Kamu siapa sampai aku tidak mengenalmu? Apa kita pernah saling kenal namun aku lupa?
🌸🌸🌸
Matahari hampir terik ketika kepala sekolah baru saja mengakhiri sambutan panjangnya. MC menginterupsi pembaca doa untuk menutup upacara penutupan MOS hari ini. Setelahnya, komando upacara mengambil alih untuk membubarkan pasukan.
Semua orang bersorak sorai. Anggota OSIS yang menjadi panitia tidak lagi menampakkan wajah galaknya, siswa baru seolah melepas beban selama 3 hari yang dipaksa untuk mengikuti aturan-aturan aneh dari panitia MOS.
Aturan yang berisi bahwa peserta MOS tidak boleh diantar sampai gerbang apalagi membawa kendaraan sendiri. Maka dari itu peserta MOS harus berjalan sejauh 500 meter dari jalan umum untuk masuk ke gerbang sekolah yang berada di ujung perumahan.
Tidak lupa atribut meriah yang harus selalu lengkap dikenakan oleh para peserta, juga barang yang harus dibawa namun menggunakan teka - teki. Jika siswa melanggar, sanksinya adalah hukuman.
Kami juga dituntut untuk datang 30 menit lebih awal dari jam normal masuk sekolah.
Masa itu telah berakhir, kini tinggal acara terakhir yaitu pentas seni yang akan dimulai pukul 11 siang. Masih ada satu jam lagi untuk beristirahat.
Aku memilih ke kantin untuk membeli minuman sereal hangat rasa coklat, karena tubuhku mulai dingin terkena sinar matahari.
Hampir setiap orang yang melihatku, memberi kesan aku aneh. Karena ditempat ini, hanya aku seorang diri. Berbeda dengan mereka yang memesan makanan kemudian satu meja saling bercakap dan bercanda.
Aku mulai risih, kemudian memutuskan untuk pergi ke lantai 2 untuk duduk didepan perpustakan. Pandanganku lurus ke depan yang memperlihatkan lapangan dengan panggung di tengahnya.
Seseorang melihat ke arahku dari bawah, aku menengok kanan dan kiriku ternyata tidak ada siapa-siapa. Jadi, dia dari tadi sedang memperhatikanku? Untuk apa?
"Bagi seluruh siswa SMA Wijaya, harap memasuki lapangan untuk menyaksikan pensi kita tahun ini. Sekali lagi.. " Seseorang berbicara melalui pengeras suara yang dipasang disetiap sudut koridor sekolah.
Aku memilih memakai earphone bluethooth untuk menyumpal telingaku yang sengaja ku tutupi dengan rambut tergerai.
Aku hanya merasa lebih baik mendengar playlist yang ku sambungkan dengan earphone ketimbang menyatu dengan alunan musik pop rock yang membuat penontonnya heboh menonton sampai mengapungkan badannya.
Keramaian sebenarnya sangat tidak membuatku nyaman, berkali-kali aku mencoba untuk menyatu dengan keramaian. Berkali-kali juga aku merasa semakin sendiri, mencoba menghindari.
Aku berbalik badan menuju barisan belakang, menjauhi keramaian.
Aku hendak keluar dari lapangan namun pintu keluar lapangan dikunci dan di jaga ketat oleh anggota OSIS, terpaksa aku hanya mengamati acara ini dengan sisa playlist dan kegaduhan sekelompok perempuan didepanku yang asyik membicarakan ketampanan kakak kelas yang tampil memeriahkan pensi ini.Aku heran, seperti tidak ada cara lain selain bergosip untuk mencari teman. Padahal, jika dipikir nantinya diri sendiri juga yang akan digosipkan ketika tidak bersama dengan kumpulan penggosip.
Samar-samar aku mendengar bahwa acara ini sebentar lagi sampai di penghujung acara, aku mencopot earphone yang terpasang di telingaku karena playlistnya sudah berulang-ulang.
"Oke, teman-teman semua sekarang kita berada di puncak acara, yaitu pengumuman murid teladan." Interupsi MC memecah keramaian.
Murid teladan? Ku fikir pengumuman semacam itu sudah tidak ada karena upacara tadi di tutup oleh pembacaan doa.
"daaannnn, siswi teladan kali ini adalahhhhhhh..." MC itu mendramatisir keadaan
"Ashylla Qirani Ayunindyaaa!!!! Yeay!"
Namaku disebut, semua mata mencari pemilik nama itu.Hingga akhirnya aku menjadi pusat perhatian. Barisan yang semula berkerumun didepan panggung kini membelah memberiku jalan untuk maju ke depan.
Sesampainya didepan aku hanya menundukkan kepalaku, tidak berani menatap semua orang yang menatapku.
"OH JADI INI YANG NAMANYA ASHYLLA??!!" suara yang melengking dari salah satu kumpulan berseragam putih abu membuat acara ini tiba-tiba hening. Pusat perhatian tidak lagi tertuju kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Untukku
Ficción GeneralBukankah yang telah pergi takkan pernah kembali? Bukankah yang terkubur akan selamanya mati? Kita terlalu dibutakan dengan kalimat diatas, tanpa melihat keajaiban semesta yang membuatnya seolah mustahil namun nyata. Dia kembali, namun entah denga...