.

59 6 1
                                    


Tak mudah mengganti kebiasaan. Segala rutinitas itu terulang walau kita sudah tak bergelut di dalamnya. Sampai kadang merasa seperti orang bodoh.

Bisakah kita mengulang semuanya? Mengulangnya sampai waktu yang tak dapat ditentukan. Namun nyatanya, kita pasti bertambah tua. Dan menempuh jalan hidup untuk dapat menggapai segala cita.

Senda gurau kini tinggal kenangan. Anak kuliah bilang, "gabakalan dapet lagi tuh suasana yg sama, disini udah sibuk sama diri masing-masing". Tapi entah kenapa pikiran seperti itu juga acap kali melintas di benakku.

Makananku ya makanan kita semua. Kalo mau kenyang tanpa keluar biaya, kamu cuma perlu bawa sendok dari rumah terus pindah kesana kemari buat incar makanan orang lain. Jangan harap bisa makan dengan aman, tentram, dan damai di dalam kelas, karena itu gak mungkin. Baru buka bekal aja yang di ujung udah teriak "woii siapa yang buka bontot ni?!". Mana ngomongnya ngegas. Kalo urusan makanan, radius sepuluh kilometer pun terdeteksi. Heran akutuh.

Dikelas itu ada benda paling keramat. Aku gak tau jin apa yang nempel disitu. Tapi, coba kamu letak benda itu di atas meja terus Meleng bentar aja kebelakang. Dan seketika bukan sulap bukan sihir pas kamu balik lagi ngeliat depan dengan jangka waktu hanya sepersekian detik, tu benda udah gak ada. Sumpah ya ini kayak ajaib, tapi sebenarnya yang ajaib itu bukan bendanya tapi tangan orang yang ngambil. Bayangin aja, kamu sampe gatau kapan dia ngambil benda itu, terus tiba-tiba udah ada di tangannya. Ni anak belajar sulap sama siapa. Aku positif thinking aja mungkin dia punya kekuatan pikiran. Ohh aku mau buat puisi dulu.

-Benda keramat-

Ohhh sayang
Engkaulah yang kubawa dan kuhilangkan setiap hari...
Maafkan aku...
Aku tak bisa setia padamu...
Aku tak bisa menjaga agar kita terus bersama...
Bukan aku tak setia...
Tapi mereka, lebih sayang kepadamu...
Ohh pulpenku sayang...
Maaf aku telah mengkhianatimu...
Aku yakin, kamu pasti tidak bahagia dengan mereka...
Karena dalam jangka waktu beberapa hari...
Tutupmu mulai digigit...
Setelah itu hilang...
Dan engkau pun lenyap...
Hingga aku tau tau kemana rimba mu...
Terima kasih wahai pulpen...
Telah menemaniku walau hanya beberapa jam...

-darituanmu-

Terus momen paling menggegerkan seantero jagat raya itu. Waktu bel panjang bunyi sebelum jam pulang. Itu momen paling geger. Ada yang kayak orang kesurupan sampe naik ke atas meja, teriak-teriak dari belakang sampe kedepan kelas, sampe ada yang sangking histerisnya kayak mau jungkir balik kan ruang kelas. Dan pada kenyataannya, udah bel itupun masih ada aja segelintir penghuni kelas yang tunggu di usir pulang dulu baru pulang. Yang buat makin heran, dia tadi udah kayak orang kesurupan karena bel pulang lebih cepat. Nah sekarang malah gak pulang-pulang. Ni orang maunya apa coba.

Bisa dibilang, dikelas itu hampir semua penghuninya gak waras. Gak ngerti juga kok bisa gitu. Yang gilak sungguh luar biasa gilaknya. Kalo orang kayak gini kumat, kelas berasa kayak RSJ. Yang pendiam sungguh luar biasa diemnya. Sampe guru nanya pun kadang dia diem aja. Ckckck... nak, kamu makan apa sih waktu bayi? kok bisa kayak mobil-mobilan abis baterai, gaada respon. Dan yang suaranya menggelegar kayak halilintar juga banyak. Sampe yang suaranya kecil berasa ternistakan, karena tiap manggil gaada orang yang nyahut. Sedih akutuh, yang sabar ya kamu, aku turut prihatin.

Ada yang absennya, ihhh ku tak dapat berkata sodara-sodara. Dan yang membuat terkejut Abang terheran-heran (auto nyanyi) dia kayak wak Selo terkesan gapunya beban. Mantappp

Dan kini masanya telah usai. Semua kenangan itu hanya dapat kita simpan dalam ingatan. Kita akan tetap menjadi keluarga, disini, di relung hati. Jangan pernah lupakan, karena tak ada keluarga yang mampu melupakan anggota keluarga nya.

Dan ketahuilah, tak ada yang lari dari ingatan sebagaimana abadinya sebuah kenangan. Mungkin pertemuan kita cukup singkat, tapi itu sudah cukup menyisakan kisah indah yang selalu terkenang.

Terima kasih telah menjadi bagian dari waktu ini. Terima kasih telah mengukir kenangan bersama. Terima kasih sudah menerima kekurangan yang ada. Terima kasih karena tak lelah untuk saling mengingatkan.

Ini langkah awal kita untuk menuju masa depan. Dengan adanya kenangan indah kita selama ini, mungkin kita akan lebih semangat dalam menggapai keinginan.

Semoga kita dapat terus bergandengan. Walau raga tak lagi bersama.

Selamat menempuh perjalanan baru menuju gerbang kesuksesan. Semoga kita dipertemukan kembali nantinya. Tak hanya di dunia, tapi hingga ke Jannah-Nya.

-Terima kasih sahabatku-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

paragraf untuk kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang