Dan dari ashar aku hanya berdiam diri dikamar dengan mengunci pintu.
"Dek lu kenapa…?" Tanya bang Arsen yang mencoba membuka pintu kamar ku tapi tak bisa.
"___" tak ad jawaban dariku.
"Dek kamu jangan berubah yahh… Abang udah sayang sama lu de yang dulu Abang kan udah janji ma ade kalau ade berubah kan Abang bakal beliin boneka besar toh Abang udah beliin, dek ayo keluarr???"
"Bang aku juga sayang sama Abang tapi kenapa semenjak kejadian tadi aku benci sama Abang." jawab ku di dalam hati sambil menangis memeluk boneka beruang besar dari Abang."Hiks…"
Hanya suara tangisanku yang terdengar olehnya. Dan ku dengar dari dalam kamar bahwa bang Arsen menerima telefon dari temanya dan pergi dari depan kamar ku, tak lama sesudah bang Arsen datang bunda dan memohon kepada ku supaya keluar. Tapi saat aku mau keluar bang Arsen mencegah bunda.
"Bun udah… biar Abang yang ngurusin Aruna." Kata bag Arsen ke bunda.
"Iya… bunda titip Aruna yahh soalnya bunda sama ayah mau ke rumah temen ayah." Kata bunda
"Iya Bun hati-hati yahh??
Dan setelah percakapan antara Bunda dan bang Arsen aku memutuskan mandi terlebih dahulu.
Waktu menunjukan jam 20:00 entah sudah berapa jam aku menghabiskan waktu ku didalam kamar. Dan ku memutuskan keluar karena perut ku sudah tak bisa menahan lapar. Aku pikir sudah tidak ada orang tapi ternyata masih ada bang Arsen di season pintu."Hah…"
Hanya itu ekspresi ku saat di hadapan wajahku ada bang Arsen."Ayok ikut gw makan di luar gw tau lu laper kan ??
Awalnya saat tangannya menarik lengan ku aku menolaknya tapi entah mengapa aku luluh olehnya.
Dan ditarik tanganku hingga ke garasi rumah."Ini dek lu pake…" katanya sambi memakaikan helemnya padaku. Dan aku hanya nurut.
Skip~~
"Bang napa lu bawa gw kesini…?"
"Suutt… Abang ngga mau kamu bilang lu, gw.? Jawabnya sambil membungkam mulutku.
Marah sih iya tapi kali ini aku merasa rapuh. Bau obat-obatan tercium saat aku dan bang Arsen masuk ke ruang dokter. Males buat ngubris jadi aku turutin apa kata abang ku.
Setelah dokter memeriksa ku, seorang perawat menutup luka di kepalaku dengan kain kasa yang mungkin aggak parah sebab kejadian tadi.
"Eh dok gimana keadaan adik saya ?" Tanya bag Arsen.
"Begini… ada luka cukup lebar dibagian kepala, sudah sedikit kering tapi lukanya sangat sensitif jadi harus diperban untuk beberapa hari sebab takutnya terinfeksi bakteri atau virus disekitarnya." Jawab dokter.
"Terus gimana yang lain dok ada kaya trauma atau gimana."
"Alhamdulillah adik anda tidak trauma tapi kali ini emosinya sedikit tidak bisa di kontrol dan ada beberapa lebab di sekujur tubuhnya."
"Terus kapan emosinya normal lagi ?"
"Mungkin adik anda mengalami masalah dengan emosinya, maka sebabnya dia jadi susah mengkontrol emosinya itu, paling hanya membawanya ketempat atau ke suasana dimana dia merasa sangat bahagia."
"Bang aku denger…,aku denger semuanya, kenapa kau tau kejadian ini kenapa kau perduli pada ku aku bukanlah adik yang baik untuk."
Saat kepalaku sudah terbalut perban aku duduk di samping Abang ku.
"Dek kmau ngga papa kan ?""__"
Bukannya menjawab aku diam seribu bahasa.
" Oh ya ini obatnya…" kata dokter sambil memberikan obatnya ke bang Arsen.
Aku keluar sebelum bang Arsen mengucapkan terima kasih kepada dokter. Hanya pandangan kosong yang saat ku tatap langit diteras rumah sakit.
Skip~~
Setelah bag Arsen membawaku ke rumah sakit sekarang dia membawaku ke sebuah pasar malam. Diam ku adalah pengobatan tersendiri yang ku lakukan saat emosiku meninggi.
"Dek kamu suka ngga?" Tanya bang Arsen."__"
"Maaf bang aku hanya tidak ingin kau mendengar kata-kata ku saat emosiku sedang tak setabil." Batinku.
"Ya udah kalau kamu ngga mau jawab:'(."
Ditengah malam yang ramai entah kenapa aku merasa sunyi. Dan dibangku yang sedang ku duduk saat ini dengan bang Arsen hanya diam menatap orang yang berlalu lalang menikmati keramaian pasar malam. Dan entah kejadian apa yang membuat ku bersender ke bahu abang ku. Dan dia hanya membalas dengan memeluk kepalaku lembut.
"Hiks…" tangisku saat bersender di bahunya.
"Aruna gw tau luka yang lu rasain, lampiaskan aja ke abang, gw ngga papa kok."
"Bang gw benci Ama lu kenapa setiap ada lu lingkungan sekolah gw lu selalu nyakitin gw kenapa lu ngga bisa bawa gw dalam kebahagiaan kenapa gw yang selalu jadi korbannya kenapa gw selalu diginiin gw tau gw jelek gw bodoh gw goblok tapi kenapa lu ngga punya perasaan belas kasih sama gw… hiks."
"Aruna Abang minta maaf Abang selalu buat kamu sedih dan terluka. Abang tau kejadian yang tadi, Abang memang kaka yang Jahat buat kamu."
Dan saat ini hanya mulut yang dapat mewakili perasaanku, dan kami larut dalam air mata.
"Bang gw benci sama lu…" kataku sambil memukul-mukul badan bang Arsen pelan.
Sebenarnya hati tak ingin berbicara tapi entah mengapa mulut selalu berhasil meluncurkan kata-katanya,
Mungkin dia sudah tau kejadian dan dia sudah paham maksud dari kata-kata ku.dan dia hanya memeluku dan membawaku kedalam kehangatan cintanya.
"Gw ingin pulang sekarang…!!"
