Namaku Caitlin, umur 22 tahun dan pernah kuliah di Universitas Negeri. Di Universitas, aku memilih fakultas kedokteran dan itu berkat beasiswa yang pernah aku ikuti.
Berawal dari beasiswa, aku bertemu seorang lelaki yang cukup manis. Dia berada tepat duduk di depanku pada saat ujian beasiswa. Ada rasa jatuh hati padanya, tapi ya sudalah, cukup menganguminya saja.
Aku tinggal bersama kedua orangtuaku, Ayahku bekerja disalah satu perusahaan terbesar di Indonesia dan Ibu sedang menjalankan usahanya membuka sebuah rumah makan.
Hidupku cukup baik, tidak pernah aku merasa kekurangan, tak jarang Ayah memberiku uang untuk disimpan, tapi tidak sering aku menurutinya.
Itulah aku, aku lebih suka menggunakan uang itu untuk belanja, hangout bareng, dan hal lain yang buat aku merasa senang.Saat memulai kuliah dihari pertama, aku bertemu kembali dengan lelaki manis yang pernah aku lirik saat ujian beasiswa, dia memilih fakultas yang sama denganku dan sungguh membuatku sedikit keringat dingin. Sampai suatu hari dia sering memperhatikan aku, kembali memperhatikan dia juga. Bermula dari tatapan, dia memberanikan dirinya menghampiriku
"Hai..." Sapanya.
"Ohh, hai"
"Namaku James, kamu? "
"Aku Caitlin" jawabku sedikit deg-degan.
"Senang berkenalan denganmu Caitlin"
"iyaa, saya juga. "Mulai dari berkenalan, aku dan James semakin dekat dan pada akhirnya James jadi pacarku, bagaimana mungkin? dia tinggi, putih, manis dan gak ada bosan-bosannya bagiku. Iya, dia cowo type aku bangat. Sungguh, aku sangat bahagia, dan sama sekali tidak pernah aku duga.
Aku dan James sering bertemu, baik di kampus maupun diluar kampus. Sampai suatu ketika aku pernah mengajaknya ke suatu toko pakaian dan membelikannya sepasang pakaian, anehnya dia menolak tapi akhirnya dia mau. Aku yang paksa.
James juga sangat cerdas, itu bakat tersembunyinya yang tidak pernah aku ketahui. Dia pernah mengikuti sebuah perlombaan seputar ilmu tentang kedokteran, dan aku gak nyangka James bakalan jadi pemenangnya. Atas kemenangannya itu, aku membelikan sepasang sepatu sebagai hadiah baginya, dia sangat senang
"Wah, ini sepatunya bagus bangat, ini mahal Caitlin."
"Iya sayang, kamu suka kan? " tanyaku
"Iya, tapi ini mahal sayang, aku memang senang, tapi lebih senang kalau kamu kasih hadiahnya yang biasa aja, gak apa-apa kok." jawabnya dengan nada yang lembut.Selain dari cerdas, James juga adalah orang yang hemat tapi sedikit matre padaku. Gak apa-apa kok, yang penting dia milikku. Aku sering mengajaknya bepergian, membelikannya barang-barang. Karna aku tau, James tinggal sendiri dan membiayai dirinya sendiri.
Saat aku sering membelikannya barang-barang seperti pakaian dll, James menolak. Dia tidak mau dibelikan olehku, lebih baik dia diberi uang sebagai penggantinya atau uang yang seharusnya dipakai belanja untuknya. Aku sedikit bingung dengan tingkahnya itu. Bila aku perhatikan, sangat sering James mengatakan seperti itu.
Aku menceritakan pada James, kalau Ayah sering memberiku uang untuk ditabung dan takut jika aku tidak memiliki uang sama sekali. Tapi aku juga beri tahu padanya, kalau aku selalu menghabiskannya buat kesenanganku sendiri dan tanpa sepengetahuan Ayah. Mulai saat itu James semakin aneh, tak jarang dia meminta uang padaku dengan alasan sementara. Tapi gak apa-apa, setidaknya dapat membantunya.
Waktu tidak terasa berjalan, hubunganku dan James sudah 3 Tahun lamanya. Dan saat itu adalah saat-saat dimana sedang sibuknya kuliah, aku dan Jamespun jarang bertemu dan mengabaripun tidak sempat karna kesibukan masing-masing.
Bahkan Jamespun tidak ingat sama sekali hari ulang tahunnya.Berhubung ulang tahunnya tidak pernah dirayakan dengan mewah, aku berencana buat kejutan dihari ulang tahunnya, dan saat ini dia sedang sibuk-sibuknya, menurut aku ini waktu yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
James
Short Storykuliah disalah satu Universitas Negeri, Itu semua berkat beasiswa yang pernah aku ikuti. Sampai aku bertemu seorang Pria yang manis tapi matre. Tidak masalah bagiku, yang penting dia milikku.