±01. Berri yang malang

4.2K 347 105
                                    

Pagi ini, suara Berri—ayam kesayangannya Xiaojun—tumben tumbenan gak berkokok. Biasanya dari pukul 3 pagi pun dia sudah berbunyi nyaring. Karena hal itu Xiaojun dibuat bingung dan kalang kabut akan ayam yang dia urus dari jamannya tuh ayam masih warna merah muda.

Iya, Berri dibelinya waktu itu di depan SD DAPAT TUJUH. Kalo bahasa gaulnya mah, GOT7 Masih inget banget dia kala itu masih dengan seragam putih-biru, ia melihat seekor ayam manis di dalam kandang. Meski celana sama baju sudah kotor karena ia baru saja kecebur comberan depan sekolah, ia tidak peduli. Mata elangnya terpana akan sosok Berri kala itu yang tampak begitu mengenaskan di dalam kandang besi. Tanpa pikir panjang lagi Xiaojun pun menghampiri Berri. Mengusap lembut kandang tersebut dengan tatapan lirih menatap Berri yang tampak kesakitan. Ya Allah, bahkan bulunya aja sampai berubah warna menjadi merah muda.

"Ngapain lu bengong di depan pohon beringin? Mau dimasukin kunti, lu?" tanya Dery atau lebih tepatnya Hendery—menepuk punggung Xiaojun hingga sang empu terperanjat kaget.

"Der!"

Dery yang dipanggil pun bergumam, namun setelahnya tidak dihiraukan oleh orang yang baru saja memanggilnya. Hendery yang curiga sama arah pandangan Xiaojun pun mengikuti ke mana mata elang itu menatap. Usut punya usut, ternyata pohon beringin dengan juntaian dari batangnya merupakan objek utama Xiaojun yang tentunya hal itu membuat Hendery mengernyit heran. Ngapain juga tuh anak natep pohon beringin?

"Itu, di sana."

Hendery mengernyit. Itu apa? Matanya turut menatap ke arah yang sama, namun tidak menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Matanya memicing karena hanya ada pohon yang menjulang tinggi, berdaun lebat. Duh, kok tiba-tiba Dery jadi merinding, ya? Mana sekarang masih pagi buta, belum banyak orang yang berlalu lalang—bahkan mentari saja belum menampakkan dirinya.

Hendery tiba-tiba keringat dingin saat matanya menatao Xiaojun yang masih menatap pohon dengan serius. Mungkin, kalau bang Taeyong yang memberikan tatapan seperti itu (serius) Dery sih wajar aja. Lah tapi masalahnya ini si Dejun yang sok serius. Anak bobrok modelan Bopak kayak gini sok, sokan serius, kan Hendery jadi merinding.

"Ma-maksud lu apa, jun?" tanya Dery hati-hati. Dia mulai merasakan hawa tak enak di sekelilingnya, namun rasa penasaran juga hinggap di dirinya.

Xiaojun mengalihkan pandangannya. Manik hitamnya menatap Hendery semakin serius, bahkan dahinya mengeryit saking seriusnya. Tentunya, hal demikian membuat Hendery semakin bergidik ngeri terhadap teman seperbobrokannya itu.

Plis, ya, sekarang tuh masih sangat pagi untuk seukuran orang gak jelas kayak Xiaojun berdiri di depan pohon beringin—memandang secara seksama dahan pohon besar dengan pandangan kosong. Bahkan, ya, jarum pendek dan panjang di jam tangan Hendery saja masih menunjukan pukul 03.15.

"Itu.." Xiaojun kembali memandang ke arah dahan pohon besar dengan juntaian panjang ciri khas pohon beringin. "Dia.. dia di sana. Di dahan itu." Ujarnya, menunjuk dahan pohon yang sedari tadi menjadi objek tatapannya.

Hendery melotot. Kalau tidak segera tersadar, bisa saja mata kecilnya keluar dari tempatnya. "GILA LO! SADAR WOY, SADAR!" Hendery mengguncang kuat tubuh Xiaojun sembari berucap, "Sadar woy, bentar lagi subuh," namun sepertinya Xiaojun tidak merasa terganggu akan badannya yang terus diguncang Hendery.

"Hihihihi.. Aku di sini! Aku di sini! Hihihi.. Tunggu aku, sayang!"

Hendery terkejut, matanya kembali terbelalak, dan tubuhnya mematung seketika saat mendengar suara tawa Xiaojun sama persis seperti seseorang yang sedang kesetanan. Dan omg, Xiaojun mendekat ke arah dahan pohon besar itu! Belum lagu tawa anehnya yang mirip embak kunti yang pernah dikirim Mark melalui aplikasi chatting miliknya. Sialan emang tuh si bule Depok abal-abalan.

ᴷᵃᵐᵖᵘⁿᵍ ᴹᵉʳᵃʰ ᴶᵃᵐᵇᵘ || ᵒᵗ²¹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang