Hallo sheyeng-sheyengku 👋🏻
Apa kabar? Baik-baik aja kan?
Sudah siap ngebaperin Kookrin lagi? Nih aku bawa yang baru buat kalian 🤭
Jangan lupa vote dulu ya sheyeng, ditunggu juga komennya 😚
Happy reading sheyeng 💜-Author's POV-
Sepasang tungkai yang gemetar menahan lelah berjalan gontai dari satu meja ke meja lainnya. Sebuah nampan berisi berbagai macam hidangan lezat sejak tadi tak lepas dari pegangan tangannya. Begitupun untaian senyum yang tak henti mengembang di kedua pipinya, seakan hanya itu yang dapat ia lakukan.
Sungguh, rasanya seluruh persendian gasis itu seakan mati rasa sekarang. Namun ia tetap saja memaksakan kedua kaki dan tangannya untuk terus bekerja, demi gaji tak seberapa yang sangat ia butuhkan untuk menyambung kehidupannya. Sesekali ia mencuri kesempatan dengan bersandar di samping lemari pendingin maupun didekat pintu sebelah dapur hanya untuk mencari napas tambahan, mereduksi engahan sebelum kembali mengambil dan mengantar pesanan.
Jam kerjanya berakhir ketika jam menunjukkan pukul 22.30. Gadis itu bergegas meletakkan apron yang menyelimuti tubuhnya sejak tadi ke dalam keranjang cuci, mengganti pakaian dan menggerai rambut panjang cokelatnya sebelum menghampiri sang atasan untuk mengambil upah.
"Terima kasih, sajangnim."
Ucapnya begitu sebuah amplop cokelat ia terima. Ia mengintip sedikit, menghitung lembaran demi lembaran di dalam amplop tersebut sebelum tersenyum puas pada atasannya dan meminta izin pulang.
Setidaknya ia tak perlu makan kimbab lagi untuk hari ini.
Batinnya kala melihat uang ditangannya. Sudah hampir satu minggu ini ia hanya makan kimbab yang biasa ia beli di minimarket demi menghemat uang karena belum mendapat gaji. Hasil kerjanya di dua tempat lain sudah habis ia gunakan untuk membayar sewa apartemen dan segala keperluan didalamnya.
Usai berbelanja beberapa bahan makanan sederhana, ia berjalan pulang menuju apartemen sederhananya. Apartemen yang dulu ia sewa bersama sahabatnya, Park Sooyoung yang kini menghilang entah kemana. Gadis sialan itu pergi tanpa kabar dan jejak sedikitpun, membuatnya harus menanggung seluruh biaya hidup sendirian di kota metropolitan seperti Seoul.
Ia, gadis itu Yerin, Jung Yerin.
Memilih pindah tanpa sepengetahuan orang tuanya bersama Sooyoung dari desa ke ibukota. Melepaskan diri dari jerat hutang yang melilit keluarganya hingga membuat kedua orang tuanya berniat menjual gadis itu kepada sang pemberi utang. Sungguh, ia tak habis pikir dengan kedua orang tuanya saat itu.
Ia masih punya masa depan yang panjang dengan segudang cita-cita yang ia susun dengan rapi di dalam benak, namun kini semua harus musnah ketika perlahan usaha keluarganya bangkrut dan terlilit hutang pada seorang rentenir kejam. Ia harus mengatakan selamat tinggal pada kehidupan nyaman yang dulu sempat ia rasakan, serta cita-cita yang dulu sempat ia impikan.
Cita-cita? Hah...
Konyol.
Impiannya kini bukan lagi menjadi seorang designer handal, melainkan hanya agar mampu bertahan hidup selama satu bulan tanpa kekurangan apapun. Hanya itu, sesederhana itu.
Melarikan diri ke ibukota beberapa minggu setelah lulus sekolah dengan hanya berbekal ijazah SMA ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Namun ia memilih bertahan daripada harus hidup di desa dan menjadi istri yang entah keberapa dari rentenir tempat kedua orangtuanya berhutang. Ia tak rela dan memilih lebih baik kelaparan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intermediare
FanfictionMeminjam rahim wanita lain untuk memiliki keturunan, mungkinkah? Entah itu Yerin atau Eunji, keduanya sama-sama merutuki pilihan itu dikemudian hari. Berbanding terbalik dengan Jungkook yang justru tidak bisa memilih sama sekali. Penyesalan tak la...