❄Rio❄
Angin sepoi menerbangkan rambutku dan Sam. Udara senja di desa memang sangatlah dingin, menurutku. Namun dinginnya lebih cenderung segar. Tak seperti di Ibukota yang tiap kali selalu ramai dan padat. Dan yang paling kuingat ketika bangun tidur di pagi hari yang kutemui hanyalah gedung, jalanan yang macet, dan teriakan mama. Seratus, teriakan yang mirip toak.
Kicauan burung bersahutan. Serta kepulan awan putih yang menyerupai kapuk bertebaran. Rasanya.. aku ingin tidur di atasnya.
Aku menoleh pada Sam yang duduk di atas batu besar. Iris mata cokelat terangnya meneliti pemandangan di depannya. Mulutnya pun tak hentinya mengucapkan segumpalan kata kagum.
"Yo, lo tau nggak ini keren banget. Gue jadi pengen ikut PA, deh" celetuknya buat aku noleh.
Aku mengernyit. "Lo lagi gurau, 'kan?"
Dia menggeleng. "Tapi grup-nya kita-kita aja. Lo, gue, Clara, dan adek lo" ucapnya nyengir khas kuda.
Aku terdiam.
"Jangan jauh-jauh dulu, deh. Libur akhir semester kita ke Bromo. Di Mahameru" lanjutnya.
Aku seketika melotot. "Kita nggak tau tentang gunung, coy. Lo aja taunya cuma cewek mulu" ledekku sambil memukul kepala Sam.
Dia mengaduh, "kenapa sih, lo sekarang hobinya mukul gue?"
Aku terkekeh geli. "Itung-itung balas dendam gue waktu lo akan nyelakai gue waktu itu"
"Lupakan yang kemaren.. gu..gue benci" ucap Sam mendadak muram.
Aku menepuk bahunya, "come on, bro. Lo jangan gitu, sekarang bumi aman, kok" ucapku nyengir.
"Ah apaan, sih?"
"Oh iya, bukannya temen Clara itu punya organisasi PA? Apa itu.. Kadal Gunung?" ,tanyaku.
"Keren tuh" dia langsung antusias aja.
"Oke. Kita pulang dan bicarain ini sama cebol"
***
Aku tak pernah menyangka aku berada di sini. Maksudku di sebuah hutan yang jauh dari keramaian kota.
Di sini aku bersama Caca, Clara, Sam, Anton, Arya, dan Heri. Ketiga lelaki itu tak lain adalah sahabat Clara di desanya. Ia mengaku jika ketiga temannya adalah pendaki yang hebat karena hampir seluruh pegunungan di Jawa Timur ia daki tanpa sepatu gunung dan jaket tebal. Padahal di Bromo dinginnya naudzubillah.
Tapi siapa perduli? Yang penting mereka adalah seorang pendaki yang tau tentang gunung.
"Disini kita ada 2 tenda, kompor portable 2 lengkap dengan peralatan makan. Mie serta ikan sarden kaleng.." ucap Anton selaku ketua mendata apa saja yang kami bawa.
"Karena kalian tergolong baru dalam pendakian ini, jadi.. kita mendaki di gunung hutan pinus saja" tuturnya.
Sam yang sejak tadi terlihat antusias kini tampak tak suka, "kenapa nggak ke Bromo? Transportasi ke sana gue yang bayar. Kurang apa? Lagian ke sana apa susahnya? Banyak tuh, pendaki amatir kaya gue yang udah pernah kesana"
Heri melirik Sam kemudian mendengus. "Lo belum tau tempat ini, kan? So, mari gue ajak keliling belantara-nya Kota kecil gue. Dan apa aja keindahan di dalamnya" ucap Heri kemudian menepuk pundak Sam. "Lo wajib ikut" tangannya mengepal, menodongkan di hadapan Sam.
Tetapi Sam meliriknya malas, kemudian beberapa detik setelahnya mendengus dan akhirnya ia membalas kepalan tangannya. Iya, gaya tos, tetapi berupa kepalan tangan.
"Hey," panggil Clara sambil menyenggol lenganku. "Ntar gue ajak klen ke goa. Kita jalan melewati belantara tanpa makanan.." ucapnya dengan nada sombong.
"Dia mulai" ,dengus Arya di belakangku.
"Jadi.. kapan kita berpetualang? Kita nggak akan berlama-lama di pinggir hutan, kan?" ,ucapku.
Semua terdiam, kecuali si Heri yang mengangkat alisnya. "Besok jika kalian belum siap. Dan sekarang jika jiwa survive kalian meletup bagai lava panas"
"Sekaraaangg!!" ,pekik Caca yang akhirnya angkat suara.
"Gue pilih sekarang" ucap Clara tak mau ketinggalan.
"Gue sih, yes" ,Sam nurut.
"That's sound good. I choose now, dan tak ingin mengundur waktu" ucapku menambahi.
"Baik, kita bersiap. Siapkan mental dan diri kalian, kita di sini saling menjaga" tutur Anton sambil mengangkat tasnya.
Semua pun mengangkat tas masing-masing. Kemudian berkumpul membentuk sebuah limgkaran.
"Mari kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Berdoa.. mulai" pimpin Anton.
.
"Selesai"
"Ayo bawa barang kalian. Dan ingat kata-kata gue, jangan membuang sampah sembarangan. Dilarang mencoret, membuang sampah, dan memetik bunga. Karena kita adalah tim Pecinta Alam" ucap Anton lagi.
Aku mengangguk disusul anggukan kecil dari Clara.
"Kamu harus tetap di sampingku, Ca.." ucapku noleh ke sampingku.
Dia tak ada. Sungguh.
"Hey, kalian liat Caca, nggak?"
Anton, Heri, dan Arya terhenti. Menoleh bersamaan ke arahku, kemudian menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Caca yang entah pergi kemana.
"Nihil.." ucap Clara dengan wajah cemasnya.
***
Hello epribadeh, apa kabar kalian? Maaf baru muncul. Gw lagi sibuk ngurusin tamu-tamu yang makin membludak karena lebaran dan libur panjang berasa tetanggaan dg hari ini (plis, jangan tanya kapan gw balik ke kampung tercintah. Bakal auto nyesek inget emak-bapak)
Ye.. dan itu gw mendadak jadi jin botol minyak gosok (eh!)😂 gak publish lamaaaa banget.
Sorry, tadi agak eror WP gw. Jadi banyak cerita kepotong. Seratus, ceritanya mendadak ilang dan gak bisa gw temuin di riwayat revisi😣 (nyesek)
😊😊😊
Klen tau kan klo gw senyum2 manja kek gini???
Kasih bintang. Dan comment, ya.
See U Next Part
Yogyakarta, 1 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR JINGGA
Teen Fiction[Book2] [SEQUEL FAMOUS] [PROSES REVISI] (Ini hanyalah kumpulan petualangan Rio, Sam, dan juga Clara yang menumpaskan teror) Teror kemarin bukanlah akhir kebahagiaan kami, sekali lagi bukan. Cerita kami berlanjut ketika satu per satu teror bermuncula...