Boston, Massachusetts
November, 2006Perhatian Dale sepenuhnya teralih ketika ia mendapati sosok familier yang sedang berjalan ke luar dituntun oleh seorang polisi. Dale langsung mengenali wanita tinggi berambut pirang kecoklatan itu sebagai Maggie. Kemunculan wanita itu di TKP telah mengejutkan Dale. Judd kemudian melihat ke arah yang sama ketika Dale menegakkan tubuhnya dari sandaran.
"Itu Maggie Russell, kan?" tanya Judd.
"Ya. Bagaimana dia bisa sampai di sini?"
"Apa aku perlu turun untuk memastikannya?"
"Tidak," cegah Dale sebelum Judd sempat bergerak dari kursinya. "Biar aku saja."
Melepas sabuk pengamannya, Dale menekan tombol pengunci pintu kemudian turun dari dalam mobil. Langkah kakinya yang panjang membawa ia lebih cepat sampai pada Maggie. Wanita itu langsung menatap Dale tajam setelah melihatnya. Maggie terlihat baru saja menghubungi seseorang karena sekarang wanita itu mematikan ponselnya dan menunggu Dale untuk sampai di sana.
"Miss Russell!" Sapa Dale begitu sampai di hadapan wanita itu.
"Jadi kau sudah tahu semua ini?"
Dale mengernyitkan dahinya. "Apa?"
"Mayat di dalam sana? Apa Hugh sudah mengatakannya padamu?"
"Tidak, sebenarnya aku bersama rekanku Judd sedang berusaha mengumpulkan informasi untuk menemukan adikmu."
"Kalian membuang-buang waktu!" seru Maggie. Wanita itu menunjuk ke arah bangunan yang menjadi rumah seorang pendeta bernama Paul Scholes sekaligus TKP, kemudian berkata, "wanita di dalam sana, namanya Esther Renee. Dia dikabarkan menghilang sejak satu bulan yang lalu dan sekarang dia ditemukan tak bernyawa di dalam peti. Ibunya histeris melihat mayat Esther. Kau tahu apa artinya itu?" Ketika Dale hanya diam dan menatapnya, Maggie melanjutkan dengan sinis. Ia mengangkat satu jarinya kemudian menodongkan jari itu ke dada Dale sembari berkata, "itu artinya segera temukan Kate! Aku tidak peduli kalau aku harus membayar lebih mahal. Aku mau Kate ditemukan sebelum hal-hal buruk terjadi padanya."
Dale mendengus keras. Ia menangkap jari wanita itu dan menguncinya dengan keras. Maggie harus berusaha untuk bisa menarik lepas tangannya. Ada sesuatu dari cara Dale menatapnya yang membuat Maggie merasa kesal. Tapi jika dipikir-pikir lagi, laki-laki itu memang selalu tampak menyebalkan.
"Aku sedang berusaha semampu yang aku bisa untuk menemukan adikmu, Ma'am. Sebaiknya kau tutup mulutmu dan biarkan aku bekerja dengan tenang."
Ucapan Dale tampaknya membuat situasi semakin panas. Maggie membelalakkan matanya. Bibirnya sudah siap menghanturkan sejumlah protes.
"Aku tidak mau tahu. Bagaimanapun kalian harus menemukan Kate dengan cepat."
Dale masih diam dan memilih untuk tidak menanggapi Maggie, tapi tatapannya teralih sepenuhnya pada wanita itu. Keinginannya untuk mengatakan sejumlah komentar pedas untuk wanita itu seakan tertahan di lidah. Lebih baik tidak berdebat dengan Maggie. Ia telah menghadapi sejumlah klien yang sikapnya buruk seperti itu. Tapi Dale bersumpah Maggie adalah yang terburuk. Wanita itu bukan hanya berkomentar pedas terkait cara kerjanya, tapi Maggie Russell yang angkuh itu juga seorang pemaksa yang tidak punya perasaan. Menghela nafasnya, Dale berusaha meredam emosi yang telah berkecamuk. Ia telah memutuskan untuk bekerja profesional alih-alih mengikuti nafsunya.
"Jadi kau melihat mayat itu?"
"Ya."
"Kau bilang dia Esther Renne?"
Maggie mengangguk.
"Seperti apa kelihatannya? Apa kau melihat bukti penyiksaan fisik di tubuh korban?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDE
Mystère / ThrillerBoston, Massachusetts, digemparkan oleh penemuan dua korban pembunuhan yang diletakkan dalam peti mayat dengan kondisi yang siap untuk dikuburkan. Setiap korban memiliki ciri identik yang sama: muda, atraktif, berambut pirang dan memiliki warna mata...