Chapter - 23

13 1 0
                                    





.
.
.
.
.




Menjelang subuh yang sudah waktunya menjelang pagi tak ada aktivitas untuk seorang yang tak tau harus berbuat apa dikarnakan setelah subuh ia hanya mengaji dan menulis daily tentang kehidupannya diindonesia. Zahrina sangat merindukan masa lalunya sebelum semua diambi kembali, mungkin ini cobaan yang berat untuknya namun hari masih gelap disaat sudah pukul 8 ternyata awan tebal telah menutupi matahari yang ingin dilihatnya Zahrina dari kamarnya ia terhenti saat dipintu yang didepan nya adalah kolam sungai setetes air hujan mulai jatuh sedikit demi sedikit hujan mulai turun dengan deras.

Kegelisahan juga mendatangi seorang anak kecil yang memandang langit dijendela kamarnya. Nisbah menunggu untuk bisa berangkat sekolah karna pak sopir belum sampai ditempat disituasi seperti ini. Nisbah sudah siap untuk sekolah dia duduk dipinggiran kasurnya terdengar pintu kamarnya ada yang mengetuk.

Nisbah
"Iyah"

Suaranya yang memelas karna tak semangat.

Zahrina
"Apa yang tetjadi?"

Zahrina mendekati Nisbah yang sedang murung Zahrina duduk disamping Nisbah dan memeluknya.

Zahrina
"Bagaimana kalau kita berduaan saja"

Nisbah mulai memandang Zahrina dia sangat menyayangi nona Zahrina yang telah dianggapnya yang pertama dihatinya. Terkadang ia ingin bertanya tentang keluarga pada Ibu namun Nisbah takut membuat Ibunya sedih seperti dulu.

Setahun yang lalu sebelum ia mengerti semua disaat umurnya masih kecil. Nisbah penasaran kenapa saat Ibu lelah untuk bekerja atau sedang sendirian Ibunya ( Mbak kati ) selalu saja menangis sendiri dihalaman belakang rumah kecilnya Nisbah datang dari belakang dan memeluk pinggang Ibunya.

Nisbah
"Ibu, apa boleh Nisbah memeluk ibu"

Mbak kati
"Tentu"

Mbak kati mulai menyapu air matanya. Mbak kati mulai menunduk untuk bisa setara dengan anaknya.

Mbak kati
"Ada apa Nisbah? Kok kamu belum tidur."

Nisbah
"Nisbah hanya tak bisa tidur,bu!"

Mbak kati
"Ayo sini biar ibu menidurkanmu."

Mbak kati mengengam tangan anaknya dan membawanya kekamar. Nisbah ditidurkannya dan mbak kati tidur disampingnya.

Nisbah
"Bu?"

Mbak kati
"Iyah."

Nisbah
"Nisbah mau tanya sesuatu?"

Mbak kati
"Apa itu?"

Nisbah
"Bu, apa bapakku masih ada? Aku tak pernah sekalipun melihatnya."

Mbak kati tak sanggup menjawab sedang Nisbah semakin dipeluk oleh mbak kati dan dirinya semakin menangis.

Nisbah
"Bu, Nisbah minta maaf membuat ibu menangis. Mulai sekarang Nisbah tak akan memikirkan hal itu dan juga Nisbah gak akan menanyai tentang itu lagi."

Mbak kati
"Maafkan ibu. Ibu tak bisa membuat keluarga kita bahagia tapi ibu sangat menyayangimu Nisbah."

Semenjak itu Nisbah tak pernah sama sekali bertanya tentang bapaknya. Suami Mbak Kati seorang pekerja biasa. Mbak kati tak tau kenapa suaminya meninggalkan mereka berdua begitu saja.

Didalam pelukan Zahrina seolah ia didalam pelukan ibunya. Nisbah dan Zahrina berada diruangan pribadi Zahrina. Lala sikucing imut itu juga ikut bermain bersama mereka. Zahrina ingin mengisi suasana saat hujan deras sekarang dengan bermain piano dengan melody yang lebih tinggi dengan ceria. Suasana terisi sangat saat terlihat diraut muka Nisbah yang ceria seperti hal Zahrina dulu sambil bermain musi air mata terus berlinang disaat melihat Nisbah begitu bahagia. Tatapan Zahrina memandang lekat hujan yang lebat diluar.

Dimana dulu disaat dirinya masih berumur 6 tahun hal yang sama terjadi hujan membuat Zahrina terkurung didalam rumah. Tatapan lurus keluar jendela ibunya memandang dengan penuh senyum ibu memanggil ayah yang sedang nonton. Ibu merangkul ayah dan menyuruhnya untuk memikat anaknya. Awalnya ayah tak mengerti apa yang dimaksud ibu sampai mengelengkan kepalanya. Ibu mendekati piano dan bermain. Ibu menyuruh ayah untuk mendekati anaknya yang termenung melihat hujan diluar sana. Ayah mulai mengerti dan langsung mengendong Zahrina kecil yang sedang muram. Ayah mencoba menerbangkannya di atas udara dengan bersamaan alunan musik yang ibu mainkan.

Semakin lama Zahrina menikmati kenangan itu semakin terasa kebahagian yang dulu itu seolah datang padanya.

Nisbah
"Nona, matahari mulai terlihat"

Zahrina tersentak saat Nisbah bicara Zahrina berhenti memainkan piano dan tersenyum melihat Nisbah.











.
.
.
.
.



Zahrina SyalwaaisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang