Hulya mencoba berfikir postif atas kejadian kemarin sore yang tanpa disengaja dilihat olehnya. Mungkin itu hanya salah satu bentuk kepedulian orang itu.
Tapi bagaimana menyangkalnya, sebagian hati rasa tak rela. Hulya mencoba mengendalikan ego dan nafsunya untuk tidak berlaku semena mena.
Ali melihat sang istri sedang membantu umi nya memasak untuk mereka. Betapa senang nya dia melihat pemandangan itu. Untuk kejadian kemarin bahwa Ali akan merantau masih belum dibahas kembali dengan istrinya. Tapi seperti dari wajah Hulya, wanita itu terlihat seperti banyak berfikir.
Hulya yang sedang mengiris bawang celetuk berbicara pada uminya.
"Umi"
"Ya?"
"Eum.. sebelum Ali nikah sama Hulya, apa Ali punya pacar?" Tanya Hulya dengan ragu
"Kenapa kamu tanyakan hal itu pada umi? Umi tidak berhak menjawabnya, lebih baik kamu tanyakan langsung pada suamimu" ucap Umi
"Oh gitu ya umi, Hulya malu nanya ke Ali umi" ucap Hulya
"Kenapa malu? Sudah sewajarnya istri menanyakan segala sesuatu tentang suaminya begitupun sebaliknya" jelas Umi
Hulya tersenyum memkasa mendengarkan penjelasan umi. Mengatakan itu mudah, tapi melakukannya sangat sulit. Hulya kembali memotongi bawang merah itu yang membuat matanya perih.
Mereka memasak lumayan banyak hari ini. Menginggat Ali sedang ingin makan ikan gurame dan Lele. Entahlah yang diinginkan Ali sangat aneh. Selesai memasak Hulya membantu Umi nya membawakan makanan kemeja makan.
"Umi Hulya panggil Ali dulu"
Hulya berjalan kekamar dan mendapati Ali sedang duduk diranjang dengan kitab ditangan nya.
"Makan dulu mas" ucap Hulya
Ali menolehkan kepalanya pada pintu kamatnya, dan mendapati istrinya sedang berdiri disana. Segera dia menutup kitab nya itu dan meletakan nya kembali di rak buku yang tesedia disana.
***
Sesuai ucapan Syifa kemarin, hari ini akan ada kajian bersama Ustadz Malik. Wanita itu duduk dibawah yang beralaskan karpet dengan para santriwati lain nya. Mereka menunggu acara kajian nya dimulai. Padahal Istadz Malik belum datang dan acara belum dimulai. Tapi sudah banyak sekali orang yang datang berbondong bondok mencari lahan duduk yang kosong.
Ketika Hulya sedang duduk melijat kedepan, pundaknya ditepuk seseorang. Wanita itu menoleh keasal tangan yang menepuknya itu. Disana ada Syifa yang sedang tersenyum manis dan selanjutnya duduk disamping Hulya.
"Aku kira ukhti tidak datang. Tadi aku menunggu ukhti didepan masjid. Ternyata sudah ada didalam" ucap Syifa
Hulya tersenyum kecil sebagai jawaban ucapan Syifa tadi.
"Kemarin kenapa buru buru pulang? Sampai tidak melihatku berjalan disampingmu ukhti?" Tanya Syifa
"Kemarin aku melihat seharusnya tak kulihat" batin Hulya
"Aku lupa, jika umi menyuruhku melakukam sesuatu" jawab Hulya
"Syukurlah, ku kira terjadi hal buruk. Melihat kamu pergi terburu buru dengan air yang sudah mengenang di pelupuk mata"
Hulya tersenyum kecil, dia melirik kearah Syifa yang sedang melihat kearah depan. Diperhatikan nya wajah gadis disampingya ini. Syifa memang tak cantik, tapi dia manis memiliki lesun pipit di pipi kirinya. Membuat nya tak bosan dipandang, dia solehah, baik, lembut tutur katanya. Sedangkan dirinya?
"Syifa, apakah Ustadz Ali disini sangat dikagumi santriwati?" Tanya Hulya iseng iseng
Mendengar nama Ali disebutkan gadis itu langsung menoleh cepat dan ada rasa terkejut tapi segera diganti dengan tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhhibukka Fillah, Istriku [TAMAT] ✔
SpiritualWARNING!!!⚠⚠🔞 PRIVAT ACAK!!! Baca cerita ini selagi masih ongoing, tetap kasih Vote dan Komen nya. Jika sudah End akan dihapus!!! Banyak mengandung bahasa kasar dan banyak umpatan,, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... This is my story...