Tet tet…
Suara bel pulang berbunyi. Semua orang yang ada dikelas segera bersiap-siap untuk pulang. Dan seorang cowok memimpin untuk berdoa.
Saat ini aku berniat untuk tidak mau bertemu bang Arsen aku masih benci, entah kenapa aku ko jadi bencinya sama dia.
"Dan hari ini dimana aku, Aruna Cantika berjanji akan kembali menjadi aku yang suka dengan kemarahan dan benci dengan keceriaan."
Lemas…
Lesu…
Tak berdaya…
Capek…
Itu yang aku rasakan ku sejak kejadian tadi."Ar pulang yuk…?" Ajak Caca.
"kamu pulang duluan aja aku mau beres-beres dulu." Jawabku cuek.
"Ngga ah aku mau nungguin kamu."
"Caca…!! udah aku bilang lu pulang dulu sama temen-temen lu, aku mau sendiri!!"
"Ih Aruna jangan marah Caca kan cuma tanya :'(."
"Ya udah sanah pergi!!!"
Sebenarnya aku ngga berniat buat Caca begitu, tapi bagaimana lagi emosiku masih sudah menjadi jadi dan aku yang dulu telah kembali.
Dan saat aku lihat ke arah Caca, dia hanya menatap ku cemas. Dan suasana kelas semakin sepi satu demi satu murid meninggalkan kelas. Dan ku mencoba berdiri dan melangkahkan kakiku untuk pulang, tapi seperti ada dorongan yang membuat ku untuk terus duduk dan mencoba menenangkan diri.
"Hey Aruna…" suara cowok memanggilku.
Tapi entah kenapa ragaku tak ingin melihat nya sama sekali dan tiba-tiba seorang cowok menarik kursi di sampingku dan duduk didepan ku.
"Hey lu ngga pulang??"
"BUKAN URUSAN LU, PERGI SANAH !!!" Jawabku.
"Oh ok…" jawabnya singkat.
Tak ku sangka ternyata tadi yang datang Syakir. Seketika aku memikirkannya, dan saat itu juga lamunanku datang lagi.
Sepi…
Sunyi…
Hening…
Suasana yang ku rasakan saat ini. Mungkin saat ini bang Arsen sedang khawatir tentang diriku, tapi biarkanlah aku hanya ingin menenangkan diri.Dan ku langkahkan kaki ke jendela dan melihat siswa siswi yang sedang berlalu lalang dengan kendaraan untuk pulang. Dan ku lihat bang Arsen sedang sibuk mencari ku dari bawah sana. Kadang jikalau sifat lamaku kembali ada rasa risih dan tak tega melihat bang Arsen dan orang tua ku kewalahan menghadapi sifat ku.
Air mata entah mengapa turun dari wadahnya. Mataku yang tadinya dibendung dengan bendungan yang kuat tiba-tiba roboh saat teringat kesabaran keluarga.
Tok tok…
Suara ketukan pintu membuat ku segera mengusap air mataku dan mencoba menetralkan suasana ku.
"Alh kok ngga ada orang sihh???"
Dan alhasil hanya sebatang cokelat dan sepucuk surat yang diletakan di depan pintu kelas dan bukan orang. Awalnya tak ada yang ku pikir, mungkin hanya orang iseng atau gimana dan kucoba mengambil dan membaca sepucuk surat itu.
Tertuju kpd : Aruna Cantika
Love your self 🖤
Sekian dari : ……
"Hah ini mah sengaja bukan salah kirim…"
Krik-krik…
Suara jangkrik tiba-tiba menghanyutkan susana dan tiba-tiba suasana horor dan menegangkan muncul dan ku lihat sekeliling ruangan kelas dan luar kelas dan tak pikir panjang aku lari membawa tas dan coklat tadi. Aku lari sekencang-kencangnya dan saat aku sedang lari menuruni tangga ada seorang cowok berjaket hitam yang berada di samping tanga dan meliatku dengan tatapan devil.
"Huff ko jadi horor yah suasananya?? Alhemmm gara-gara surat tadi aku mikir ngga mau berubah lagi dah kasian bunda ma ayah tapi… bang Arsen??? Ahh pokoknya aku ngga mau sama bang Arsen aku benci ma dia aku benci !!!!"
Sekolah terlihat sepi hanya tukang kebun dan guru-guru yah berlalu lalang hendak pulang. Dalam batinku ada harapan kalau bang Arsen menjemput ku.
"Ahh ngga bolehh aku benciiii!!!!"
Dan seketika aku melihat cokelat tadi aku hanya tersenyum dan ku putuskan pulang jalan kaki, mungkin ba'da asyar aku baru sampai rumah tapi ngga apa alhh itung-itung buat nenangin diri. Di depan halte sudah tidak ada orang ehh ada sihh ada orang berjaket hitam tadi di sudut sana.
Satu demi satu bus lewat. Dan aku kekeh dalam pendirian ku untuk jalan kaki.
"Huff ya Allah haruskah aku kembali menjadi aku yang dulu…?? Mengapa banyak orang yang membenci ku?? Padahal aku ingin menjadi temanya :'( "
Tin tin…
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di pinggir ku, tak asing aku melihat mobil silver itu dan ternyata ayah ku.
"Aruna dari mana saja kamu ?? katakan bunda kamu belum pulang." Kata ayah sambil menghampiriku.Tapi aku tak menjawab apa-apa dan dengan lancangnya aku masuk ke mobil tanpa sepatah kata. Aku melihat ke jendela dan disana ayah merasa bingung padaku. Dan saat ayah naik mobil dan melaju ke rumah tak ada percakapan antara anak dan ayahnya gaya angin yang berhembus kencang saat aku membuka jendela mobil. Dan saat sampai dirumah aku turun dengan badan lesu dan tak bertenaga.
Sapaan dari bibi dan Bunda tak aku hiraukan mungkin mereka lupa dengan aku yang dulu dan mungkin kini saatnya aku memperkenalkan diri yang dulu sekarang.
