Adalvino Darius Galendra

18 6 0
                                    

Adalvino Darius Galendra. Cowok super-tampan yang punya otak cemerlang. Biasa dipanggil Vino atau Alvin. Dia satu-satunya siswa akselerasi waktu SMA dan sekarang dia lagi kuliah di salah satu universitas favorit di Jakarta. Jadi, di umurnya yang masih tujuh belas tahun, dia udah jadi mahasiswa semester dua dan hebatnya dapet beasiswa.

"Dek Alvin, minta nomernya dong."

"Dedek emesh boleh bagi id Line ga?"

"Hei Vino ganteng, boleh tau alamat rumah?"

Begitulah cuitan dari para mahasiswi ketika melihat Vino berjalan di depan mereka. Vino yang sudah terbiasa pun sama sekali tidak merasa risih. Yang ada , ia malah tersenyum menanggapi senior-seniornya itu. Dan hal tersebut menjadikan lebih banyaknya kaum hawa di universitas itu tergila-gila pada sosok Vino.

Puk!

Vino menoleh saat ia merasa bahunya ditepuk oleh seseorang. "Mau kemana? Prof. nyariin lo tuh."

Tony Cadayv. Temen kemana-mananya Vino yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Dia biasa aja sih. Tapi daya tariknya ada di mata. Ia memiliki mata berwarna biru, karena mamanya yang asli Pakistan.

"Heii Mr. Cadayv. What's make you happy today?" seru Vino menyapa Tony.

"Shut up your mouth and meet him quickly. Then, tell me what's wrong with him, okey?" jawab Tony dengan bahasa inggrisnya yang teramat lancar.

"Yang salah? Prof. marah lagi sama kamu, Ton?" tanya Vino sambil menahan tawanya.

"Yeah lo tau segimana nggak sukanya dia sama gue setelah dia tau ternyata gue yang kentut waktu kelasnya." jawab Tony sambil menatap Vino jengah.

"But wait, kenapa lo masih pake bahasa kampungan itu sih, Vin? Pake lo-gue aja napa?" tanya Tony balik ke Vino.

"Aku nggak terbiasa, Ton. Kamu nanya itu udah lebih dari sepuluh kali loh." jawab Vino acuh.

"Ihh jijik gue dengernya. Dikira orang lo homo ngomong lembut gitu ke gue." kata Tony menatap Vino dengan horor.

"Kalaupun aku homo, aku lebih milih sama orang lain daripada kamu. Aku nggak minat sama orang yang nggak bisa nahan kentutnya disaat keadaan lagi genting." jawab Vino yang membuat Tony mendorong bahu Vino.

"Sialan lo, Vin. Tau ah! Gue mau ke kantin dulu. Kalo lo udah selesai langsung susul gue ya." kata Tony sambil berlalu.

Vino hanya berdehem malas membalas perkataan si Tony.

"Salahku apa punya temen kayak dia ya." kata Vino lirih sambil menuju ruangan profesornya.

***

"Harus ada bukti, Prof?" tanya Vino pada laki-laki berumur yang saat ini duduk di hadapannya.

"Iya, Alvin. Harus ada bukti. Kamu bisa minta tolong sepupumu itu kan?" tanya Mr. Hamidz pada Vino.

"Saya usahakan bisa, Prof. Dikumpulkan dua minggu dari sekarang. Begitu, Prof?" jawab Vino sambil memastikan kata-kata Mr. Hamidz yang ia dengar tadi.

Mr. Hamidz mengangguk lalu menyuruh Vino keluar dari ruangannya.

Jadi seperti ini, karena Vino adalah salah satu siswa yang mendapat beasiswa yang sebelumnya juga telah direkomendasikan oleh SMA-nya. Ia diminta untuk melakukan riset di salah satu SMA yang mana adalah SMA sepupunya Vino. Jadi,--

"Ci, bisa ketemu nggak nanti?" kata Vino langsung ketika telfonnya diangkat oleh Cia, nama sepupunya.

"Mau ngapain? Gue masih dirumah temen." jawab Cia di seberang.

Sayap Yang Patah | Fm SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang