Boston, Massachusetts
Desember, 2006Sudah genap satu pekan berlalu sejak Maggie menghubungi pihak kepolisian terkait menghilangnya Kate. Sudah satu pekan Maggie membuang-buang waktunya dengan hanya berdiam diri dan membiarkan adiknya yang malang menunggu Maggie menjemputnya. Maggie sudah tidak tahan.
Kate menghilang sejak malam ketika Emma mengatakan adiknya pergi untuk makan malam dengan Javier. Atau Lance, atau siapapun. Malam itu Maggie tertidur dengan perasaan tak menentu. Batinnya tidak bisa tenang sebelum ia menemukan Kate. Tapi setelah menghabiskan dua jam perjalanan untuk mencari adiknya tanpa hasil, Maggie akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga pagi dan menghubungi Kate lagi.
Pagi harinya, panggilan telepon Maggie dijawab oleh pesan suara. Saat itu hari Rabu, dan Maggie harus mempersiapkan pertemuan dengan kliennya. Tapi, karena Kate tidak juga menjawab panggilan Maggie, dan Maggie tahu kalau ia tidak akan berpikir jernih sebelum mengetahui Kate baik-baik saja, Maggie akhirnya membatalkan janji temu itu dan meminta Harry, sekretarisnya, untuk menjadwal ulang pertemuan.
Hingga siang, Maggie menghabiskan waktu untuk mencari Kate. Bahkan, ia sampai mengunjungi sebuah kedai favorit Kate hanya untuk memastikan apa adiknya ada di sana. Hasilnya nihil.
Kate baru saja lulus tahun lalu, Maggie berpikir kalau Kate sedang mengadakan reuni khusus dengan teman-temannya. Dan wanita itu memutuskan untuk pergi jauh untuk bersenang-senang. Nyatanya tidak begitu. Emma juga mengaku kalau Kate mengatakan hanya akan pergi sebentar dan pulang sebelum tengah malam. Kalau Kate punya rencana lain, ia akan mengatakannya pada Emma. Atau setidaknya, Kate akan menelepon Emma.
Karena itu, Maggie langsung menghubungi pihak kepolisian untuk mencari Kate. Sejauh yang Maggie tahu, mereka telah mendatangi asrama yang ditempati Kate saat masih kuliah, kemudian mereka juga menemui teman-teman Kate. Orang-orang yang yang selama seminggu terakhir terlibat dengan Kate. Hasilnya nihil. Bahkan, Javier, pacar Kate juga menghilang.
Sejauh ini pihak kepolisian mengatakan kalau mereka sedang berusaha mencari Kate. Tapi, yang Maggie tahu, mereka selalu mengatakan hal yang sama dan setiap harinya, ketika Kate tidak juga ditemukan, Maggie menjadi tidak sabaran. Pada pagi dihari ke tujuh setelah menghilangnya Kate, Maggie menyerahkan pekerjaannya pada Harry sementara ia mendatangi kantor penyelidikan swasta di Boston.
Maggie hanya mengetahui kalau biro itu cukup terkenal dan memiliki rentetan kasus yang diselesaikan dengan baik. Biro investigasi swasta itu dipimpin oleh Hugh Davisson. Maggie tidak begitu mengenal siapa Hugh. Ia hanya pernah bertemu sekali dalam sebuah acara pertemuan besar, tapi Maggie tidak begitu memerhatikan.
Biro investigasi swasta itu memasang tarif mahal untuk setiap kliennya. Tapi Maggie tidak peduli jika itu berarti ia akan menemukan Kate lebih cepat.
Malam kemarin, seorang tangan kanan Hugh yang menyebut dirinya sebagai Judd, Jaden, atau mungkin Jason - Maggie tidak ingat, mengatakan kalau mereka menyetujui untuk memulai investigasi itu dan Maggie bisa datang ke kantornya siang ini sebagai awal kesepakatan. Karena itu, Maggie menyegerakan tidur malam kemarin agar ia tidak datang terlambat keesokan harinya.
Yang terjadi Maggie tiba sepuluh menit lebih cepat dari perjanjian. Segera setelah Maggie menyampaikan maksud kedatangannya pada seorang pelayan wanita, ia dibimbing untuk sampai di ruang tamu.
"Dia sudah menunggumu.." kata si pelayan dengan ramah. Maggie berpikir bahwa yang dimaksud wanita itu adalah Hugh Davisson, sang pemilik biro penyelidikan swasta.
Mengenakan blus berwarna putih dengan kerah berbulu yang melingkari tengkuknya, ditambah lagi dengan sepatu berhak tinggi sehingga membuat tampilannya terlalu mengerikan untuk ukuran wanita dengan tinggi di atas rata-rata, Maggie berjalan bersebelahan dengan pelayan wanita tersebut. Namun, ia belum sampai di ruangan yang dimaksud ketika suara ponselnya yang berdering telah menghentikan langkah Maggie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDE
Misteri / ThrillerBoston, Massachusetts, digemparkan oleh penemuan dua korban pembunuhan yang diletakkan dalam peti mayat dengan kondisi yang siap untuk dikuburkan. Setiap korban memiliki ciri identik yang sama: muda, atraktif, berambut pirang dan memiliki warna mata...