiri"
"Eemmm namanya babibabibabi deh"
*****
Sementara itu..
Eve tengah menyuapi kakaknya dengan bubur yang disediakan oleh rumah sakit. "Gw seneng deh gara gara kecelakaan kemaren jadi bisa deket sama lu gini Ip""Ya"
"Gw mending gini tr-" Eve segera menghentikan omogan Ariel dengan kembali menyuapkan bubur ke mulut Ariel. "Gaboleh ngasal ngomong kata Papi"
"Dia nangis kejer banget sampe pingsan tau riel pas denger kabar lu kecelakaan. Bangun bangun langsung nangis lagi" Pipi Eve mulai merona merah mendengar kesaksian Yuri. "Ka Yuri!!"
"Ga usah blushing gitu napa haha" Yuri tertawa kemudian menarik kursi kecil dan duduk di samping Eve. Eve kembali menyuapi Ariel. Mereka berbincang lagi. Keriuhan itu membuat Michelle yang tengah tertidur di kursi dekat Boby pun terbangun dan melirik mereka. Ia melirik ke arah Boby. "Kapan kamu sadar kayak Eril? Apa kita akan berpisah?" Michelle menggenggam tangan Boby. Tapi sesuatu membuatnya terkejut.
Tangan Boby menggenggam balik tangan Michelle. "Bobb.. Bobb.." Tapi mata itu sama sekali tak terbuka. Eve dan yang lain yang mendengar Michelle pun menoleh. "Ada apa Ka?"
"Apa mungkin itu perasaan aku aja?" Batinnya. Kemudian ia menghela napas pelan. "Mungkin memang itu perasaan ku aja"
"Gapapa kok Ip"
"Engghhh" Mendengar itu semua orang disana segera menengok ke arah suara. Nanda yang berada di dekat Erika terkejut amat sangat. Ia tersenyum senang gadis itu telah mulai membuka matanya. "Yur panggil Ci Ilen" Yuri mengangguk kemudian menekan tombol di dekatnya. "Ka Erika" Nanda meraih tangan Erika. Erika tersenyum. "Gw kenapa?"
"Setelah kakak diperiksa. Aku bakalan kasih tau ke kakak"
Tbc
Babibabibabi aaaa
Jangan lupa cek youtube ada babibabibabi 1 jam sama hampir sejam 🏳🏳🏳
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip 2
Fanfiction[18+] "Kecerobohan yang menyebabkan semua ini terjadi!" -Anin "Maafkan aku, aku tau aku salah" -Boby "Aku butuh tanggung jawabmu Boby, Ini anakmu Boby!" -Michelle