6 • The Umpteenth Time

1.3K 145 2
                                    

Seorang pria melangkahkan kakinya dari lorong bandara terkenal di salah satu kota Cambrige

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria melangkahkan kakinya dari lorong bandara terkenal di salah satu kota Cambrige. Kacamata hitam yang bertengger diwajahnya, membuat wajahnya yang memiliki paras tampan—menutupinya. Koper yang berukuran sedang ia dorong menggunakan tenaganya. Derap langkahnya sukses mengundang sekelibat banyak orang menarik perhatiannya. Udara pagi menyeruak di indera penciumannya. Hangatnya udara di kota tersebut membuatnya ingin menghirup banyak oksigen. Angin yang berhembus segar menerpa tubuhnya. Harum parfum seperti bak nikotin menyeruak ke dalam orang-orang yang melintasinya.
"Cambrige—i'm coming."

Tangannya ia luruskan kesamping, menutup mata sebentar. Mencoba memberi akses udara segar memasuki indera penciumannya. Kacamata yang bertengger diwajahnya, kian terbuka. Kelopak mata indah ia perlihatkan. Senyuman hangat menyambut pagi hari di kota Cambrige. "Roseanne—I will meet you. Wait, me."

Langkah kakinya, ia menghampiri sebuah mobil pribadinya. Mobil bermerek 'lamborgini' bercorak navy pekat. Dengan alunan musik tenang yang ia putar di radio kecil tersedia. Kecepatan tenang berpengaruh pada tangan yang tak enggan mengemudikan dengan tenang. Aroma mobil yang khas menyeruak di hidung mancungnya. Tak disangka, netra matanya menatap bangunan menjulang tinggi di depannya. Kampus milik gadis yang ia cari, kian didepan matanya. Ia membuka pelan pintu mobilnya, sorot matanya memandang banyaknya mahasiswa yang melintasinya. Mobil terbarunya ia parkir ditempat strategis. Derap langkahnya, menghampiri lorong kampus di fakultas gadis yang ia cari.

Takk..

Sekelibat banyaknya mahasiswa terutama para wanita, memandangnya intens. Pakaian bermodisnya yang tak kalah dengan bak model papan atas, membuat para wanita membawanya pada topik pembicaraan. Satu langkah derapan langkahnya ia hentikan. Sorot matanya menemukan gadis yang ia rindukan. Dia menghampirinya, mendekati mencoba melihat jelas wajahnya. "Roseeee!" teriaknya. Gadis yang ia panggil menoleh sebentar kearahnya. Roseanne Florencia, rupa gadis yang ia cari dan rindu. Selama dua belas tahun, mereka lama tak bertemu. Takdir mempertemukannya.

"James!"

James Leonardo—sahabat masa kecil Rose datang kembali mencoba memperjuangkan cintanya pada Rose. James membawa Rose dalam dekap peluknya. Pelukan rindu serta hangat, ia rindukan. Sang perempuan tak berhenti mencium aroma parfum yang sangat khas dari James. Beberapa kali, Rose menyandarkan sejenak kepada dada sang lelaki.

"James ... i miss."

"I'm really miss, you."

Rose melepaskan pelukannya. Senyuman sekilas ia perlihatkan dari bibirnya. Sungguh, senyumannya yang gadis itu orbitkan membuat pria di hadapannya itu ikut tersenyum dan jatuh dalam pesonanya. "Hey, apa kabar? Mengapa kau tak bilang padaku, kalau kau akan pulang sekarang?" Rose memukul pelan lengan lelaki itu sambil mencebikkan bibirnya.

"Kalau diriku bilang. Berarti bukan kejutan, dong." James terkekeh pelan.

"And, see! Aku kembali. Jadi, aku di sini akan menemanimu. Sama seperti, dulu." James menaik-turunkan kedua alisnya.

Stuck In The Charm [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang