Perahu ku berlayar mengikuti arah angin yang berhembus. Mungkin itu yang bisa dianalogikan sebagai perasaanku saat ini. Aku bimbang. Aku hanya mampu mengikuti jalan cerita cinta tanpa adanya suatu kepastian. Aku ingin melepasmu, tapi tak mampu. Aku hanya ingin jawaban dari kamu. Bukan malah menjadi kilatan badai yang mengombang-ambingkan perahuku saat ini. Menunggu suatu kepastian bukanlah hal yang mudah bagiku. Desakan orang tua untuk segera menikah, bagaikan terjangan ombak yang selalu menghantam perahu cintaku.
"Cinta? masih ingkatkah kamu dengan diriku? Mantan yang pernah kamu putuskan karena lelaki barumu?", Sapa Toni saat bertemu Cinta di pesisir pantai.
"..." Aku hanya terdiam menahan tangis. Aku malu pada Toni. Sudah hampir 6 bulan aku tak bertemu dia. Waktu yang sama seperti aku tak mendapat kabar dari Rino hingga sekarang.
"6 bulan yang lalu aku bertemu Rino di rumah sakit. Kecelakaan menyebabkan dia lumpuh total. Dia melihatku sekarat karena kanker hati ganas. Mungkin itu terakhir kalinya aku bertemu Rino. Dia menitipkan surat untukmu, Cinta nya .."
Bukan maksudku untuk mengombang-ambingkan perahumu, Cinta.. Aku tak ingin melihat perahumu karam seperti diriku. Aku hanya ingin membangun sebuah pelabuhan hati untuk perahumu. Pelabuhan hati yang nyaman, yang mampu memberikan sandaran hangat untuk dirimu. Aku menitipkan pelabuhan hatiku kepada Toni. Kisah cintaku, pelabuhan hati ini. Aku percaya bahwa kamu adalah perahu yang tepat untuk bersandar di pelabuhan hati nya. Maafkan aku karena tak mampu menjadi tempatmu berlabuh. Tapi akan aku pastikan, bahwa aku selalu ada di dalam dirinya, Pelabuhan Hati mu yang Baru ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Berlabuh ..
RomansaCintanya berlayar mengarungi samudra. Terjangan ombak dan kilatan badai pun sudah menjadi hal biasa bagi dirinya. Akankah Cinta mampu menemukan sandaran hatinya? Atau malah terhempas dan karam?