Potongan Kalimat

12 7 0
                                    


Jingga mulai lenyap di bagian barat bumi, bergantian dengan gelapnya langit malam dari timur. Karin duduk di kursi meja belajar Dina, menyiapkan buku pelajaran untuk esok pagi. Dalam pikirannya ia masih bertanya-tanya mengapa Galih terus menatapnya pulang sekolah tadi.

Karin mengetukan balpen ke kepalanya mengisyaratkan bahwa dirinya tengah berpikir.

"apa aku tanyakan saja ya besok padanya?" tanya Karin pada dirinya sendiri. "tapi gengsi.." ia menghela napas lelah.

Tiba-tiba kepala Karin terasa sakit dibarengi dengan suara suara yang simpang siur di telinganya. Karin memegangi kepalanya.

namun apakah kesempatan kedua itu bisa merubah takdir? Apa kita bisa melawan takdir?

Sakit kepala Karin menghilang perlahan lalu menghilang total, Karin membulatkan matanya sambil terengah-engah mengatur napasnya.

"kata kata itu lagi.."

Karin segera mengambil buku diantara susunan buku-buku tulisnya, ia mencari buku kosong yang pernah ia tulisi kalimat sebelumnya. Dan ya! Ketemu!

Karin menuliskan kalimat yang tadi terlintas begitu saja di telinganya menempel begitu saja di memorinya. Ia menuliskannya di bawah kalimat sebelumnya.

"orang bilang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, namun apakah kesempatan kedua itu bisa merubah takdir? Apa kita bisa melawan takdir?" baca Karin pelan lantas berpikir lagi. "setauku takdir tidak bisa diubah."

Karin menutup buku itu menyimpannya kembali di susunan bukunya, lantas berbaring di kasur. Ia menerawang langit-langit kamar sambil berpikir, banyak sekali pertanyaan yang berkecambuk dalam pikirannya.

Ntah itu memikirkan kata kata tadi atau...

Galih

Karin memejamkan matanya, "mungkin kakek benar, terlalu memikirkannya hanya akan membuat aku jatuh lalu cinta nantinya. Lebih baik aku tidur saja." Ucap Karin pada dirinya sendiri.

****

Jam pelajaran pertama dan kedua dapat Karin lalui dengan santai hari ini, terlihat raut wajahnya yang sangat ceria duduk di bangku kantin, sambil menunggu pesanannya Karin dan Laila berbincang mengenai pelajaran tadi.

"kamu hebat bisa menyelesaikan soal itu disaat kamu baru masuk, anak baru pula." Ucap Laila.

"tentu saja, aku kan sudah belajar materi itu." Ucap Karin, ia akan naik kelas tiga SMA pada tahunnya, tentu pelajaran itu telah ia pelajari.

"oh ya? Kapan?" tanya Laila.

'aku keceplosan!' batin Karin matanya membulat sempurna. "um.. semalam aku membuka buku buku saudaraku lalu dia mengajari materi tadi." Alibi Karin.

Laila hanya ber-oh ria lalu mengambil sendok untuk bakso pesanannya, tak lupa Laila menambahkan sambal dan kecap. Karin mengambil sumpit untuk mie ayamnya.

Sebelum keduanya mulai menyendokan makanan mereka pada mulut, sesuatu mengalihkan perhatian mereka, membuat mereka bedua mematung.

"nah... hey, kami boleh duduk disini?" tanya seseorang yang mereka kenal, lebih tepatnya baru mereka kenal kemarin.

"kalian kan sudah duduk, untuk apa bertanya?" tanya Karin.

Seketika Karin dan Laila juga anak itu tertawa kecuali..

"Galih, kamu kok diam saja?" tanya Elang.

Mata Karin tertuju pada orang yang dipanggil Galih itu, seketika Galih yang sedang fokus pada makanannya langsung melihat ke arah mereka bertiga.

PotretWhere stories live. Discover now