You

37 1 0
                                    

Kita pernah tersenyum di atap yang sama, kita bernah berpapasan di lorong yang sama, kita pernah menanti di bawah langit yang sama, kita pernah menikmati rintikan hujan yang sama. Walau tak bersama,......

Aku sangat mencintai hujan karena saat hujan orang lain tidak akan tahu bahwa aku sedang menangis. Maka menangislah aku dalam hujan. Ada beberapa bagian dalam diriku yang amat rapuh. Itu karena Dia, Dia, yang aku tunggu dua tahun lamanya. Dia, yang aku tunggu bersama hujan. Dia, yang selalu tersenyum dan bertanya 'apa?' Setiap kali aku memandangnya lebih dari 4 detik. Dia, yang selalu berhasil membuatku tertawa di semua gurauannya.

Sayang, aku tak pernah punya cukup nyali untuk menunjukkan diriku di hadapannya, menunjukkan kepadanya "Hei, aku selalu menunggu untuk dapat sedekat dulu"

Dan aku memilih untuk selalu menunggunya bersama hujan. Berharap hujan akan menyampaikan kepadanya bahwa ada aku yang sayang padanya meskipun kami tak bisa. Aku memilih hanya menuliskan surat-surat untuknya. Surat yang tak pernah sampai.

Walau sebenarnya bersama dia aku tak perlu  menunggu hujan menyampaikan salam, tapi aku hanya tak mampu dan tak berani mengambil resiko. Karna aku tau, sebenarnya dia selalu didekatku. Tapi yang dekat belum tentu kita miliki. Ah, sungguh indah sejumput kalimat itu.

Kini aku hanya ingin kamu mengerti. Mengerti bahwa aku rindu. Rindu padamu tak pernah kutahu akan sedalam ini. Dan hanya dapat bercerita pada hujan. Hujan kini temanku. Bersama hujan orang lain takakan tau bahwa aku menangis. Maka menangislah aku dalam hujan.

Finding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang