"Ok. Terima kasih ya kak," ucapnya seorang gadis yang berjalan keluar dari supermarket. Dirinya telah direpotkan oleh kantung belanjaan yang ada di kedua tangannya, serta ponsel yang baru saja berdering karena ada pelanggan yang menelfon.
Anastasya Russell Kinardy. Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu kini bekerja sebagai penjual kue homemade. Ia menjual kue lewat situs online setelah dirinya sudah lulus dari bangku kuliah. Asta senang sekali membuat kue sejak kecil. Apalagi dulu kecil ia tinggal bersama neneknya yang jago membuat kue, jadi ia sering diajarkan.
"Ribet ah. Untung aja gue baik," omelnya setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia segera berlari menuju mobilnya dan, 'bruukkk..' Dirinya menabrak pria di hadapannya.
"Aduh mas, kalau jalan tuh jangan pakai kaki aja! Mata juga dipakai dong," marahnya kepada pria di hadapannya itu. "Heh, harusnya saya yang marah mbak. Saya jalan sudah benar. Mbak yang lari kayak dikejar setan. Sudah tau bawa belanjaan segudang, gitu pakai lari," balas pria berperawakan gagah tersebut.
Tinggi Asta hanya sebatas pundak pria tersebut. Jika dibandingkan pria tersebut, Asta memang kecil. Tapi ia tidak takut.
"Saya memang lagi buru-buru. Jadi bukan salah saya dong nabrak, emangnya mas lewat sini kayak nggak ada jalan lain aja." Asta mengomel lagi. "Loh, memangnya jalanan di sini punya kakeknya mbak? Bukan kan?! Ini jalanan umum," balas pria itu lagi.
"Heh, ada apa ini?" tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul di belakang pria itu.
"Tante Nova," sapa Asta terkejut. Pasalnya yang muncul adalah sahabat maminya, Nova Miranda. "Loh Asta, kamu di sini. Belanja apa?" tanya Nova. "Beli perlengkapan kue tante," jawab Asta lalu tersenyum ramah.
"Oh, mama kenal sama cewek ini. Ma, ini cewek nyebelin banget. Dia yang nabrak, aku yang disalahin." Suara itu tiba-tiba muncul lagi setelah Asta dan Nova berhenti berbicara. Suara siapa lagi kalau bukan milik Alvin Amarell Leonardo.
'What? Jadi dia anaknya tante Nove? Bisa mati gue kalau diaduin ke mami,' pikir Asta dalam hati panik. Tapi raut wajahnya tetap datar.
"Maafin anak tante ya. Alvin memang gitu, sulit disalahin. Namanya juga cowok," ucap Nova. "I-iya tan, nggak masalah kok. Asta permisi dulu," pamit Asta. "Iya, hati-hati di jalan ya," sahut Nova lalu Asta berlalu.
Alvin dan Nova masih terdiam di sana. Dengan mata Alvin yang masih melirik sinis mamanya itu.
"Sudah Vin, lupain. Lagian nggak enak sama tante Reiva kalau kalian bertengkar," ujar Nova yang bisa membaca raut wajah putranya itu. "Pokoknya aku nggak sudi ketemu cewek itu lagi," ujar Alvin dengan nada datar dan ketus. Akhirnya, mereka berdua masuk ke dalam supermarket.
Halo semua.
Sekian prolognya.
Tolong komentar ya kurangnya apa.
Nanti semoga author bisa perbaiki.
Terima kasih sudah mampir.
Vote kalau suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Enemy! I Love You
Dla nastolatkówPertemuan antara keduanya berakhir pertengkaran. Sampai-sampai keduanya tidak sudi untuk dipertemukan kembali. Lalu bagaimana jika keduanya harus bertemu kembali oleh karena kedua orang tua masing-masing? Anastasya Russell Kinardy dan Alvin Amarell...