Jam sekolah usai, Felysa segera berkemas, menutup buku terakhir, dan memasukannya bersamaan kotak pulpen miliknya.
Cowok yang menghantuinya sudah mematung di samping pintu kelas. Jelas sekali matanya menyusuri sudut kelas yang mulai sepi. Entah rencana apa yang dipikirkan cowok itu, begitu matanya menangkap sosok Felysa. Dia tersenyum, mencurigakan!
"Fell, lo liat deh." tunjuk Rani dengan mata mengarah pada sosok Tyo yang berada di samping pintu kelas.
Felysa mendesah malas. Sudah cukup jam istirahat dan uangnya tersita untuk cowok rese itu. Kali ini dia hanya berharap jam pulangnya berlangsung normal, bebas dari Tyo pun gagal.
Cewek berkucir kuda itu bangkit dan bersiap menghadap sang diktator hidupnya. "Lo, ada perlu apa?" tanya felysa memulainya, malas.
"Emm, lo bisa ikut gue ke uks?" pertanyaan konyol itu muncul dari bibir cowok rese yang berubah jadi aneh bin ajaib. Dia memasang wajah memelas dengan dahi berkerut.
"Kenapa? Kenapa harus gue?" felysa gugup dengan perasaan yang kacau. Dia tidak bisa seperti itu terus. Dia harus berjuang!?
"Gue sakit!" jawabnya asal.
Felysa bengong dengan tatapan tak percaya. Cowok di hadapanya tidak nampak sakit sama sekali. Dia bahkan jauh terlihat penuh energi.
"Jangan bercanda. Lo keliatan,,, baik - baik saja." katanya ragu. Felysa tak percaya dia mampu mengatakanya.
"Lo, berani nolak?"
Ucapan yang melebihi kehendak. Itu semacam titah dari sang raja untuk dayangnya. Tidak bisa dibantah lagi.
"Baiklaah." ucap felysa pasrah.Dia melihat ke arah satu sahabatnya yang sudah bersiap di sampingnya untuk meninggalkan ruangan kelas.
"Ran, Lo balik duluan ya!" sorot memohon yang kentara dengan rasa engganya untuk diam mengikuti perintah si cowok rese itu tergambar dari manik mata coklatnya.Sementara Rani meninggalkan Felysa, Tyo sudah menggandeng pundaknya, menyeret sebagian tubuhnya untuk mengekor di belakangnya. Tidak ada percakapan, hanya derap langkah kaki yang menyempurnakan perjalanan singkat mereka.
Belum sampai UKS, cowok dengan senyum khasnya yang menampilkan lesung pipi menghentikan langkahnya.
Dia memperhatikan Felysa seksama, dan tatapan semacam itu membuat cewek berkacamata terdiam kaku dengan hati tak karuan.
Seolah ada bayangan tindakan asusila tercipta dalam pikiran Felysa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo, jangan, macam-macam." kata-katanya berjeda dengan tarikan nafas pendek.Sebuah tawa kecil mencelos dari bibir Tyo, dia pun mengusap bibir tipisnya.
"Gue, bilang, lo jangan macam-macam."
Tyo meliriknya sekilas, senyumanya tak kunjung menghilang. Justru lekukan bulan sabit itu semakin melebar.
Tanganya baru saja merogoh tas punggung yang semula tergantung dibpundaknya. Sejurus kemudian kotak dengan hiasan pita hijau dia keluarkan dari sana. Cowok itu terlihat berpikir sejenak. Lalu tanganya terulur dengan tangan Felysa yang diraihnya.
"Gue nitip barang, tapi jangan lo buka!"Ingin menolaknya, tapi tetap saja itu tidak akan bisa. Felysa merengut cepat, berharap Tyo berubah pikiran, saat melihat ekspresi wajahnya kali ini.
"Baiklah, baiklah, baiklah" felysa menghempaskan nafas. Dia tahu posisinya, dia tak bisa membantahnya.
"Bagus!" Tyo menjentikan jarinya. "Lo bisa balik sekarang!" putusnya bersemangat.
"Loh, ke UKS nya?"
"emm,,,lupakan saja" jawab Tyo. Tampang tak berdosa dengan senyum sok kecakepan itu sangat menyebalkan bagi Felysa. Cowok dihadapanya sepertinya sangat berniat mempermainkanya.
Karna dia sudah lelah dan tak mau berdebat lagi, felysa segera berbalik badan. Toh niatnya memang ingin segera menjauh dari sosok Tyo sekarang juga.
Kakinya melangkah sederhana tapi sesuatu mengganjal perasaanya kini. Saat suara langkah kaki lain terdengar mengikutinya di belakang.
Dia berbalik dan sosok Tyo terlihat mengulum senyum tak acuh padanya. Namun jelas sekali, cowok rese itu tengah mempermainkanya. Dia hanya berpura-pura, tak acuh.
"Gue mohon," pinta Felysa. Menarik nafas sejenak lalu menghempaskanya cepat. "Gue mohon, lo jangan ngikutin gue!" Kesabaran gadis berkucir kuda itu mulai menghilang.
Tyo masih bersikap sama. Hanya melemparkan senyum bebasnya lalu berlalu di samping Felysa. Dia melirik sekilas wajah manis gadis itu, lalu dengan gaya santai menenteng tas punggung di pundaknya dia meninggalkan Felysa di belakangnya.
***
Dicermatinya kotak dengan tali pita yang tersemat di sana. Manik mata coklatnya mengulik rasa penasaran tentang apa yang ada di dalam kotak itu. Membukanya dan mengakhiri rasa penasaranya, atau membiarkan tertutup seperti perkataan Tyo. Tidak membukanya?!
Setelah menimang nimang tentang apa yang ingin dilakukan. Felysa segera menarik selimut hingga batas dada lalu menutup kelopak matanya yang terasa lelah.
Namun mendadak sebuah dering tanda pesan masuk, memaksa jemarinya melayang membuka selimut lalu bergerak meraih ponsel di atas nakas dekat ranjangnya. Menggagalkan acara tidur malamnya.
"Apa!!!" pekiknya lirih. "Tyo rese! nyebelin! gak banget! Dasar bakteri! Kenapa masih saja menggangguku!" umpatnya terus. Lalu mengetikkan dengan huruf capslock.
"SUDAH MALAM, DAN GUE HARAP LO, TAHU SOPAN SANTUN!!"
" Baru jam 9.00 Lo bilang malem?!?!
"GUE BIASA TIDUR JAM 9.00 JADI GUE ANGGAP ITU MALEEM!!!
"Okay, Gue cuma mau ngingetin. Tugas kimia kemarin harus sudah beres!!!
"IYA.IYA"
Berbicara lewat pesan rasanya jauh lebih mudah bagi Felysa untuk mengungkapkan kekesalanya. Dia pun segera menutup percakapanya
Terpaksa Felysa dengan kaca mata minusnya membuka buku pelajaran kimia dari tas sekolah miliknya yang bermotif batik nusantara. Menyelesaikan tugas kimia yang seharusnya tak ada dalam daftar miliknya, karena dia sendiri sudah menyelesaikan tugasnya tadi sore.
Kira-kira satu jam lamanya dia baru bisa menyesaikan pekerjaanya. Badanya yang terasa lelah di goyangkan ke kanan dan kiri lalu tanganya terangkat ke atas bertautan. Lalu kembali terdengar bunyi ponsel miliknya.
Matanya menggeliat, menerawang apa yang tengah di lihatnya. Cowok rese itu mengirimkan emoji bahu dan tawa dengan lidah menjulur.
Seketika felysa mengeluarkan emosinya dengan mengirim emoji setan. Tak mau lagi ada gangguan dari dering ponselnya. Felysa mematikan ponselnya, melemparkanya pada laci meja belajarnya.
Kasur empuk adalah tujuan akhirnya. Membangun mimpi dan melepaskan lelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAH ASMARA DI SMA
Teen Fictionkalau cinta itu berarti memberikan sayang, bagi Felysa artinya menghilangkan benci. Kalau cinta itu berarti anugerah, bagi Tyo berarti musibah. dua pribadi yang bertolak belakang karakter saling berkaitan tanpa bisa menghindari jalan takdirnya. di m...