#15

52 6 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan, matahari yang masuk dari jendela kamar menyilaukan mataku. Aku berjalan keluar kamar, terdengar suara dari arah dapur. Yoongi sedang mengoles beberapa potong roti dan membuat kopi. Aku mendekatinya perlahan dan memeluknya dari belakang, pelukan yang erat seakan aku sangat takut kehilangan dia. Aku tidak ingin berpisah dengannya meski hanya sedetik. Dia berbalik dan memelukku "Aku membuatkanmu sarapan" ucapnya.

"Sejak kapan kamu bangun pagi dan membuatkan sarapan?" tanyaku heran.

"Aku ini pintar memasak. Hanya saja aku terlalu malas biasanya" jawabnya sambil tertawa. "Akan aku selesaikan dan kita sarapan bersama" ucapnya.

"Tidak mau, aku ingin seperti ini" ucapku mempererat pelukanku.

"Hem. Sejak kapan kamu jadi manja?"

"Sejak hari ini" jawabku singkat.

Setelah banyak hal kami alami beberapa minggu terahir, membuatku tersadar tentang betapa penting dan berharganya setiap detik waktu dengannya. Aku sudah tidak lagi bekerja sebagai asisten maneger, membuat aku dan Yoongi semakin jarang bertemu. Sebagai gantinya Yoongi akan datang ke apartemenku diam-diam ketika dia memiliki waktu luang. Hubungan kami masih belum di ketahui oleh publik. Setelah rumor itu dibantah oleh agensi, beritanya mulai menghilang karena adanya skandal baru yang dilakukan oleh artis pendatang baru  yang cukup menggemparkan dunia hiburan Korea. Semua berangsur-angsur kembali normal.

Yah, semua. Kecuali aku dan pikiranku. Percakapanku terahir kali dengan PD-nim sebelum aku berhenti bekerja terus berputar didalam kepalaku. Perkataannya tidak bisa aku abaikan begitu saja. Aku kembali memikirkan segalanya, meyakinkan diriku dengan apa yang harus aku lakukan. Pemberitaannya memang sudah meredah, tapi bukan berarti semua menjadi aman. Karir Yoongi masih bisa saja terancam, jika sewaktu-waktu hubungan kami tercium oleh wartawan. 

Aku tersenyum ketika Yoongi melihat kearahku disela-sela kegiatannya membuat lagu. "Jam berapa acara wisudamu besok?" tanya Yoongi sambil mencoret-coret buku catatannya.

"Pagi" jawabku sambil menyandarkan kepalaku di bahunya. "Lagu apa yang sedang kamu tulis?" aku berusaha mengintip kedalam buku catatannya.

Dengan sigap dia menutpnya dan menatapku "Rahasia. Ini akan menjadi hadiah ulang tahunmu nanti" 

Aku mendengus kesal "Mana ada hadiah ualang tahun yang diberitahukan terlebih dahulu" keluhku.

"Karena ini salah satunya, ada lagi yang lain. Kamu pasti sangat terkejut nantinya"

"Aku bahkan belum memikirkan kado ulang tahun untukmu" ucapku.

Dia mengangkat daguku, mata kami saling bertemu "Kamu adalah kado terindah" ucapnya menatapku tajam. 

Tatapan itu, senyuman itu, wajah ini. Aku memperhatikan seriap inci dari wajahnya dan merekamnya di dalam orakku. Dia mendekatkan wajahnya, sebuah ciuman hangat mendarat di bibirku, perlahan dia mulai melahap bibirku, memainkan lidahku dengan penuh gairah. Aku tau dia menginginkanku saat ini. Malam itu kami hanyut dalam hasrat terdalam kami, naluri kami untuk saling menyatu. Kami berhenti untuk mengambil jeda dan mengatur nafas yang membuat semuanya semakin menggila dan liar. Kini, aku miliknya seutuhnya. 

Kami saling menatap, tetes-tetes keringatnya jatuh di wajahku. Aku merasakan semakin intens dan cepat, meski aku sangat malu menatapnya dengan keadaan seperti ini, namun aku tetap memberanikan diri untuk tetap membuka mataku. Melihatnya dan merekam setiap momen ini di otakku. Dia mengangkat kepalanya, sedikit desahan lolos dari mulutku, aku meremas bahunya dan ketika hal itu datang secara bersamaan.

Dia menenggelamkan wajahnya di leherku, mengecupnya beberpa kali sambil mengatur nafas. Aku mememajamkan mata dan memeluknya erat, "Aku mencintaimu" bisiknya hal yang menyenangkan untuk di dengar ketika kami selesai melakukan hal yang intens.

My Star : Min Yoon Gi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang