60 : Penghapus Luka

1.1K 78 1
                                    

BAB 60

Anya berjalan keluar kamar dan menutup pintu.

Saat membalikan badan, gadis itu mendapati Rian sedang berdiri di dekatnya.

"Belum tidur?"

Rian menggeleng,

"Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Gak bisa tidur." Balas Anya.

Rian melirik jam dinding, masih pukul 9 malam.
"Mau Jalan jalan ga?"

Rian mengamati penampilan Anya yang hanya menggunakan kaos.

"Pake sweater dulu gih, di luar dingin."

Anya mengangguk, kemudian dia berlari ke kamarnya, tabgan nya dengan cepat mengambil sweater putih nya yang menggantung pada Hangwall, dengan cepat sweater itu sudah berpindah ke tubuhnya dan celana santai sebagai bawahan nya. Anya memantulkan dirinya di cermin. Menyisir rambutnya dan mengikatnya jadi satu. Dan secepat kilat dia kembali ke hadapan Rian.

"Yuk." Ucap Anya dengan semangat dan mata berbinar.

Rian mengangguk sambil mengenduskan tawa.

"Kenapa?" Tanya Anya dengan bingung.

Kemudian dia tersadar pada penampilan nya, anehkah? Berantakan kah?

Rian menggeleng.

"Cantik." Ucap Rian sambil terkekeh.

"Hah??"

Rian lagi lagi mengenduskan tawanya.
"Enggak, Yuk."

Gadis itu memasukan jarinya ke saku sweater.

Perasaan nya amat senang berjalan beriringan dengan Rian.

Sedari tadi jantungnya tidak berhenti berdegup.
Dan senyumnya tidak memudar.

Walaupun tidak ada pembicaraan di perjalanan, tapi Anya senang, dia merasa nyaman.

Langkah Rian terhenti, membuat langkah anya otomatis terhenti pula.

Anya terpaku, pandangan nya terpukau dengan pemandangan di depan nya.

Lampu kerlap kerlip yang berasal dari permukiman yang terletak di kejauhan, tampak seperti bintang yang bertaburan. Terlihat sangat menawan dari atas bukit tempat kaki keduanya berpijak.

"Waw." Ucap Anya terkagum.
Atensi gadis itu masih terarah pada pemandangan indah di depan nya.

"Gak ada kan di jakarta?"

Anya mengangguk antusias.

"Mana ada, paling paling juga dari rooftop, kalo dari tempat alami kayak gini gak ada."

"Bagus ya."

"Iya, banget."

"Di dekat bukit sebelah sana ada jalan setapak untuk turun kesawah,"

Anya memandang tempat yang Rian tunjuk, tapi setelah di cari cari, Anya tidak kunjung menemukan.

"Mana?"

"Kalau siang kelihatannya."

"Ohiya bener juga."

Sesuatu benda menyala hinggap pada lengan nya.
Anya tersentak sambil berpindah tempat.
"Eh itu apaan?" Teriak nya histeris.

"Itu namanya kunang kunang." Tanya Rian dengan tenang kemudian mengulurkan jari telunjuknya mendekati serangga menyala itu.

Semakin lama semakin banyak terbang mengelilingi mereka.

Kilau cahaya nya memanjakan mata gadis itu, membuatnya terkagum.

"Waah, bagus ya, nyala nyala gitu kayak lampu tumblr." Ucap Anya dengan segala kenorakan nya.

"Emangnya belum pernah liat beginian?"
Tanya Rian dengan heran.

Anya menggeleng.

"Bawa pulang ke jakarta boleh gak?"

"Eh jangan nanti mati."

Anya mendesah kecewa.

"Yaah."
Yaudah jadi Anya hanya bisa melihatnya disini, membiarkan dirinya lebih lama bersama serangga menyala itu.

Sementara Rian, dia cukup menikmati pemandangan yang membuatnya bahagia Wajah ceria Anya dan mata berbinar gadis itu, mampu membuatnya tersihir.

Tuhan memang amat baik, seseorang pergi meninggalkan nya, membuatnya merasa kehilangan yang amat parah.

Kemudian digantikan dengan sesuatu yang lebih indah, bahkan sudah di siapkan jauh jauh hari sebelumnya.

Senyuman dan tawa gadis itu membuat hati nya menghangat.

Rasanya ia sama sekali tidak ingin mengakhiri malam ini, tapi waktu menuntutnya.

Anya menguap, matanya sudah berair karena ngatuk.
"Udah malem, pulang yuk."

Anya menampilkan wajah kecewanya,

"Yaudah, yuk."

Ada satu hal yang mengganjal di hatinya.

"Rian tunggu."

Rian menghentikan langkahnya kemudian membalikan tubuhnya menghadap gadis itu.

"Apa?"

"Ituuu..ekhm, itu gue mau minta maaf soal malam itu." Jelas Anya dengan gugup dan berhati hati.

Saat Anya berbicara seperti itu Rian langusng tau kemana arah pembicaraan mereka.

"Gak papa, santai aja, gue yang salah, udah bikin lo sakit hati, terus minta maaf dan nyatain cinta ke lo dengan seenaknya. Padahal gue udah bikin lo sakit hati."

"B-bukan gitu Rian, maksud gue.."

"Udah malem seva, Ayo pulang."

"Rian..G-gue, gue sayang sama lo."

Senyum Rian melebar, kemudian pemuda tampan itu tertawa dan mengacak acak ringan rambut gadis di hadapan nya.

"Udah tau."

Mereka saling bertatapan dan mungkin saling bicara, mengungkapkan betapa bahagia nya mereka.

Rian membawa Sevanya kedalam pelukan nya, wangi mint tubuh Rian menyeruak masuk ke dalam penciuman gadis itu.

"Me too, Sevanya."

Malam ini akan menjadi kenangan penting dalam hidup keduanya.

....

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang