Syahirah 2 || BAB 5

264 13 0
                                    

Rutinitas yang selalu dilakukan oleh Syahirah selama dua tahun menjadi istri: menyiapkan sarapan, makan malam, menyiapkan pakaian Aldo untuk dipakai suaminya saat mengajar, menyiapkan barang-barang keperluan Aldo untuk dibawa mengajar, menyuci, dan masih banyak lagi. Semua Syahirah lakukan hampir setiap hari. Tapi, untuk seperti pakaian dan barang-barang keperluan Aldo mengajar, terkadang laki-laki itu sendiri yang menyiapkan.

Hari ini adalah hari minggu. Di mana semua aktivitas bekerja tergantikan dengan aktivitas bermalas-malasan dirumah dan dipergunakan untuk sekedar jalan-jalan atau refreshing. Tapi, bagi keluarga kecil yang dimiliki Syahirah dan Aldo tidak ada kata pergi jalan-jalan. Saat hari minggu seperti sekarang, mereka melakukan kegiatan membersihkan rumah bersama-sama.

"Mas Aldo udah selesai nyuci piringnya?" Syahirah bertanya sembari menyapu.

"Sudah. Selanjutnya kamu mau aku ngapain lagi?"

"Mas istirahat aja sana," kata Syahirah.

"Kalau gitu, aku bantu ngepel ya?"

"Kebiasaan deh. Sekalipun aku larang, mas juga pasti akan melakukannya." kata Syahirah. Aldo hanya terkekeh.

"Lain kali, kalo hari libur kita pergi refreshing, yuk? Guru kan juga butuh liburan." ujar Aldo. Syahirah mengangguk setuju yang langsung disambut dengan senyuman bahagia di wajah Aldo.

Mereka berdua melakukan aktivitas bersih-bersih hingga pukul 10:00 WIB. Hampir tiga jam mereka bersih-bersih. Usai sarapan, mereka langsung membersihkan rumah. Aldo merebahkan badannya disofa. Sangat melelahkan. Padahal, yang dilakukan laki-laki itu hanya sedikit dibanding dengan istrinya. Syahirah datang sambil membawa nampan yang berisi minum dan cemilan.

"Mas pasti capek, minum dulu mas." Syahirah meletakkan satu gelas minuman dingin di depan Aldo dan satu gelas lagi di depannya. Dia juga menaruh piring cemilannya di hadapan Aldo.

Aldo mengambil gelasnya dan menyeruput minumannya lalu meletekannya kembali di atas meja.

"Aku mau membicarakan sesuatu sama kamu, Sya. Sebenarnya sudah lama aku mau ngomongin ini ke kamu." kata Aldo serius.

"Apa itu mas?"

"Sudah dua tahun kita menikah. Dan kamu juga sudah menyelesaikan pendidikan S1 kamu dan sudah dapat pekerjaan. Ya, aku tau sekarang kamu sedang menjalankan kuliah S2, sama kayak aku. Tapi, kenapa kamu masih ingin kita tidur pisah ranjang? Aku nggak masalah tidur pisah ranjang, asal jangan beda kamar."

Syahirah terdiam cukup lama. Ia memerhatikan wajah suaminya yang serius dan wajahnya sangat meminta jawaban darinya.

"Mas, kamu sudah janji nggak akan bahas ini, lho."

"Iya, aku memang udah berjanji. Tapi, sampai kapan Sya? Sampai nunggu kamu lulus S2 terus ngelanjut ke S3? Terus aku harus nunggu kamu lagi?" Syahirah terdiam. "Sya, aku nggak nuntut kamu harus tidur sama aku, enggak Sya. Hanya saja sampai sekarang kamu nggak berani melepas hijab kamu dihadapan aku, suami kamu sendiri."

"Mas, maaf. Minggu depan mama ngundang kita ke rumahnya untuk mengadakan acara empat bulanan kak Farah." Setelah itu, Syahirah pergi ke kamarnya. Suasana hatinya berubah dan ia tidak mau berdebat dengan Aldo.

Aldo menghela nafas gusar. Ia menyandarkan tubuhnya disofa. Memang salah jika ia bertanya seperti itu pada istrinya? Terlebih lagi mereka sudah menjadi suami-istri yang sah. Meskipun satu atap dan berstatus sebagai suami-istri, nyatanya kehidupan mereka bukanlah sebagai pasangan suami-istri. Mereka bagaikan sepasang sepatu yang selalu bersama dirak sepatu, tapi tak bisa bersatu. Hanya sebagai rekan. Tidak lebih.

***

Aldo dan Syahirah datang lebih awal untuk membantu acara empat bulanan kakak iparnya. Dirumah mamanya yang biasanya sepi, kini kembali ramai setelah kurang lebih delapan bulan lalu mengadakan acara pernikahan kakak laki-lakinya.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang