#07 Hukuman (2)

17 5 2
                                    

⚠  : Bakal ada sedikit adegan kekerasan.

Ry : bingung mesti di kasih warning apa kga.
____________________

Rion tengah mempersiapkan sesuatu dibalik cahaya lampu redup yang sesekali berkedip.

Pemuda bersurai coklat baru saja membuka matanya dan sedikit terkejut dengan keadaannya sekarang. Ia menoleh ke arah kanan dan kirinya. Terlihat kedua temannya juga dalam keadaan yang sama dengannya.

Mungkin kita panggil sesuai warna rambutnya saja supaya lebih mudah.

Si coklat melirik kedua kaki dan tangannya yang terasa sakit, mungkin karena ia diikat terlalu kuat.

" HMMP !! HHMPP !! "

Si coklat mencoba mengeluarkan suaranya namun semuanya sia-sia, ia malah mendapatkan tatapan tajam dari kedua temannya. Seolah-olah mereka berkata diam-atau-kau-akan-cepat-mati. Toh, pada akhirnya mereka juga akan mati kan ?

" Oh, kau sudah bangun rupanya. Teman-temanmu sudah bangun dari tadi lho. " Ucap Rion dan berbalik menghadap mereka.

" Selamat datang di ruang bawah tanah milikku. Tolong buat diri kalian senyaman mungkin. "

Rion baru saja menata benda kesayangannya dengan rapi. Dan sekarang sudah selesai. Di bawah lampu redup itu masih bisa terlihat benda yang ditata Rion.

Pisau beragam ukuran, tang, palu, gergaji besi, gergaji kayu, gergaji mesin, paku dari yang kecil hingga yang paling besar, sebuah kapak besar, gunting, cutter dan masih banyak lagi yang lain.

Mereka bertiga menatap Rion tatapan yang sulit dideskripsikan. Mereka tak menyangka bahwa Arion Zeiru, Ketua OSIS mereka yang terkenal dengan kesempurnaannya memiliki sifat seperti ini.

" Oh, ya aku lupa. Kau pasti ingin mengatakan sesuatu bukan ? Tapi tolong jangan berteriak. Aku tak ingin Aria yang sedang main game terganggu. " Tanya Rion lalu melepas kain yang membungkam mulut si coklat dengan kasar.

Seketika Aria yang  sedang main game dengan VR bersin beberapa kali.

Kembali ke Rion ..

" APA YANG SEBENARNYA KAU LAK–– "

Brak !

Rion menarik kursi si coklat ke depan, menyebabkan wajah si coklat membentur lantai dingin nan kotor dengan keras.

" Bukankah sudah ku katakan supaya jangan berteriak ? Apa kau sudah tuli ? "

Brug !

Rion menendang perut si coklat dengan sedikit lebih keras, dan itu membuat si coklat memuntahkan darah dari mulutnya.

"Kau benar-benar tuli. Aku bertanya dan kau tak menjawab. Baiklah jika itu mau mu. "

Rion membenarkan letak kursi si coklat hingga menghadap ke arahnya.

" Sepertinya selain tuli kau juga bisu. Kita lihat apa kau masih bisu dan tuli setelah ini. "

Rion kembali membungkam mulut si coklat sebuah kain. Lalu ia membalik kedua kursi si Tosca dan si Hitam menghadap si Coklat.

" Temanmu akan tenang kok. Jadi kau pilih yang mana dulu ? Si rambut tosca atau si rambut hitam ? "

Si coklat langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat.

" Hmm .. baiklah kita mulai dari si Hitam. "

Rion beranjak menuju meja yang penuh dengan benda kesayangannya. Ia mengambil sebuah gunting dan berjalan menuju si Hitam.

" Hmmpph !! Hmmp !!! "

Jleb !

Gunting itu Rion lempar dan menusuk tepat ke lubang telinga kanan si Hitam. Tentu saja si Hitam menjerit, namun apa daya mulutnya terbungkam dan tak bisa mengatakan apa pun.

Rion menekan gunting itu lebih ke dalam dan ia yakin bahwa gendang telinga si Hitam sudah rusak. Rion pun menarik guntingnya, darah mengalir dari lubang telinga itu.

Ia melakukan hal yang sama di lubang telinga kiri si Hitam. Lalu Rion memotong telinga si Hitam dan itu membuatnya benar-benar yakin bahwa si Hitam sekarang sudah tuli.

Kedua temannya yang melihat kejadian itu hanya bisa menatap ngeri dan mencoba melepaskan jeratan yang mengikat tangan dan kaki mereka. Membuat Rion melirik ke arah keduanya.

" Tak kusangka kalian begitu bersemangat. Baiklah akan ku percepat. "

Rion menatap si Hitam.

" Sebenarnya aku ingin memotong kepalamu dari ujung mulut kanan sampai ke kiri .. tapi kau pasti akan berteriak dan itu menyebalkan. "

Rion menancapkan guntingnya ke leher si Hitam dan menggunting hingga setengah. Sesaat Rion menyeka keringatnya kemudian berjalan kembali menuju meja. Lalu, mengambil sebuah gergaji mesin.

" Mungkin ini sedikit bising tapi kalau pakai ini lebih cepat. "

Dengan santainya Rion memotong leher si Tosca sampai kepalanya terlepas.

" Huuh .. ternyata setelah lama tak melakukannya aku jadi selemah ini. Kau ingin bertanya sesuatu ? Kau dari tadi tak bisa diam. " Ucap Rion sembari melepas kain yang membungkam mulut si Coklat.

" Kenapa kau melakukan ini ? Apa alasanmu yang sebenarnya ? " Tanya si coklat dengan nada yang mati-matian ia buat sedatar mungkin. Namun, Rion berhasil menangkap sebuah nada ketakutan didalamnya.

Bersikap seolah semuanya normal saja setelah kejadian tadi. Rion menaruh telunjuknya ke dagunya lalu berpura-pura berpikir, walau sudah tau jawabannya. []

» " Tentu saja karna kau sudah melukai Aria. Kau bahkan membuat Aria menyuruhmu kabur saat aku datang. " «

To Be Continue ...

Ray & Rain


Ry & Ri: Cuma mo nanya. Ada yang ngira di chap ini yang dihukum itu Aria ?

「 Flaws And Perfection 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang